MENYIBAK TABIR DIBALIK HARI ASYURA’
Tak terasa kita sudah memasuki tahun 1437 Hijriyah. Artinya, banyak perbuatan-perbuatan yang semestinya kita renungi selama satu tahun silam. Jika selama satu tahun kemarin kita ditakdirkan bisa melaksanakan kebaikan, maka ada beberapa kalimat tanya yang musti kita ajukan dalam benak kita. Diantaranya, seberapa banyak amal ibadah yang kita tampilkan di hadapanNya? sudahkah amal ibadah sesuai dengan tuntunan yang diajarkan syariat? bersihkah hati kita kala menjalaninya? dan rentetan kalimat tanya lain yang dapat mengantarkan kita pada ruang muhasabah.
Namun, jika selama satu tahun, banyak keburukan-keburukan yang kita torehkan, tentu betapa meruginya diri kita. Lebih parah lagi jika amal kejelekan kita melebihi amal kebaikan kita. Tak ada cara lain, selain bertekuk lutut memohon ampun kepada Allah SWT., menyesali dosa demi dosa, bertaubat, memperbaiki tingkah laku serta tak akan mengulang untuk kesekian kalinya, agar kita tergolong dalam barisan orang yang beruntung. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. : “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia termasuk golongan yang beruntung, dan barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka dia termasuk golongan yang merugu, dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka dia termasuk golongan yang terlaknat. (HR. Al-Hakim).
Tahun baru hijriyah diawali dengan bulan Muharram. Dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 36, bulan Muharram merupakan salah satu dari 4 bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT. Di bulan ini ada serangkaian peristiwa penting yang terjadi dari masa ke masa. Tepatnya pada hari Asyura, hari ke 10 bulan Muharram. Sejarah mengatakan bahwa pada hari itu, Nabi Adam diciptakan beserta dimasukkan ke dalam surga, Nabi Adam a.s bertaubat atas kekhilafannya, Nabi Musa a.s membelah sungai Nil, Fir’aun dan bala tentaranya tenggelam di dalam sungai Nil, Nabi Yunus a.s keluar dari perut ikan paus, Nabi Yusuf a.s keluar dari sumur, taubatnya kaum Nabi Yunus a.s, mendaratnya kapal Nabi Nuh a.s diatas gunung, Nabi Ibrahim a.s dilahirkan, Nabi Ibrahim a.s diselamatkan dari luapan api yang hendak menghanguskannya, Nabi Isa a.s dilahirkan, Nabi Isa a.s diangkat ke langit, Nabi Ya’qub a.s disembuhkan dari penyakit matanya, Nabi Ayyub a.s diberi jalan keluar, serta diampuninya Nabi Daud a.s oleh Allah SWT.
Puasa Tasu’a dan Asyura
Di bulan ini juga ada anjuran ibadah yang rasanya sangat disayangkan jika kita melewatkan begitu saja. Ibadah itu adalah puasa sunnah Tasu’a dan Asyura. Dinamakan puasa Tasu’a sebab berakar dari kata tasi’ yang berarti sembilan atau tanggal sembilan muharram. Sedangkan dinamakan puasa ‘asyura’ sebab berakar dari kata ‘asyrun yang berarti sepuluh atau tanggal sepuluh muharram. Kedua puasa ini hukumnya sunnah.
Menurut para ulama fikih, puasa Tasu’a merupakan ibadah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini ditandai dengan adanya riwayat yang mengatakan bahwa beliau bersabda :
لَئِنْ بَقِيَتْ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُوْمَنَّ مِنَ التَّاسِعِ فَمَاتَ قَبْلَهُ. رواه مسلم
Artinya : “Seandainya (usiaku) masih ada di tahun depan, maka aku akan berpuasa di hari ke Sembilan (Muharram).” Namun, belum menginjak ke tahun tersebut Nabi Muhammad SAW telah wafat terlebih dahulu. HR. Muslim
Dalam kitab Al-Umm dan Ar-Risalah, Imam Syafi’i menjadikan hadits diatas sebagai dalil kesunnahan menunaikan puasa Tasu’a, Asyura beserta hari ke 11. Para ‘ulama menambahkan, bahwa ada 2 hikmah dibalik disunnahkannya puasa Tasu’a. Pertama, agar berbeda dengan puasa yang dilakukan oleh kaum yahudi, yang mana kaum yahudi hanya menjalankan puasa di tanggal 10 saja. Oleh sebab itu, keberadaan puasa Tasu’a merupakan suatu alasan agar kita berbeda dengan mereka. Kedua, sebagai bentuk kehati-hatian (ihtiyat). Maksutnya, andaisaja kita keliru dalam menjalankan puasa Asyura’ yakni kurang awal dalam menjalankan puasa, maka puasa Tasu’a bisa mencover puasa Asyura’.
