Tak dipungkiri, banyak umat Islam resah dengan keberadaan Wahabi alias Salafy — demikian mereka menjatidirikan kelompoknya. Cara dakwah yang mereka lakukan, membuat umat Islam gerah. Mereka kerap mencela, bahkan menista ulama besar dan gerakan Islam di luar kelompoknya. Pelbagai tuduhan, hujatan, dan lontaran kata-kata kasar keluar dari mulut kaum Wahabi. Dengan enteng, mereka memberi cap-cap (stigma) buruk dengan sebutan ahlu bid’ah, khurafi, penyembah kubur, gerakan sempalan sesat, kepada tokoh dan gerakan Islam yang bukan kelompoknya. Anehnya, ketika (ulama) wahabi dikritik gerakan Islam lain karena hujjahnya, mereka tidak rela, bahkan menyerang balik habis-habisan para pengkritiknya.
Sebetulnya, kalau mereka mau menelaah ulang kitab para pendahulunya, seperti Ibnu Taimiyah sebagai tokoh sentral mereka. Mereka akan sadar bahwa Ibnu Taimiyah sendiri tidak se-ekstrem kaum salafi sekarang. Peringatan maulid misalnya, Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa merayakan maulid dengan dasar cinta Nabi Saw. adalah bernilai pahala. Kaum wahabi berpendapat sebaliknya. Mereka mengatakan perbuatan itu sebagai bid’ah, kurafat, dan pengkultusan yang ujung-ujungnya adalah syirik.
Bagi masyarakat Muslim, jika ada kelompok yang suka menyalahkan, mencaci-maki dan membid’ahkan amalan-amalan ahlussunnah, cukuplah dijawab dengan dalil-dalil imam mereka sendiri, yang akan kita bahas satu persatu. Dijamin, mereka bakal kelabakan dan diam seribu bahasa. Sebab, nyatanya mereka melabrak pendapat-pendapat para imam mereka sendiri.
Berikut kami tunjukkan beberapa bukti yang shahih.
PERTAMA, tentang maulid. Ibnu Taimiyah dalam kitabnya, Iqtidha’ as-Sirath al-Mustaqim hal.269 menyatakan bahwa mereka yang mengagungkan maulid mendapat pahala besar karena tujuan baik dan pengagungan mereka kepada Rasulullah Saw..”
Video berikut akan memperjelas buktinya
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=uepJrvqveZQ&w=425&h=344]
Terjemah narasi:
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta. Amma ba’du
Peringatan maulid Nabi Saw. itu tergolong bid’ah hasanah. Peringatan semacam ini sudah ditradisikan sejak ratusan tahun lalu. Peringatan ini merupakan kesepakatan yang dilakukan oleh raja-raja, para ulama’, masayikh. Termasuk para ahli hadits, pakar fikih, orang-orang zuhud, para ahli ibadah dan berbagai individu dari kalangan awam.
Di samping itu, peringatan ini punya dasar kuat yang diambil dengan cara istinbath seperti telah dijelaskan Imam al-Hafid Ibnu Hajar dan para ulama ahlussunnah lainnya.
Diantara bidah dan kesesatan para penentang tawassul, mereka mengharamkan maulid dengan ekstrem. Bahkan seorang tokoh mereka, Abubakar Aljazairi –semoga Allah memberinya petunjuk- menyatakan, sembelihan yang disediakan untuk suguhan maulid lebih haram dari babi. Wal iyadzu billah, semoga Allah melindungi kita dari membenci Rasulillah Saw.
Begitu antinya mereka terhadap maulid. Namun yang menarik, Ibnu Taimiyah sendiri tidak mengharamkan, bahkan dalam sebagian fatwanya dia katakan, “Jika maulid dilaksanakan dengan niat baik akan membuahkan pahala,” artinya sah-sah saja dilakukan.
Marilah kita simak kitab Iqtidha’ as-Sirath al-Mustaqim karya seorang filosof mujassim Ahmad ibn Taimiyah (meninggal tahun 728 hijriah) cet. Darul Fikr Lebanon th.1421 H. Pada hal.269 Ibnu Taimiyah berkata,
“Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutinan, segolongan orang terkadang melakukannya. Dan mereka mendapatkan pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya kepada Rasulullah Saw..”
