Oleh Umar Bin Sholeh AlHamid
Shan’ani mengatakan ;
وَفِى الْحَدِيْث ِ دَلِيْلٌ عَلَى اَنَّهُ يُنْدَبُ لِلْخَطِيْ بِ اْلاِعْتِم َادُ عَلَى سَيْفٍ اَوْنَحْوِ هِ وَقْتَ خُطْبَتِهِ (سبل السلام,ج2 ص59)
Hadits menjelaska n tentang kesunnahan khatib memegang pedang atau semisal (tongkat) pada waktu menyampaik an khutbahnya . (Subul al-Salam, Juz II, hal. 59)
عَنْ شُعَيْبِ بْنِ زُرَيْقٍ الطَائِفِي ِّ قَالَ شَهِدْناَ فِيْهَا الجُمْعَةَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ مُتَوَكِّئ ًا عَلَى عَصَا أَوْقَوْسٍ
Dari Syu’aib bin Zuraidj at-Tha’ifi ia berkata ”Kami menghadiri shalat jum’at pada suatu tempat bersama Rasulullah SAW. Maka Beliau berdiri berpeganga n pada sebuah tongkat atau busur”. (Sunan Abi Dawud hal. 824).
As Shan’ani mengomenta ri hadits terserbut bahwa hadits itu menjelaska n tentang “sunnahnya khatib memegang pedang atan semacamnya pada waktu menyampaik an khutbahnya ”. (Subululus Salam, juz II, hal 59)
فَإِذَا فَرَغَ المُؤَذِّّ نُ قَامَ مُقْبِلاً عَلَى النَّاسِ بِوَجْهِهِ لاَ يَلْتَفِتُ يَمِيْنًا وَلاَشِمَا لاً وَيُشْغِلُ يَدَيْهِ بِقَائِمِ السَّيْفِ أَوْ العُنْزَةِ وَالمِنْبَ رِ كَيْ لاَ يَعْبَثَ بِهِمَا أَوْ يَضَعَ إِحْدَاهُم َا عَلَى الآخَرِ
Apabila muadzin telah selesai (adzan), maka khatib berdiri menghadap jama’ ah dengan wajahnya. Tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri. Dan kedua tangannya memegang pedang yang ditegakkan atau tongkat pendek serta (tangan yang satunya memegang) mimbar. Supaya dia tidak mempermain kan kedua tangannya. (Kalau tidak begitu) atau dia menyatukan tangan yang satu dengan yang lain”. (Ihya’ ‘Ulum al-Din, juz I, hal 180).
Jumhur ulama’ mengatakan bahwa sunnah hukumnya bagi khotib untuk memegang tongkat pada saat membaca khutbah. Hal di jelaskan oleh Imam Syafi’i di dalam kitab al-Umm juz I. Hal.272.
قَالَ الشَّافِعِ يُّ رَحِمَكُمُ اللهُ وَبَلَغْنَ ا اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ اِذَا خَطَبَ اِعْتَمَدَ عَلَى عَصًا وَقَدْ قِيْلَ خَطَبَ مُتَعَمِّد ًا عَلَى عَنَـزَةٍ وَعَلَى قَوْسٍ وَكُلُّ ذَلِكَ اِعْتِمَاد ٌ اَخْبَرْنَ ا الرَّبِيْع ُ قَالَ اَخْبَرْنَ ا الشَّافِعِ يُّ قَالَ اَخْبَرْنَ ا اِبْرَاهِي ْمُ عَنْ لَيْثٍ عَنْ عَطَاءٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كِانِ اَذَا خَطَبَ يَعْتَمِدُ عَلَى عَنَـزَتِه ِ اِعْتِمَاد ًا (الأم ج1 ص 272)
(Imam Syafi’i ra berkata) mudah-muda han Allah Swt. memberikan rahmat kepada beliau, dan telah sampai kepada kami (berita) bahwa ketika Rasulullah Saw. berkhutbah , beliau berpegang pada tongkat. Ada yang mengatakan , beliau berkhutbah dengan memegang tongkat pendek dan anak panah. Semua benda-bend a itu dijadikan tempat bertumpu (pegangan) . Al-Rabi’ mengabarka n dari imam Syafi’i dari Ibrahim, dari Laits dari ‘Atha’, bahwa Rasulullah Saw. jika berkhutbah beliau memegang tongkat pendeknya untuk dijadikan tumpuan.
(Al-Umm, juz I, hal.272)
Hikmah dianjurkan nya memegang tongkat adalah untuk mengikat hati (agar lebih konsentras i) dan agar tidak mempermain kan tangannya. Demikian dalam kitab Subulus Salam, juz II, hal 59.
LINK ASAL :
DOKUMEN FB :