Kesunnahan selanjutnya adalah puasa Asyura’. Puasa ini jatuh setelah puasa Tasu’a. Banyak hadits yang menjelaskan mengenai kesunnahan serta keutamaan melakukan puasa Asyura. Salah satunya yakni :
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ اَلَّتِى قَبْلَهُ. رواه مسلم
Artinya : “Puasa pada hari Asyura’, aku meminta kepada Allah SWT agar menghapus dosanya setahun yang lalu.” HR. Muslim
Hadits ini merupakan hadits yang sering dikutip oleh para ulama fikih di berbagai karya tulisnya. Keutamaan puasa Asyura ini memang hanya bisa menghapuskan dosa selama satu tahun saja, tidak seperti puasa Arafah yang bisa melenyapkan dosa selama dua tahun. Alasannya, sebab puasa Asyura’ merupakan ibadah yang disyariatkan sebelum era Nabi Muhammad SAW. sedangkan Nabi Muhammad SAW. merupakan Nabi yang lebih mulia dibanding Nabi yang lain. Oleh sebabnya, keutamaan ibadah yang turun di masa Nabi Muhammad SAW. otomatis lebih menggiurkan daripada keutamaan ibadah yang turun sebelum Nabi Muhammad SAW.
Ibadah selain puasa
Tak elok jika bulan mulia ini hanya diisi dengan ibadah puasa belaka. Ada beberapa amalan lain yang dianjurkan. Sebagian ulama menyebutkan ada 12 amalan. 1) Shalat Tasbih, 2) puasa 3) sedekah 4) melapangkan nafkah (bagi yang wajib menafkahi) 5) mandi 6) mengunjungi orang ‘alim yang shalih 7) menjenguk orang yang sakit 8) mengusap kepala anak yatim 9) menggunakan celak 10) memotong kuku 11) membaca surat Al-Ikhlas sebanyak 1000 kali 12) silaturrahim. Akan tetapi ada yang menganggap bahwa kesemua amalan ini tidak berdasar pada hadits. Sedangkan yang disebutkan dalam hadits hanyalah puasa dan melapangkan nafkah.
Dalam kitab ‘Ianatut Tholibin juga disebutkan, ada beberapa amalan yang dianjurkan ditunaikan pada hari Asyura, antara lain : 1) barangsiapa yang menghidupkan malam Asyura dengan beribadah, maka ia seakan-akan beribadah laiknya ibadahnya penghuni langit ketujuh. 2) barangsiapa yang shalat 4 rakaat dengan setiap rakaatnya membaca surat Al-Fatihah 1 kali serta Al Ikhlas 51 kali, maka dosa-dosa yang ia lakukan selama 50 tahun, akan terhapus. 3) barangsiapa yang memberikan minuman di hari asyura’, maka kelak di hari akhir akan diberikan minuman yang tak bisa membuat ia merasa haus selamanya. 4) barangsiapa yang bersedekah pada hari asyura’, seakan-akan ia tak pernah menolak peminta 5) barangsiapa yang mandi di hari asyura’, ia terbebas dari jerat penyakit pada tahun itu selain kematian. 6) barangsiapa yang mengusap kepala atau berbuat baik pada anak yatim di hari asyura’, maka ia seakan-akan berbuat baik terhadap seluruh anak adam. 7) barangsiapa yang menjenguk orang sakit pada hari asyura’, seakan-akan ia mengunjungi seluruh anak adam yang didera penyakit.
Ada baiknya jika beragam amalan diatas kita laksanakan, selama kita memiliki waktu yang cukup longgar, kondisi tubuh yang bugar serta keadaan yang memungkinkan. Selamat menunaikan ibadah di hari Asyura’.
Wallahu a’lam
Sumber :
- Nihayatuz Zain
- as-Syarqowi ‘ala syarh al-Tahrir
- ‘Ianatut Thalibin
- Ghayatul bayan syarah matan Zubad
- Ghayatul Muna syarah Safinatun Najah