Jika semua ini telah jelas, maka bersama siapakah kelompok sempalan wahabi ini? Mereka tidak bersama ahlussunnah wal jamaah. Tidak pula bersama tokohnya, Ibnu Taimiyah. Sepatutnya mereka mencela diri mereka sendiri, dan bertaubat dari kesesatan mereka selama masih ada kesempatan. Cukuplah sebagai kehinaan, penilaian buruk mereka terhadap hal yang telah disepakati kaum muslimin berabad-abad di penjuru timur dan barat bumi.
Segala puji bagi Allah yang telah memberi kita taufiq untuk menjelaskan hal ini. Semoga salawat dan rahmat Allah tetap tercurah atas Rasulullah Saw..
KEDUA, Ibnu Taimiyah meriwayatkan kisah Abdullah bin Umar yang sembuh dari lumpuhnya setelah ia ber-istighasah dengan memanggil nama Rasulullah Saw..
Simak video berikut:
[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=OWwLAfxwz7A&w=425&h=344]
Terjemahnya:
Alhamdulillah Rabbil Alamin. Salawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad Saw.. Amma ba’du, ini adalah kitab “al-Kalimut Toyyib” karya filsuf mujassim Ahmad bin Taimiyah al Harrani (w.728 H) cet. Darul kutub ilmiyah Beirut 1417 H
“عن الهيثم بن حنش قال كنا عند عبد الله بن عمر رضي الله عنهما فخدرت رجله أي أصابها مثل شلل فقال له رجل اذكر أحب الناس إليك فقال يا محمد فكأنما نشط من عقال -أي تعافى فورا-“.
Pada halaman 123 Ibnu Taimiyah berkata
“Dari al-Haitsam bin Hanasy dia berkata, ‘Kami sedang bersama Abdullah bin Umar r.a. tatkala tiba-tiba kakinya mendadak lumpuh, maka seorang menyarankan ‘sebut nama orang yang paling kau cintai!’ maka Abdullah bin Umar berseru, ‘Ya Muhammad!’ maka dia pun seakan-akan terlepas dari ikatan, artinya sembuh seketika.”
Inilah yang diterangkan Ibnu Taimiyah dalam kitabnya “al-Kalimut Toyyib” (perkataan yang baik), yakni dia menilai baik semua isi kitabnya.
Yang dilakukan Abdullah bin Umar ini adalah istighatsah dengan Rasulullah Saw. dengan ucapan ‘Ya Muhammad’
Dalam Islam ini diperbolehkan, Ibnu Taimiyah menganggapnya baik, menganjurkannya, dan mencantumkan dalam kitabnya, “al-Kalimut Toyyib”.
Ini menurut wahabi sudah termasuk kufur dan syirik, artinya istighasah dengan memanggil Nabi Saw. setelah beliau wafat adalah perbuatan kafir dan syirik menurut wahabi.
Apa yang akan dilakukan kaum wahabi sekarang? Apakah mereka akan mencabut pendapatnya yang mengkafirkan orang yang memanggil ‘Ya Muhammad’ ataukah mereka tidak akan mengikuti Ibnu Taimiyah dalam masalah ini? Padahal dialah yang mereka juluki Syeikhul islam.
Alangkah malunya mereka, alangkah malunya para imam yang diikuti Ibn Abdil Wahab karena pendapatnya bertentangan dengan pendapat kaum muslimin.
Dalam hal ini, kaum wahabi, dengan akidah mereka yang rusak, telah mengkafirkan Ibnu Taimiyah, karena ia telah menganggap baik hal yang syirik dan kufur menurut anggapan mereka.
Ini semua adalah bukti bahwa mereka adalah kelompok mudzabdzab (plin-plan), kontradiksi dan menyimpang dari ajaran Ahlussunnah wal Jamaah
Segala puji selamanya bagi Allah, di permulaan dan penghujung.
