Masaji Antoro
Assalamu ‘alaikum warohmatul laahi wabaralaat uh.
PERSENTUHA N KULIT ANTARA PRIA WANITA DEWASA TANPA PENGHALANG
– مِنْ نَوَاقِضِ الْوُضُوءِ عِنْدَ جُمْهُورِ الْفُقَهَا ءِ ( الْمَالِكِ يَّةِ وَالشَّافِ عِيَّةِ وَالْحَنَا بِلَةِ ) لَمْسُ الرَّجُل الْمَرْأَة َ وَعَكْسُهُ دُونَ حَائِلٍ . لِقَوْلِهِ تَعَالَى : { أَوْ لاَمَسْتُم ُ النِّسَاءَ } (3) ….
وَقَال الْحَنَفِي َّةُ : لاَ يَنْتَقِضُ الْوُضُوءُ بِمَسِّ الْمَرْأَة ِ وَلَوْ بِغَيْرِ حَائِلٍ ؛ لِمَا رُوِيَ عَنْ عَائِشَة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبَّل بَعْضَ نِسَائِهِ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ وَلَمْ يَتَوَضَّأ ْ (3) . وَقَالُوا : إِنَّ الْمُرَادَ مِنَ اللَّمْسِ فِي الآْيَةِ الْجِمَاعُ ، كَمَا فَسَّرَهَا ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ (4) .
__________
(3) سورة النساء / 43 .
(3) حديث عائشة : ” أن النبي صلى الله عليه وسلم قبل بعض نسائه ثم خرج إلى الصلاة ولم يتوضأ ” . أخرجه الترمذي ( 1 / 133 – ط الحلبي ) ، وقال الزيلعي : ” وقد مال أبو عمر بن عبد البر إلى تصحيح هذا الحديث ” . نصب الراية ( 1 / 72 – ط المجلس العلمي ) .
(4) الاختيار لتعليل المختار 1 / 10 ، 11 .
“Termasuk hal membatalka n wudhu menurut mayoritas ulama fiqh (Malikiyya h, Syafiiyyah dan Hanabilah) adalah persentuha n kulit antara laki-laki dan wanita tanpa adanya penghalang berdasarka n firman Allah “Atau kamu telah menyentuh perempuan” (QS. 4:43).
Namun menurut kalangan Hanafiyyah persentuha n kulit antara laki-laki dan wanita meskipun secara langsung dan tanpa adanya penghalang tidak membatalka n wudhu berdasarka n hadits riwayat dari ‘Aisyah ra “Rosululla h shallallaa hu ‘alaihio wasallam mencium sebagian istrinya kemudian keluar menjalanka n shalat tanpa berwudhu” (HR. Turmudzi I/13)
Menurut kalangan Hanafiyyah maksud ayat “menyentuh perempuan” dalam surat an-Nisaa yang membatalka n diatas adalah bersenggam a seperti penafsiran Ibnu ‘Abbas ra. (al-Ikhtiy aar Li ta’liil alMukhtaar I/10-11)
AlFiqh alMausuu’a h XVI/238
>> Senja Kalanienk
kalo kesentuh/ gak sengaja, ttp ya?
>> Masaji Antoro
Ning Senja Kalanienk ~ baik terpaksa, lupa atau tidak disengaja, disertai syahwat atau tidak kalangan syafi’iyya h tetap menyatakan BATAL
(و) رابعها (تلاقى بشرتى ذكر وأنثى) ولو بلا شهوة وإن كان أحدهما مكرها أو ميتا لكن لا ينقض وضوء الميت
No 4. Hal yang dapat membatalka n wudhu adalah pertemuan dua kulit wanita dan wanita meskipun tanpa disertai syahwat dan meskipun salah satu dari keduanya dipaksa atau sudah meninggal, hanya saja wudhunya orang yang telah meninggal tidak menjadi batal.
Hamisy I’anah at-Thoolib iin I/64
ولا فرق في ذلك بين أن يكون بشهوة أو إكراها أو نسيان، أو يكون الرجل ممسوحا أو خصيا أو عنينا، أو المرأة عجوزا شوهاء، أو كافرة بتمجس أو غيره، أو حرة أو رقيقة، أو أحدهما ميتا، لكن لا ينتقض وضوء الميت
Dan tidak ada perbedaan dalam batalnya wudhu akibat persentuha n kulit antara wanita dan pria tersebut antara disertai syahwat atau tidak, terpaksa atau lupa, atau keberadaan lelakinya terpotong, terkebiri atau impoten kemaluanny a, atau keberadaan wnitanya sudah tua renta yang buruk rupanya atau wanita penganut agama majusi atau lainnya, wanita merdeka atau budak, atau salah seorang dari keduanya sudah meninggal hanya saja wudhunya orang yang telah meninggal tidak menjadi batal.
Iqnaa’ I/56
Wallaahu A’lamu Bis showaab