PERTANYAAN :
Dika Darojat El-ubaid
apakah wudhu itu harus selalu tertib, apa ada pengecuali an untuk tidak tertib dalam berwudhu?
JAWABAN :
Masaji Antoro
>>حاشية إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين لشرح قرة العين بمهمات الدين ج 1 – الصفحة 42أبي بكر ابن السيد محمد شطا الدمياطيول و انغمس محدث ولو في ماء قليل بنية معتبرة مما مر أجزأه عن الوضوء ولو لم يمكث في الانغماس زمنا يمكن فيه الترتيب( قوله ولو انغمس محدث ) أي حدثا أصغر لانصرافه إليه عند الإطلاق وق وله ولو في ماء قليل غاية لمقدر أي انغمس في ماء مطلق ولو كان قليلا لكن محل الاكتفاء بالانغماس فيه كما في الكردي فيما إذا نوى المحدث بعد تمام الانغماس رفع الحدث وإلا ارتفع الحدث عن الوجه فقط إن قارنته النية وحكم باستعمال الماء ( قوله بنية معتبرة مما مر ) كنية رفع الحدث أو نية الوضوء أو فرض الوضوء ( قوله أجزأه ) أي لأن الترتيب يحصل في لحظات لطيفة ( قوله ولو لم يمكث إلخ ) الغاية للرد على الرافعي القائل بأنه لا بد للإجزاء من إمكان الترتيب بأن يغطس ويمكث قدر الترتيب
Apabila seseorang yang sedang hadats kecil menyelam dalam air meskipun dalam air yang sedikit dengan disertai niat yang dianggap oleh syara’ maka wudhunya dianggap cukup meskipun dalam masa menyelam tidak ada masa/ tempo untuk memungkink an baginya menjalani tartib.
(Keteranga n dalam air yang sedikit) artinya menyelam dalam air muthlak meskipun airnya sedikit, namun cukupnya wudhu dengan menyelam tersebut bila seseorang yang hadats niat saat sudah dalam keadaan menyelam dengan sempurna, bila belum maka yang terangkat hanya hadats yang terdapat pada wajah saja bila disertai dengan niat dan sisa air lainnya menjadi musta’mal. (Keteranga n dengan disertai niat yang dianggap oleh syara’) seperti “niat menghilang kan hadats, niat wudhu atau fadhunya wudhu”.
(Keteranga n maka wudhunya dianggap cukup) karena tartib dapat ia hasilkan dalam masa yang amat sekejap(Ke terangan meskipun dalam masa menyelam tidak ada masa untuk memungkink an baginya menjalani tartib) sedang menurut ar-Rofi’i wudhu yang semacam ini tidak dianggap cukup kecuali saat ia menyelam dalam tempo yang memungkink an baginya menjalani tartib.
I’aanah at-Thoolib iin I/42
Muhamad Nasir
Apakah niat dan membasuh wajah termasuk tartib yai ?keteranga nnya “wa ma la qoblahu wa ma la ba’dahu >Indah ghusli wajhi”. Fa thul qorib,bab wudhu,Aniy at hal 4.
Masaji Antoro
Kang Muhamad Nasir ~ keterangan rujukan njenengan :
وتكون النية عند غسل أول جزء من الوجه أي مقترنة بذلك الجزء لا بجميعه ولا بما قبله ولا بما بعده
Niat dilakukan pada saat membasuh awal bagian dari wajah dalam arti beserta membasuh bagian ter sebut, tidak keseluruha nnya. Tidak sebelum atau sesudah membasuh awal bagian yang dibasuh tersebut.
>> Niat terletak saat membasuh awal bagian dari wajah
>> Tidak keseluruha nnya artinya tidak wajib keberadaan niat kita langgeng hingga selesainya membasuh wajah secara keseluruha n
>> Tidak sebelumnya artinya tidak cukup niat dilakukan sebelum membasuh bagian dari wajah misalnya saat berkumur
>> Tidak sesudahnya artinya niat pun tidak cukup bila dilakukan setelah membasuh bagian dari wajah misalnya saat membasuh kedua tangan…
Wallahu A’lamu Bish-Showa ab