KETIGA, dalam Majmu Fatawanya Jilid 4 Hal.379 Ibnu Taimiyah mengakui keberadaan wali qutb, autad dan abdal. Dia juga menegaskan, jika malaikat membagi rejeki dan mengatur alam maka orang-orang saleh bisa berbuat lebih dari para malaikat. Apalagi para wali qutb, Autad, Ghauts, wali abdal dan Nujaba’. (Scan kitab klik di sini)
وَقَدْ قَالُوا : إنَّ عُلَمَاءَ الْآدَمِيِّينَ مَعَ وُجُودِ الْمُنَافِي وَالْمُضَادِّ أَحْسَنُ وَأَفْضَلُ . ثُمَّ هُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ يُلْهَمُونَ التَّسْبِيحَ كَمَا يُلْهَمُونَ النَّفَسَ ؛ وَأَمَّا النَّفْعُ الْمُتَعَدِّي وَالنَّفْعُ لِلْخَلْقِ وَتَدْبِيرُ الْعَالَمِ فَقَدْ قَالُوا هُمْ تَجْرِي أَرْزَاقُ الْعِبَادِ عَلَى أَيْدِيهِمْ وَيَنْزِلُونَ بِالْعُلُومِ وَالْوَحْيِ وَيَحْفَظُونَ وَيُمْسِكُونَ وَغَيْرُ ذَلِكَ مِنْ أَفْعَالِ الْمَلَائِكَةِ . وَالْجَوَابُ : أَنَّ صَالِحَ الْبَشَرِ لَهُمْ مِثْلُ ذَلِكَ وَأَكْثَرُ مِنْهُ وَيَكْفِيك مِنْ ذَلِكَ شَفَاعَةُ الشَّافِعِ الْمُشَفَّعُ فِي الْمُذْنِبِينَ وَشَفَاعَتُهُ فِي الْبَشَرِ كَيْ يُحَاسَبُوا وَشَفَاعَتُهُ فِي أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَدْخُلُوا الْجَنَّةَ . ثُمَّ بَعْدَ ذَلِكَ تَقَعُ شَفَاعَةُ الْمَلَائِكَةِ وَأَيْنَ هُمْ مِنْ قَوْلِهِ : { وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ } ؟ وَأَيْنَ هُمْ عَنْ الَّذِينَ : { وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ } ؟ وَأَيْنَ هُمْ مِمَّنْ يَدْعُونَ إلَى الْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ ؛ وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً ؟ وَأَيْنَ هُمْ مِنْ قَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” { إنَّ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَشْفَعُ فِي أَكْثَرَ مِنْ رَبِيعَةَ وَمُضَرَ } ” ؟ وَأَيْنَ هُمْ مِنْ الْأَقْطَابِ وَالْأَوْتَادِ والأغواث ؛ وَالْأَبْدَالِ وَالنُّجَبَاءِ ؟
Apakah ini pendapat Ibnu Taimiyah ini tergolong khurafat, takhayul dan bid’ah? Adakah dasarnya dari Qur’an dan Sunnah?
KEEMPAT, tentang hadiah pahala, Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa barangsiapa mengingkari sampainya amalan orang hidup pada orang yang meninggal maka ia termasuk ahli bid’ah. Dalam Majmu’ fatawa jilid 24 halaman 306 ia menyatakan, “Para imam telah sepakat bahwa mayit bisa mendapat manfaat dari hadiah orang lain. Ini termasuk hal yang pasti diketahui dalam agama Islam, dan telah ditunjukkan dengan dalil kitab, sunnah, dan ijma’ (konsensus) ulama’. Barang siapa menentang hal tersebut, maka dia termasuk ahli bid’ah”. (Scan kitab klik di sini)
Hal senada juga diungkapkannya berulang-ulang di kitabnya, Majmu’ Fatawa, diantaranya pada Jilid 24 hal. 324 (scan kitab klik di sini)
KELIMA, tentang tasawuf. Dalam kumpulan fatwa jilid 10 hal. 507, Syeikh Ibnu Taimiyah berkata, “Adapun para imam sufi dan para syeikh yang dulu dikenal luas, seperti Imam Juneid bin Muhammad beserta pengikutnya, Syeikh Abdul Qadir Jaelani serta yang lainnya. Maka, mereka adalah orang-orang yang paling teguh dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.”
