Assalamu’alaikum Wr.Wb. Ustadz saya mau tanya, kalau seandainya kita mencintai awliya’ yang tidak pernah kita jumpai, apakah juga ada manfaatnya bagi kita?
Grup KONSULTASI FIQIH UMUM & KEWANITAAN berusaha untuk menjawab permasalahan-permasalahan fiqhiyyah berdasarkan kitab-kitab yang mu`tabar dalam ahlus sunnah wal jama`ah. Dalam setiap jawaban selalu dicantumkan ibarat lengkap dari kitab yang bersangkutan dengan pertanyaan yang ada.
Comments
comments
One thought on “Mencintai Wali Allah Tidak Harus Bertemu”
admin says:
Mencintai awliya dan orang-orang saleh tidak harus bertemu langsung dengan yang bersangkutan.
Salah satu yang dapat dipetik dari keutamaan pembacaan manaqib (riwayat hidup) orang-orang saleh dan awliya’, adalah menumbuhkan rasa cinta dan dorongan untuk mengikuti jejaknya, sehingga kelak oleh Allah SWT akan dikumpulkan dengan mereka.
Dalam hadits dinyatakan:
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رضي الله تعالى عنه أَنَّهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله تعالى عليه وسلم فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِي رَجُلٍ أَحَبَّ قَوْمًا لَمْ يَلْحَقْ بِهِمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله تعالى عليه وسلم الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ. رواه شيخان
“Dari Ibnu Mas’ud RA berkata: Telah ating seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW, kemudian berkata: “Wahai Rasulullah! Bagaimana pendapat anda tentang seorang yang mencintai kaum akan tetapi tidak mampu beramal sebagaimana mereka?” Maka Rasulullah SAW menjawab: “Seseorang itu (akan dikumpulkan) bersama orang yang dicintai.” HR. Bukhori dan Muslim.
مَنْ أَحَبَّ قَوْمًا حَشَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى فِي زُمْرَتِهِمْ. رواه الطبراني
“Barang siapa yang mencintai kaum, maka Allah akan mengumpulkannya pada golongan mereka.”. HR.Thobroni.
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رضي الله تعالى عنه أَنَّهُ قَالَ, قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله تعالى عليه وسلم الرَّجُلُ يُحِبُّ الْقَوْمَ وََلا يَسْتَطِيعُ أَنْ يَعْمَلَ بِعَمَلِهِمْ ثُمَّ قَالَ أَنْتَ يَا أَبَا ذَرٍّ مَعَ مَنْ أَحْبَبْت.رواه أبو داود
“Dari Abu Dzarrin RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: Orang yang mencintai kaum dan tidak mampu beramal seperi amalnya. Kemudian Rasulullah bersabda: “Kamu wahai Abu Dzarrin! Bersama orang yang kamu cintai.”. HR. Abu Dawud
“Aku mencintai orang-orang saleh dan aku bukan golongan dari mereka, akan tetapi dengan mereka aku mengharap mendapaat syafa’atnya
Mencintai orang yang saleh, harus dibuktikan dengan usaha untuk mengikuti amal ibadah mereka.
Imam al-Ghazali berkata: “Mencintai orang-orang saleh tanpa mengikuti sama sekali pada amalnya tidaklah berguna”. Selanjutnya Syekh Muhammad bin Muhammad bin Mushtofa al-Khodimi berkata: “Orang yang mencintai kaum saleh adakalanya beramal sebagaimana mereka, jika demikian mereka berarti termasuk golongannya. Adakalanya prilakunya sebagian sama dan sebagian lain tidak sama. Jika ketidaksamaan prilakunya dalam keimanan, maka jelas bukan bagian dari golongan orang saleh, seperti orang Yahudi yang mengaku mencintai para Rasul, sementara mereka tetap tidak beriman. Jika imannya sama, akan tetapi amalnya tidak sama, apabila karena malas dalam beramal seperti kaum saleh, maka kecintaanya tidak membawa faedah sehingga tidak dapat dikumpulkan dalam golongan orang-orang saleh. Jika perbedaan dalam beramal disebabkan ketidak mampuan setelah berusaha, maka dapat diharapkan akan dikumpulkan dengan orang-orang saleh yang mereka cintai. Inilah yang dimaksud dalam beberapa keterangan mengenai keutamaan mencintai orang-orang saleh.”
