zakat bagi hasil tanah pertanian

Usulan dari PCNU Kab. Ngawi

Karena alasan tertentu pemilik sawah sering menguasakan pengolahan sawah sampai dengan penanaman kepada petani penggarap (buruh tani) dengan akad bagi hasil. Beragam cara bagi hasil sawah tersebut. Ada kalanya pengadaan benih unggul, obat-obatan anti hama ditanggung antara pemilik sawah dengan penggarap.

Kasus baru muncul ketika sawah telah dipanen. Mungkin karena wawasan keagamaan Islam petani penggarap sangat minim, maka penggarap tersebut acuh tak acuh dalam mengeluarkan zakat hasil pertanian.

Pertanyaan

  1. Akad bagi hasil pertanian yang bagaimana yang benar-benar mematuhi norma syari’at Islam, terutama terkait dengan pengadaan benih, pupuk tanaman dan obat-obatan penangkal hama?
  2. Kepada pihak mana (pemilik sawah atau penggarap) beban hukum mengeluarkan zakat hasil pertanian itu ditimpakan?
  3. Sekira petani penggarap tidak sadar mengeluarkan zakat, apakah beban zakat itu sepenuhnya manjadi tanggungan pemilik tanah?

Sumber :  Muktamar NU Lirboyo 2000 Koleksi Bahtsul Masail yang dimiliki oleh KH. A. Masduqi Machfudh (Ponpes Nurul Huda), termasuk arsip Kolom Bahtsul Masail dari majalah PWNU Jawa Timur Aula, Bahtsul Masail Wilayah (PWNU) Jawa Timur,

Sebarkan Kebaikan Sekarang
loading...

Santri Admin

Santri Admin has written 839 articles

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>