Selanjutnya, pada jilid. 11 hal. 18 Ibnu Taimiyah berkata,
والصواب أنهم مجتهدون في طاعة الله
“Yang benar, para sufi adalah mujtahidin dalam taat kepada Allah.” (scan kitab klik di sini)
KEENAM, pujian Ibnu Taimiyah terhadap para ulama sufi. Berikut ini kutipan dari surat panjang Ibnu Taimiyah pada jamaah Imam Sufi Syekh Adi bin Musafir Al Umawi, (Majmu’ Fatawa jilid 3 hal. 363-377). Ini sudah cukup menjadi bukti, begitu hormatnya Ibnu Taimiyah pada kaum sufi.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ أَحْمَدَ ابْنِ تيمية إلَى مَنْ يَصِلُ إلَيْهِ هَذَا الْكِتَابُ مِنْ الْمُسْلِمِينَ الْمُنْتَسِبِينَ إلَى السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ ؛ الْمُنْتَمِينَ إلَى جَمَاعَةِ الشَّيْخِ الْعَارِفِ الْقُدْوَةِ . أَبِي الْبَرَكَاتِ عَدِيِّ بْنِ مُسَافِرٍ الْأُمَوِيِّ ” – رَحِمَهُ اللَّهُ – وَمَنْ نَحَا نَحْوَهُمْ –
Dari Ahmad Ibnu Taimiyah kepada penerima surat ini, kaum muslimin yang tergolong Ahlussunnah wal Jamaah, yang bernisbat pada jamaah Syeikh al-Arif, seorang panutan, Yang penuh berkah, Adi bin Musafir Al Umawi (Scan kitab klik di sini)
وَلِهَذَا كَثُرَ فِيكُمْ مِنْ أَهْلِ الصَّلَاحِ وَالدِّينِ..
Karenanya, banyak diantara kalian orang-orang saleh yang taat beragama.. (scan kitab klik di sini)
وَفِي أَهْلِ الزَّهَادَةِ وَالْعِبَادَةِ مِنْكُمْ مَنْ لَهُ الْأَحْوَالُ الزَّكِيَّةُ وَالطَّرِيقَةُ الْمَرْضِيَّةُ وَلَهُ الْمُكَاشَفَاتُ وَالتَّصَرُّفَاتُ . وَفِيكُمْ مِنْ أَوْلِيَاءِ اللَّهِ الْمُتَّقِينَ مَنْ لَهُ لِسَانُ صِدْقٍ فِي الْعَالَمِينَ
Diantara orang-orang zuhud dan ahli ibadah dari golongan kalian terdapat mereka yang punya kepribadian bersih, jalan yang diridoi, ahli mukasyafah dan tasarruf. Diantara kalian juga terdapat para wali Allah yang bertakwa dan menjadi buah tutur yang baik di alam raya. (Scan kitab klik di sini)
Cermati kata-kata yang dipakai Ibnu Taimiyah dalam risalahnya berikut: panutan, Abil barakat, berkepribadian bersih, jalan yang diridoi, ahli mukasyafah dan tasarruf, para wali Allah. Semua itu menyuratkan pengakuan beliau akan kebesaran orang-orang sufi yang bersih hati. Adakah orang-orang wahabi sekarang ini meneladani beliau?
Surat tersebut selengkapnya juga bisa dibaca di Maktabah Syamilah versi 2 Juz 1 hal. 285-286.
KETUJUH, Ibnu Taimiyah mengakui khirqah sufiyah dalam kitabnya, Minhajus Sunnah Jilid 4 Hal. 155
الخرق متعددة أشهرها خرقتان خرقة إلى عمر وخرقة إلى علي فخرقة عمر لها إسنادان إسناد إلى أويس القرني وإسناد إلى أبي مسلم الخولاني وأما الخرقة المنسوبة إلى علي فإسنادها إلى الحسن البصري
“Khirqah itu ada banyak macamnya. Yang paling masyhur ada dua, yakni khirqah yang bersambung kepada Sayidina Umar dan khirqah yang bersambung kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib. Khirqah Umar memiliki dua sanad, sanad kepada Uwais Al-Qarniy dan sanad kepada Abu Muslim Al-Khawlaniy. Adapun khirqah yang dinisbatkan kepada Ali bin Abi Thalib, sanadnya sampai kepada Imam Hasan Al-Bashri.” (Scan kitab klik di sini)
Jelas sudah, Ibnu Taimiyah menyatakan keberadaan sanad khirqah ini. Lantas, apakah beliau punya sanad khirqah? Dalam kitab yang sama beliau memberi jawab,
وقد كتبت أسانيد الخرقة لأنه كان لنا فيها أسانيد
“Aku telah menulis sanad-sanad khirqah, karena kami juga punya beberapa sanad khirqah” (scan kitab klik di sini)
Kini kita telah paham, Ibnu Taimiyah ternyata memiliki khirqah. Tak hanya satu, tapi beberapa. Lantas apakah Syaikh-syaikh wahabi saat ini juga punya khirqah seperti halnya Ibnu Taimiyah?.