Lihat: Bariqoh Mahmudiyyah Syarh Thoriqoh Muhammadiyyah juz lll hal.105.
Mencintai awliya dan orang-orang saleh tidak harus bertemu langsung dengan yang bersangkutan.
Salah satu yang dapat dipetik dari keutamaan pembacaan manaqib (riwayat hidup) orang-orang saleh dan awliya’, adalah menumbuhkan rasa cinta dan dorongan untuk mengikuti jejaknya, sehingga kelak oleh Allah SWT akan dikumpulkan dengan mereka.
Dalam hadits dinyatakan:
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رضي الله تعالى عنه أَنَّهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله تعالى عليه وسلم فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِي رَجُلٍ أَحَبَّ قَوْمًا لَمْ يَلْحَقْ بِهِمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله تعالى عليه وسلم الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ. رواه شيخان
“Dari Ibnu Mas’ud RA berkata: Telah ating seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW, kemudian berkata: “Wahai Rasulullah! Bagaimana pendapat anda tentang seorang yang mencintai kaum akan tetapi tidak mampu beramal sebagaimana mereka?” Maka Rasulullah SAW menjawab: “Seseorang itu (akan dikumpulkan) bersama orang yang dicintai.” HR. Bukhori dan Muslim.
مَنْ أَحَبَّ قَوْمًا حَشَرَهُ اللَّهُ تَعَالَى فِي زُمْرَتِهِمْ. رواه الطبراني
“Barang siapa yang mencintai kaum, maka Allah akan mengumpulkannya pada golongan mereka.”. HR.Thobroni.
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رضي الله تعالى عنه أَنَّهُ قَالَ, قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله تعالى عليه وسلم الرَّجُلُ يُحِبُّ الْقَوْمَ وََلا يَسْتَطِيعُ أَنْ يَعْمَلَ بِعَمَلِهِمْ ثُمَّ قَالَ أَنْتَ يَا أَبَا ذَرٍّ مَعَ مَنْ أَحْبَبْت.رواه أبو داود
“Dari Abu Dzarrin RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: Orang yang mencintai kaum dan tidak mampu beramal seperi amalnya. Kemudian Rasulullah bersabda: “Kamu wahai Abu Dzarrin! Bersama orang yang kamu cintai.”. HR. Abu Dawud
Imam Syafi’I RA berkata:
أُحِبُّ الصَّالِحِينَ وَلَسْت مِنْهُمْ وَلَكِنِّي بِهِمْ أَرْجُو الشَّفَاعَةَ
“Aku mencintai orang-orang saleh dan aku bukan golongan dari mereka, akan tetapi dengan mereka aku mengharap mendapaat syafa’atnya
Mencintai orang yang saleh, harus dibuktikan dengan usaha untuk mengikuti amal ibadah mereka.
Imam al-Ghazali berkata: “Mencintai orang-orang saleh tanpa mengikuti sama sekali pada amalnya tidaklah berguna”. Selanjutnya Syekh Muhammad bin Muhammad bin Mushtofa al-Khodimi berkata: “Orang yang mencintai kaum saleh adakalanya beramal sebagaimana mereka, jika demikian mereka berarti termasuk golongannya. Adakalanya prilakunya sebagian sama dan sebagian lain tidak sama. Jika ketidaksamaan prilakunya dalam keimanan, maka jelas bukan bagian dari golongan orang saleh, seperti orang Yahudi yang mengaku mencintai para Rasul, sementara mereka tetap tidak beriman. Jika imannya sama, akan tetapi amalnya tidak sama, apabila karena malas dalam beramal seperti kaum saleh, maka kecintaanya tidak membawa faedah sehingga tidak dapat dikumpulkan dalam golongan orang-orang saleh. Jika perbedaan dalam beramal disebabkan ketidak mampuan setelah berusaha, maka dapat diharapkan akan dikumpulkan dengan orang-orang saleh yang mereka cintai. Inilah yang dimaksud dalam beberapa keterangan mengenai keutamaan mencintai orang-orang saleh.”
Lihat: Bariqoh Mahmudiyyah Syarh Thoriqoh Muhammadiyyah juz lll hal.105.