Mbah Jenggot
Kajian Kitab Al-hikam (Bagian 5)
اِجْتِهَاد ُكَ فِيْمَا ضُمِنَ لَكَ وَتَقْصِيْ رُكَ فِيْمَا طُلِبَ مِنْكَ دَلِيْلٌ عَلىَ اِنْطِمَاس ِ الْبَصِيْر َةِ مِنْكَ.
Kesungguha nmu mengejar apa yang sudah dijamin untukmu dan kelalaianm u melaksanak an apa yang dituntut darimu, adalah bukti dari rabunnya mata batinmu.
Terkadang dunia begitu melenakan kita, padahal hidup di alam ini fana belaka. Dan Allah sudah mengatur detil kebutuhan kita, bukan ketamakan keinginan kita. Sehingga dengan penuh semangat dan antusias kita imbangi permainan dunia ini. Ibarat main game-lah, betapa asyiknya kita tanpa peduli waktu dan kesempatan . Kita merasa kemuliaan kita di dunia ini variabel dengan kemuliaan kita di akhirat.
Sementara akhirat adalah kehidupan yang abadi. Percaya atau tidak, kitab Allah yang berbicara seperti itu, boleh percaya boleh tidak, hanya iman didada yang mampu menjawabny a. Dan sejujurnya betapa persiapan untuk kehidupan abadi itu sering kita lalaikan. Kita terlalu silau oleh kemuliaan kehidupan didunia ini.
Pernahkah kita menyadari bahwa kehidupan dunia dan isinya Allah telah jaminkan atas hidup kita?, sementara Allah ‘hanya’ menuntut kita untuk mempersiap kan kehidupan akhirat kita. Namun dalam perjalanny a permainan dunia demikian kuat pusarannya sehingga kita terlalu sering melupakan tujuan kita sesungguhn ya. Terlalu ngotot dengan apa yang kita lihat dan kita raba di dunia ini. Sehingga kita lupa dengan sumpah kita saat di Lauhul Mahfudz, dalam Surat Al A’raf 172-173
“dan (ingatlah) , ketika Tuhanmu mengeluark an keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : “Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : “Sesungguh nya Kami (Bani Adam) adalah orang-oran g yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)“,.
Bila kita telah bersaksi dihadapanN ya sedemikian rupa dan dalam prosesnya di dunia kita seolah lupa maka, sepantasny a bila Syekh Ath Thailah mengolok bahwa mata batin kita telah rabun.
Kesungguha n seseorang dalam mencari karunia Allah SWT, termasuk juga mencari rizki harusnya selalu berkeyaqin an dengan firman Allah:
”Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rizkinya.” (Hûd: 6)
Allah meminta pertanggun gjawaban kepada manusia, dengan menjadikan harta yang telah dianugerah kan Allah kepada para hamba berfungsi untuk ibadah; hendaknya diberlakuk an sebagai ibadah dan untuk kepentinga n yang berfaedah bagi syiar agama Allah, seperti firman-Nya ,
”Wahai sekalian manusia, beribadahl ah kepada Tuhanmu.” (Al-Baqara h: 21)
Ayat ini merupakan dalil dan bukti yang membimbing hati manusia untuk mengetahui hal-hal yang rahasia dan hal-hal yang tampak jelas.
Penulis menjelaska n bahwa terkadang orang yang mencari rizki sedikit mengurangi amal ibadahnya, namun apabila ia mencari rizki dan tidak mengurangi ibadahnya kepada Allah, maka ia sebagaiman a hadits Nabi, ”Barangsia pa yang tertidur karena capek mencari rizki halal, maka dia tertidur dalam keadaan diampuni dosanya oleh Allah.”
Ya Allah mohon ampun Rabb, atas rabunnya mata jiwa ini, semoga Engkau menakdirka n kami menjadi golongan orang-oran g yang engkau beri Nikmat dunia wal akhirat. Allahumma amin.