“Selama memimpin Dar al-Ulum, Syaikh Yâsin al-Fâdani tidak hanya mengembangkan pendidikan yang dikhususkan bagi kaum Adam, akan tetapi ia sangat memperdulikan pendidikan bagi kaum Hawa. Untuk merealisasikan niatnya ini, Syaikh Yâsin al-Fâdani mendirikan Madrasah Kuttabu al-Banat yang merupakan madrasah yang pertama kali bagi perempuan di Saudi Arabia.”
(KH. Maimoen Zubair : Mustasyar PBNU dan Murid Syaikh Yâsin al-Fâdani) “Syaikh Yâsin al-Fâdani adalah seorang yang alim, allâmah, musnidnya tanah Hejaz sekaligus musnidnya dunia. Tidak ditemukan orang semulia beliau. Lewat tangannya, Allah hidupkan ilmu sanad setelah mati. Zaman tidak akan pernah datang dengan membawa figur seperti beliau. Dengan wafatnya Syaikh Yâsin al-Fâdani, ilmu sanad menjadi turun kasta.
Rasanya sulit, zaman akan kembali datang dengan membawa figur seperti beliau. Sungguh, zaman amatlah pelit untuk memberikan figur sekelas beliau.” (Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki : Mujaddid abad 15 Hijriyah) “Dahulu saya menganggap bahwa Sayyid Ahmad Rafi’ al-Thahthawi sebagai “musnid al-ashr”, adapun untuk sekarang, maka Syaikh Yâsin al-Fadany adalah “musnidu al-ashr” tanpa pertentangan. Sungguh persaksian ini melalui pengkajian yang mendalam.” (Sayyid Abdullah ibn Shadiq al-Ghumary : Guru Syaikh Yâsin al-Fâdani) “Selain dikenal sebagai ulama alim dan mempunyai banyak karya tulisnya, kalian akan menemukan Syaikh Yâsin al-Fâdani sebagai ulama yang sangat tawaduk, akhlak seorang yang mempunyai ilmu, keutamaan, dan makrifat. Ia sangat menghormati ulama. Ia gemar mengunjungi sahabat dan temannya. Ia mencintai santri-santrinya dan membimbingnya agar menjalankan amal kebaikan dan kesalehan supaya kelak menjadi ulama yang akan mengamalkan ilmu dan menyebarkannya di manapun ia berada dan berhijrah dengan penuh keikhlasan dan ketakwaan” (Syaikh Zakaria ibn Abdullah Bela : Pengajar di Masjidil Haram)
DAPATKAN BUKUNYA DI KIOS.SANTRI.NET