PERTANYAAN :
Mbah Maimun Al-cetoqi
bagiman hukumnya solat jum at yang imam solat dan khotibnya sendiri sendiri.(d ukan seorang)?
JAWABAN:
>> Mbah Jenggot II: makruh
>> Mumu Bsa:
di kitab bajuri
ibarahnya: apabila khotib berhadast di tengah2 khutbah maka wajib mengulang dari awal khutbah. dan tidak boleh bagi khotib melanjutka n khutbanya, walaupun dia bersuci dengan cepat, karna khutbah adalah satu kesatuan ibadah oleh karna itu tidak boleh dilakukan dengan 2 kali bersuci. berbeda hal nya apabila hadastnya terjadi di atara khutbah dan solat, lalu khotib bersuci dengan cepat maka ini tidak apa2. DAN APABILA DI GANTIKAN SECARA LANGSUNG OLEH ORANG YG MENERUSKAN PEKERJAANN YA MAKA HUKUMNYA SAH… ”KARNA ISTIKHLAF HUKUMNYA JAIZ SEBAGAIMAN A YANG DHOHIR” tolong di cek dong :D
>> Aan Farhan: syekh nahrir muhammad shalih bin ibrohim :makruh
>> Mumu Bsa:
wal hasil annal istikhlaf fil jumuati, imma an yakuna atsnaa’al khutba…. ………. ila akhirihi, yg artinya: kesimpulan nya bahwa pergantiaa n posisi menjadi imam adakalanya terjadi 1. di pertengaha n khutbah, 2. di antara khutba dan solat jum’at, 3. di saat melaksanak an solat jum’at.
jika kejadianny a berupa kasus yg pertama, maka disyaratka n pengganti imam telah menyimak perkara yang lewat (yg diuraikan oleh khatib), dari berbagai rukun khutbah.
jika kejadianny a berupa kasus yang kedua, maka di syaratkan pengganti imam telah menyimak seluruh rukun khutbah (jum’at), sebab orang yg tidak mendengark an khutba bukan tergolong ahlil jum’at, dan sesungguhn ya ia baru bisa tergolong ahli jum’at apabila ia telah masuk (melaksana kan) solat jum’at.
dan jika kejadianny a berupa kasus yang ketiga, maka terbagi atas 3 bagian…
1.penggan tian itu terjadi sebelum pengganti imam itu berma’mum kepada imam, maka hal ini terlarang secara mutlaq
2.penggan ti imam mendapati imam dalam posisi berdiri yg pertama atau saat posisi ruku’, maka solat jum’at nya sah baginya dan bagi para jama’ah., dan jika imam meminta digantikan kepada orang yang berma’mum dengannya, sebelum imam keluar dari jama’ah, atau ma’mum melangka maju dengan sendirinya , maka hal itu merupakan hal yang jelas (sah solat jum’atnya)
dan jika tidak (imam tidak minta digantikan / ga ada yg maju) maka wajib bagi para ma’mum mengedepanka n 1 orang di antara mereka, dan wajib bagi orang itu melangka maju jika ia menyangka kuat mendapat penyerahan (para ma’mum untuk mengganti imam itu)
3.penggan ti imam tidak mendapati imam sebelum imam berhadats, kecuali setelah ruku’ roka’at pertama. dan kejadian seperti ini, tidak diperboleh kan bagi orang itu untuk melakukan pergantian (posisi imam), menurut pendapat imam ibnu hajar….. ………i la akhirihi wallahu a’lam.==== ===
Masaji Antoro>>
Wa’alaikum salam
Menurut Syafiiyyah : Boleh tapi makruh
Menurut Malikiyyah : Tidak BOLEH dan batal shalat jumahnya
ANJURAN KHOTIB DAN IMAM SATU ORANG
…
اسْتِحْبَا بُ كَوْنِ الْخَطِيبِ وَالإِْمَا مِ وَاحِدًا :
32 – يُسْتَحَبّ ُ أَنْ لاَ يَؤُمَّ الْقَوْمَ إِلاَّ مَنْ خَطَبَ فِيهِمْ ؛ لأَِنَّ الصَّلاَةَ وَالْخُطْب َةَ كَشَيْءٍ وَاحِدٍ (2) ، قَال فِي تَنْوِيرِ الأَْبْصَا رِ : فَإِنْ فَعَل بِأَنْ خَطَبَ صَبِيٌّ بِإِذْنِ السُّلْطَا نِ وَصَلَّى بَالِغٌ جَازَ (3) ، غَيْرَ أَنَّهُ يُشْتَرَطُ فِي الإِْمَامِ حِينَئِذٍ أَنْ يَكُونَ مِمَّنْ قَدْ شَهِدَ الْخُطْبَة َ . قَال فِي الْبَدَائِ عِ : وَلَوْ أَحْدَثَ الإِْمَامُ بَعْدَ الْخُطْبَة ِ قَبْل الشُّرُوعِ فِي الصَّلاَةِ فَقَدَّمَ رَجُلاً يُصَلِّي بِالنَّاسِ : إِنْ كَانَ مِمَّنْ شَهِدَ الْخُطْبَة َ أَوْ شَيْئًا مِنْهَا جَازَ ، وَإِنْ لَمْ يَشْهَدْ شَيْئًا مِنَ الْخُطْبَة ِ لَمْ يَجُزْ ، وَيُصَلِّي بِهِمُ الظُّهْرَ ، وَهُوَ مَا ذَهَبَ إِلَيْهِ جُمْهُورُ الْفُقَهَا ءِ (4) .
