Saat Waktu Dimusnahkan

untitledIde-ide kehidupan yang dimunculkan oleh ilmuwan barat selalu membuat kita tak habis berpikir. Berawal dari keengganan untuk berpisah dengan dunia dan ditambah sifat materialis yang amat menonjol, membuat mereka selalu berusaha mencari jalan keluar menuju kehidupan yang abadi. Ketakutan mereka akan kematian sudah tampak sejak jaman dahulu seperti tertulis dalam puisi karya Web Weasel : “I wished that time was an illusion as I hate the fact my foot will soon slide further into my grave”. (aku berharap waktu hanyalah sebuah ilusi sebab aku benci kenyataan bahwa kakiku akan segera beranjak mendekat ke kuburku).

Ide konyol terbaru yang sedang ramai mereka tekuni adalah cryogenic. Dengan teknologi ini mereka berharap paradigma tentang kefanaan manusia bisa diubah. Sementara gagasan bahwa hanya Tuhan lah yang mengatur hidup-mati seseorang bisa diacuhkan.

Cryogenic adalah suatu jiplakan dari metode pemumian. Inti dari metode ini adalah mengawetkan tubuh manusia sesempurna mungkin sehingga tak terjadi sedikitpun pembusukan pada jasad mayat. Tak seperti pemumian konvensional yang menggunakan balsam atau coffins, cryogenic menggunakan pendingin dari nitrogen cair yang suhunya bisa mencapai puluhan derajat celcius dibawah nol. Mayat ditempatkan di semacam lemari pendingin dari baja kemudian secara kontinyu dihembuskan nitrogen cair ke dalam kapsul. Dengan suhu yang sangat extrim tersebut memang hampir tak mungkin bakteri dapat hidup untuk melakukan pembusukan. Semua kegiatan metabolisme akan terhenti. Gagasan yang datang berikutnya adalah jika suatu saat bisa ditemukan zat pembangkit nyawa atau ditemukan mesin pemutar waktu, maka jasad mayat tersebut masih utuh dan siap dibangkitkan kembali. Ide brillian yang kacau!

Inti yang ingin saya paparkan bukanlah tentang cryogenic melainkan bagaimana manusia memandang waktu. Mungkinkah seseorang yang telah meninggal dibangkitkan kembali di dunia dengan memutar kembali waktu sebagaimana di-imajinasikan oleh pemikir-pemikir barat? atau mungkinkah kita melakukan perjalanan kembali ke masa silam? apa sebenarnya misteri di balik waktu ini?

Besaran atau satuan pokok di muka bumi bisa dimengerti semuanya oleh manusia kecuali waktu. Panjang, berat, suhu dan cahaya bisa didefinisikan dengan tepat, tetapi lain halnya dengan waktu. Selama ini yang dapat kita definisikan akan waktu hanyalah detik, menit, jam dan seterusnya. Kita tidak pernah bisa tahu kapan waktu berawal dan berakhir.

Jika kita mengukur jarak antara Jakarta dan Surabaya misalnya, maka di ujung kota Surabaya kita bisa menentukan jaraknya adalah 900 km. Jika anda tak puas dan ingin mengukur kembali dengan arah berlawanan yaitu dari Surabaya ke Jakarta maka pada ujung kota Jakarta anda juga tetap akan mendapati angka 900 km. Tetapi, bagaimana dengan waktunya? ketika anda menghitung kembali jarak kota dengan arah yang berlawanan, waktu yang sedang terjadi tidaklah sama. Kesimpulannya waktu berjalan satu arah seperti panah, sementara besaran yang lain memiliki dua arah.

Misteri waktu tetap tak terpecahkan hingga saat ini. Puluhan filusuf dan ilmuwan peneliti waktu seperti Aristoteles, St Augustine, Emmanuel Kant, Newton, Hegel dan Albert Einstein tetap tak mampu menyingkap tabir misteri waktu. Newton berpendapat bahwa waktu layaknya seperti sebuah kaleng dimana semua benda ada dan berubah. Ia memisahkan antara waktu dan alam raya, sehingga ketika alam raya musnah, waktu akan tetap ada.

