Maksud Semua Bid’ah Sesat
Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Ana mau nanya tentang hadits yang berbunyi “wakulla bid’atin dlolalah”. Tolong minta pnjelasannya ustadz. Syukron.
Toha
Kaltim
Jawab
Yang dimaksud dengan bid’ah adalah: semua amal kebaikan atau keyakinan yang bukan bagian dari ajaran Islam, dikesankan seolah-olah bagian dari ajaran Islam. Amal kebaikan yang tidak ditemukan pada masa Rasulullah SAW tetapi tercakup dalam ajaran agama Islam secara umum, bukan tergolong bid’ah, seperti menghimpun jama’ah shalat taraweh di masjid sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat Umar bin Khottob RA.
Jadi, bukan semua amal kebaikan yang tidak ditemukan pada msa aRasulullah SAW disebut bid’ah (pembahasan tentang bid’ah secara lengkap sudah pernah saya jelaskan).
Salah satu hadits yang sering dijadikan dalil oleh kelompok Islam yang gemar membid’ahkan karena menganggap semua amal kebaikan yang tidak dikenal pada masa Rasulluah SAW berarti bid’ah adalah :
عَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ, أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَلاَ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ شَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ. رواه ابن ماجه
“Dari ‘Abdullah bin Mas’ud. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Ingatlah, berhati-hatilah kalian, jangan sampai membuat hal-hal baru. Karena perkara yang paling jelek adalah membuat hal baru . dan setiap perbuatan yang baru itu adalah bid’ah. Dan semua bid’ah itu sesat.” HR. Ibnu Majah.
Dalam Hadits ini Rasulullah SAW menggunakan kalimat kullu (semua), yang secara tekstual seolah-olah diartikan semuanya atau seluruhnya. Sebenarnya kalimat kullu tidak selamanya berarti keseluruhan atau semua, adakalanya berarti sebagian. Seperti dalam ayat al-Qu’an:
“Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” QS. Al-Anbiya’:30.
Meskipun ayat ini menggunakan kalimat kullu, namun tidak berarti semua benda yang ada dunia ini diciptakan dari air. Buktinya ayat al-Qur’an yang lain berikut ini:
“Dan Allah SWT menciptakan Jin dari percikan api yang menyala”. QS. Ar-Rahman:15.
Demikian pula dengan hadits diatas. Walaupun menggunakan kalimat kullu, bukan berarti seluruh yang tidak ada pada masa Nabi SAW dilarang dan sesat. Ini dibuktikan, dengan apa yg dialkukan oleh para sahabat, mereka juga melaksanakan amal kebaikan yang tidak ditemukan pada masa Rasulullah SAW masih hidup. Misalnya usaha menghimpun dan membukukan al-Qur’an, mengumpulkan jama’ah tarawih menjadi satu didalam masjid, dan lain-lain. Nah, kalau kalimat kullu diatas diartikan keseluruhan, yang berarti semua hal-hal yang baru itu sesat dan berdosa, berarti para sahabat telah melakukan kesesatan dan perbuatan dosa secara kolektif (bersama). Padahal, sejarah telah membuktikan bahwa mereka adalah orang-orang pilihan yang tidak diragukan lagi keimanan dan ketaqwaannya. Bahkan diantara mereka sudah dijamin sebagai penghuni surga. Maka, sungguh tidak dapat diterima akal, kalau para sahabat Nabi SAW yang begitu agung tidak mengetahuinya, apalagi tidak mengindahkan larangan Rasulullah SAW.
Imam Nawawi berkata: Hadits ini lafadznya umum tetapi yang dikehendaki perbuatan baru yang tidak sesuai dengan syari’at. Lihat: Risalatu Ahlis Sunnnah wal Jama’ah. 6, Al-Mawsu’ah al-Yusufiyah juz. ll hal. 488.