وَخَالَفَ فِي ذَلِكَ الْمَالِكِ يَّةُ ، فَذَهَبُوا إِلَى وُجُوبِ كَوْنِ الْخَطِيبِ وَالإِْمَا مِ وَاحِدًا إِلاَّ لِعُذْرٍ كَمَرَضٍ ، وَكَأَنْ لاَ يَقْدِرَ الإِْمَامُ عَلَى الْخُطْبَة ِ ، أَوْ لاَ يُحْسِنَهَ ا (5) .
__________
(2) منية المصلي ص 246 ، والدر المختار 1 / 576 .
(3) الدر المختار على هامش ابن عابدين 1 / 576 .
(4) البدائع 1 / 265 ، المغني 2 / 307 ، حاشية الجمل 2 / 58 ، كشاف القناع 2 / 34 .
(5) راجع شرح الجواهر الزكية 123 .
Disunahkan shalat jumah tidak diimami oleh selain orang yang ditunjuk menjadi khotib, karena shalat jumah dan khutbah seperti sesuatu yang satu (Minyah al-Mushall i hal. 246, ad-Durr al-Mukhtaa r I/576))
Dalam Kitab Tanwiir al-Abshaar diterangka n “Bila terjadi seorang bocah berkhutbah atas rekomendas i seorang penguasa dan yang menjadi imam orang lain yang baligh maka boleh hanya saja disyaratka n imam shalat tersebut hadir saat khutbah berlangsun g ad-Durr al-Mukhtaa r I/576)
Dalam Kitab al-Badaa-i ’ dituturkan “Bila imam hadats seusai khutbah sebelum menjalanka n shalat jumat, kemudian menjadikan orang lain sebagai imam bila ia hadir saat khutbah berlangsun g atau ia mendapati sebagian isi khutbah maka boleh bila tidak maka tidak boleh dan harus mengerjaka n shalat dhuhur, pernyataan ini yang dipilih oleh mayoritas ulama Fiqh (al-Badaa- i’ I/263, Hasyiyah al-Jamal II/58, al-Mughni II/307, Kisyaaf al-Qinaa II/34)
Kalangan Malikiyyah berbeda pendapat mengenai ketentuan diatas, menurut mereka keberadaan Khotib dan Imam shalat jumah harus satu orang kecuali bila terdapat udzur (halangan) seperti sakit dan imam tidak mampu atau layak menjalanka n fungsinya sebagai khotib. (Syarh al-Jawaahi r hal 123)
Al-Mausuua h al-Fiqhiyy ah XXVII/206
اَلْمَالِك ِيَّةُ قَالُوْا تَنْقَسِمُ شُرُوْطُ الْجُمُعَة ِ إِلِى قِسْمَيْنِ شُرُوْطِ وُجُوْبٍ وَشرُوْطِ صِحَّةٍ – إلى أن قال – وَأَمَّا شُرُوْطُ صِحَّةِ الْجُمُعَة ِ فَهِيَ خَمْسَةٌ – إلى أن قال – اَلثَّالِث ُ اْلإِمَامُ وَيُشْتَرَ طُ فِيْهِ أَمْرَانِ أَحَدُهُمَ ا أَنْ يَكُوْنَ مُقِيْمًا أَوْ مُسَافِرًا نَوَى إِقَامَةَ أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ وَقَدْ تَقَدَّمَ ثَانِيْهِم َا أَنْ يَكُوْنَ هُوَ اَلْخَطِيْ بُ فَلَوْ صَلَّى بِهِمْ غَيْرُ مَنْ خَطَبَ فَالصَّلاَ ةُ بَاطِلَةٌ إِلاَّ إِذَا مَنَعَ اَلْخَطِيْ بُ مِنَ الصَّلاَةِ مَانِعٌ يُبِيْحُ لَهُ اْلاسْتِخْ لاَفَ اهـ
Kalangan Malikiyyah : Syarat-sya rat Jumah terbagi atas dua, syarat wajib dan syarat SAH….
Sedang syarat sahnya shalat jumah…. Disyaratka n Imamnya harus orang yang berdomisil i atau orang yang bepergian yang niat menetap selama 4 hari, Imamnya harus orang yang menjadi khotib dengan demikian bila imam jamaah shalat jumah bukan petugas khotib shalat jumahnya batal kecuali bila ia terhalang menjadi imam akibat hal yang memperkena nkan terjadi pengganti imam shalat.
Al-Fiqh alaa madzaahib al-Arba’ah I/595
وَيُكْرَهُ ذَلِكَ أَعْنِيْ أَنْ يَكُوْنَ اَلْخَطِيْ بُ غَيْرَ اْلإِمَامِ أَفْتَى بِذَلِكَ اَلشَّيْخُ التَّحْرِي ْرِ اللَّوْذَع ِيُّ مُحَمَّدُ صَالِحِ بْنِ إِبْرَاهِي ْمَ اهـ
Klangan Syafi’iyya h : “Makruh hukumnya khotib tidak menjadi imam shalat jumah” (fatwa at-tahriir al-laudzaa ’i Muhammad Sholih Bin Ibrahim
Sulam at-Taufiiq Hal 34
Wallaahu A’lamu bs Showaab