Albert Einstein tak mau ketinggalan. Dengan teori relativitas umum dan khususnya ia menyangkal semua opini tentang waktu. Menurutnya waktu tak lain adalah dimensi yang memiliki media dan kecepatan sehingga ia bisa dikejar. Ia percaya bahwa ketika seseorang bisa menempuh kecepatan mendekati cahaya yaitu 300 juta meter setiap detiknya maka kita bisa memperlambat waktu yang terjadi di alam setidaknya yang berlaku terhadap diri kita. Jadi menurutnya, jika anda mengendarai pesawat yang bergerak dengan kecepatan cahaya selama 5 hari, anda akan merasa masih di hari yang sama ketika mendarat di bumi!

Bagaimana semua teori itu kita pandang dari sudut Islam? ketika seseorang mampu mempermainkan, menata ulang, dan mengejar waktu maka yang terjadi padanya adalah suatu keabadian. Kita tidak tahu kapan waktu berawal dan begitu juga kapan berakhir karena kita tidak abadi sifatnya. Rasul, manusia terpilihi sepanjang zaman pun tetap meninggal dan tidak abadi, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Anbiyaa’ 8 :

وَمَا جَعَلْنَاهُمْ جَسَدًا لَا يَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَمَا كَانُوا خَالِدِينَ

”Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal”

Keabadian merupakan unsur maya dari dimensi waktu. Kita tak pernah bisa mengerti bagaimana Allah bermula! Pertanyaan yang satu ini akan selalu membingungkan kita. Hal ini tak lain karena asumsi kita bahwa waktu tak berbatas sehingga batasan kapan Allah ada selalu sulit diterima akal manusia. Bagaimana kejadiannya jika saja waktu berbatas? Harus selalu kita yakini bahwa waktu adalah ciptaan Allah sebagaimana makhluk-makhluk lainnya. Makhluk selalu mempunyai batasan umur. Artinya, waktu memiliki awal dan akhir. Tetapi di satu sisi ciptaan yang satu ini sangat istimewa karena sifat-sifatnya yang luar biasa, sampai-sampai Allah bersumpah atasnya dalam surat Al-’Ashr.

Andaikan waktu bisa diputar kembali, dapatkah kita membayangkan kekacauan di muka bumi ini ? Jika saja kematian seseorang bisa ditunda maka alangkah sesaknya jumlah penduduk di dunia ini! Apa kita juga bisa ber-imajinasi di masa modern seperti sekarang ini hidup dinosaurus berukuran raksasa menghiasi kota-kota metropolis! Dan andai detik jam bisa diatur mundur mungkin kita akan kembali ke masa lalu dan menikahi kakek atau nenek kita! Masya Allah …. Allah telah meletakkan standar kemampuan yang kita miliki dalam mengatur ritme alam. Jika Allah membebaskan wewenang akan ritme alam kepada kita, taruhlah ritme detak jantung kita ini maka sekarang ini anda pasti sudah meninggal. Saya yakin kita akan lupa mengatur detak jantung kita ketika tidur!

Saya membayangkan waktu layaknya sebuah kepalan tangan raksasa yang menggenggam bola dunia. Dengan sangat mudahnya, ia putar bumi kita ini dengan kecepatan 1040 mil per jam atau sekitar 0,5 km perdetik. Waktu pula lah yang membuat dunia melompat dari siang ke sore lalu tenggelam di gugusan malam. Tetapi dengan kemampuannya itu, waktu juga mampu menghancurkan bumi kita ini dengan sangat gampang. Coba anda renungkan ! Ketika waktu dimusnahkan, maka bumi akan berhenti berputar secara mendadak. Pada saat yang bersamaan, sisa gaya (resultante gaya) masih berlaku pada setiap benda. Akibatnya, semua benda diatas bumi termasuk gunung, laut dan manusia akan dihempaskan ke udara dengan kecepatan 0,5 km perdetik. Berfirman Allah dalam surat Al-Waaqiah ayat 4-6:

إِذَا رُجَّتِ الْأَرْضُ رَجًّا وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا

Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya. Dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya. Maka jadilah dia debu yang beterbangan”

Selain berputar terhadap porosnya (rotasi), bumi juga berputar mengelilingi matahari (revolusi) dengan kecepatan 60.000 mil per jam atau sekitar 17 km perdetik. Lagi-lagi ketika waktu dimusnahkan, maka terhadap galaksi luas berhentinya kecepatan secara mendadak ini akan membuat kita dilempar dengan kecepatan 17 km perdetik. Karena arah perputaran yang berlawanan, bumi akan terhempas berbenturan dengan planet Venus dengan kecepatan yang sama yaitu kecepatan yang setara dengan menempuh Jakarta-Surabaya hanya dengan 54 detik.

Dengan fananya waktu ini kita dituntut untuk memanfaatkannya dengan sangat bijak karena ia tak mungkin bisa dikejar kembali. Sebelum waktu meninggalkan kita di belakang, sebelum waktu menorehkan memori hitam yang tak mungkin bisa kita hapus kembali, maka gunakan waktu yang tersisa untuk anda dengan sangat hati-hati. Jika anda memperlakukannya secara baik-baik yaitu dengan meneguhkan iman, mengerjakan amalan yang baik, menaati kebenaran dan mendahulukan kesabaran maka dengan serta merta ia akan memilah anda bukan sebagai golongan orang-orang yang rugi.

Napoleon Bonaparte, raja Perancis tahun 1800an, sedang bercukur rambut ketika salah seorang ajudannya melaporkan bahwa pasukan Inggris telah masuk jauh ke dalam batas negara Perancis. Lalu Napoleon menjawab : ”Ingatkan lagi aku besok setelah makan pagi!”. Namun, apa yang terjadi keesokan harinya sungguh tragis. Bukannya menikmati suguhan sarapan ala Perancis, Napoleon justru ditangkap dan kemudian diasingkan ke pulau Santa Helena. Ia juga dipercaya terbunuh di pengasingan setelah mengalami keracunan zat Arsen. Perancis pun tumbang ke pangkuan Inggris. Cerita ini bukanlah dongeng semata, melainkan sebuah pelajaran bagi kita untuk menghargai waktu. Waktu bisa saja menghukum kita dengan vonis yang tak terduga.

Hargai dengan cermat setiap detik yang anda miliki sebab jika pendulum detik sudah berhenti berayun untuk hidup ini maka kita tak akan mampu membuatnya bergerak kembali. Jangan sampai di akhirat kelak kita mengemis untuk kembali meminta waktu untuk berbuat kebajikan! Berfirman Allah dalam Surat As-Sajdah ayat 12 :

وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

”Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin”.

Cukuplah Allah menjadi satu-satunya Zat yang mengatur waktu alam. Sebagai makhluk dengan kemampuan terbatas, tugas kita hanyalah mengisi waktu tersebut dengan perbuatan dan amalan yang baik. Para ilmuwan yang berteriak menyuarakan teori waktu seperti Einstein pun akhirnya juga meninggal ditelan waktu. Jika anda masih bersantai-santai dengan waktu yang anda miliki, maka bersiaplah untuk menjadi Napoleon Bonaparte berikutnya ..

Sebarkan Kebaikan Sekarang
loading...

Avatar

Forsan Salaf has written 242 articles

Forsan Salaf adalah situs yang dikelola Yayasan Sunniyah Salafiyah. Memuat bahasan-bahasan ilmiah yang mendalam dan bisa dipertanggungjawabkan. Seluruh isi telah disaring dan dikaji ulang oleh sebuah tim yang berada di bawah pengawasan Habib Taufik bin Abdulkadir Assegaf.

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>