623. MUAMALAH : Memanfaatkan barang GADAIAN
PERTANYAAN
Lukman Abdullah
Assalamual aikum….
bagaimana hukum kita pinjam uang dg gadai tanah,,tap i si peminjam menggarap dan mengambil hasil dari tanah tersebut,r iba / bukan…?/ mohon pencerahan nya dari semua madzhab… ..???
JAWABAN
Masaji Antoro
Wa’alaikum salam
Dalam permasalah an semacam ini terdapat tiga pendapat dari para ulama Fiqh :
1. Haram : sebab termasuk hutang yang dipungut manfaatnya
2. Halal : Bila tidak terdapat syarat pada waktu akad sebab menurut pendapat ulama fiqh yang masyhur adat yang berlaku dimasyarak at tidak termasuk syarat
3. Syubhat : (Tidak jelas halal haramnya) karena terjadi perselisih an pendapat dalam permasalah an ini
Referensi :
و منها : لو عم في الناس اعتياد إباحة منافع الرهن للمرتهن فهل ينزل منزلة شرطه حتى يفسد الرهن قال الجمهور : لا و قال القفال : نعم
Jika sudah umum dikalangan masyarakat kebiasaan kebolehan memanfaatk an barang gadaian oleh pemilik gadai apakah kebiasaan tersebut sama dengan pemberlaku an syarat (kebolehan pemanfaata n) sampai barang yang digadaikan tersebut rusak ? Mayoritas Ulama menyatakan tidak sama sedang Imam ql-Qaffal menyatakan sama.
Asybah wa an-Nazhooi r I/192
( و ) جاز لمقرض ( نفع ) يصل له من مقترض كرد الزائد قدرا أو صفة والأجود في الرديء ( بلا شرط ) في العقد بل يسن ذلك لمقترض…. وأما القرض بشرط جر نفع لمقرض ففاسد لخبر كل قرض جر منفعة فهو ربا
( قوله ففاسد ) قال ع ش ومعلوم أن محل الفساد حيث وقع الشرط في صلب العقد
أما لو توافقا على ذلك ولم يقع شرط في العقد فلا فساد
Diperboleh kan bagi sipemberi pinjaman untuk memanfaatk an (sesuatu kelebihan) yang diperoleh dari si peminjam seperti pengembali an yang lebih baik ukuran ataupun sifat dan lebih baik pada pinjaman yang jelek asalkan tidak tersebutka n pada waktu akad sebagai persyarata n bahkan hal yang demikian bagi peminjam disunahkan (mengembal ikan yang lebih baik dibandingk an barang yang dipinjamny a)
Adapun peminjaman dengan syarat boleh mengambil manfaat oleh peminjam maka hukumnya rusak/hara m sesuai dengan hadits “semua peminjaman yang menarik sesuatu (terhadap yang dipinjamka nny maka termasuk riba”
Dengan ini diketahui akan rusaknya akad tersebut jika memang disyaratka n dalam akad. Sedangkan jika keduanya (Si peminjam dan yang dipinjami uang) saling sepakat dan tanpa ada persyarata n tertentu dalam akad maka akad itupun tidak menjadi rusak (hukumnya boleh)
I’aanah at-Thoolib iin III/353