KEDELAPAN, Pernyataan bahwa seluruh alam takkan diciptakan kalau bukan karena Rasulullah Saw. bisa dibenarkan. (Majmu’ Fatawa jilid 11 hal. 98)
وَمُحَمَّدٌ إنْسَانُ هَذَا الْعَيْنِ ؛ وَقُطْبُ هَذِهِ الرَّحَى وَأَقْسَامُ هَذَا الْجَمْعِ كَانَ كَأَنَّهَا غَايَةُ الْغَايَاتِ فِي الْمَخْلُوقَاتِ فَمَا يُنْكَرُ أَنْ يُقَالَ : إنَّهُ لِأَجْلِهِ خُلِقَتْ جَمِيعهَا وَإِنَّهُ لَوْلَاهُ لَمَا خُلِقَتْ فَإِذَا فُسِّرَ هَذَا الْكَلَامُ وَنَحْوُهُ بِمَا يَدُلُّ عَلَيْهِ الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ قُبِلَ ذَلِكَ
“Nabi Muhammad Saw. adalah esensi kedua mata ini. Beliau adalah poros segala pergerakan alam ini. Ia laksana puncak dari seluruh penciptaan. Maka tak bisa ditepis lagi bahwa untuk beliaulah seluruh alam ini diciptakan. Kalau bukan karena beliau, takkan wujud seluruh semesta ini. Bila ucapan ini dan semisalnya ditafsir sesuai dengan Al-Quran dan Hadis maka hendaknya diterima.” (Scan kitab klik di sini)
Demikianlah sekelumit data dari hasil penelitian obyektif pada kitab-kitab Ibnu Taimiyah sebagai rujukan kaum wahabi. Tak ada sentimen pribadi yang melandasi tulisan ini. Kami hanya berharap semua pihak bisa menerima kebenaran secara obyektif, lalu tak ada lagi sikap cela-mencela di antara sesama muslim. Ibnu KhariQ
wahai yang menulis tulisan ini siapa kau? pahamkah kau ………..
1. Antara wahabi dan salaf, jelas 2 kata tadi memiliki perbedaan makna dan zaman, adapun wahabi adlah sebuah nisbat yang dinisbatkan kepada syikh MUHAMMAD BIN ABDULWAHAB oleh para pemusuh tauhid dan kau di antaranya. Adpun SALAF NISBAT yang syar’i brdasarkan dalil al-qur’an dan As-sunnah yang di amana nisbat ini dibrikan kepada setiap orang yang mengikuti Rasulullah, dan yang mengikuti khairulqurun (sahabat,ta’bi’in,tabi’uttabi’iin) atau singkatnya setiap orang yang mengikuti Al-qur’an dan As-sunnah dengan pemahaman salaf. maka kau mengkombinasikan 2 kata tadi merupakn kesalahan
2. ketahuilah sesunnguhnya ibadah yang dilaksnakan oleh seorang hamba kepda rabnya kembali kepad 2 pondasi dasar
A. Sesungguhnya Allah tidak disembah kecuali dirinya (mengesakan Allah dalam ibadah)
B. Tidaklh Allah disembah kecuali dengan mengikuti rasulullah dalam segala aspeknya (ittibaunnabi).Pertanyaannyya pernahkah Nabi merayakan hari kelahirannya? kalu tidak maka itulah yang di katakan bid’ah. Adpun istidlalmu bahwa maulid adalah bid’ah hasanah maka aku jawab dengan singkat:
sesungguhnya Nabi tidak pernah membagi bid’ah kepada bidah hasanah atau syaiah na bi bersabda dalam hadisnya yang dikeluarkan oleh bukhori dan Muslim dari ummil mukmin ” ………Sesungguhnya setiab bid’ah sesat dan setiap kesesatan tempatnya dineraka” disini nabi menggunakkan kata kul yang dimana ahli usul mengatakan bahwasanya kat kul apabila disandarkan kepada kata setelahnya akan memberikan faedah keumumuan yng dimana beramal dengan nsus umum wajib sampai ada dalil yan memghususkannya sedangkan disini nabi tidak mengecuwalikan akan adnya bid’ah hsanah. sudah dulu wallahi saya berani diajak debat bagaiman nanti kalau kita pakai ym bicara mendebat masalah ini kapan maunya, atau ni nomor hp saya 085711715382. saya tutup komentar saya denygan perkataan ya’qub kepada anakanya ” sesunggunya saya tidak bermaksud menyelisihimu dari apa yang aku larang tapi yang kuinginkan adalah hanya perbaikan ” ayat
@ muhammed sabri, anda gak usah bahas masalah bid’ah dulu, ntar anda bakal kuwalahan. Sekarang anda bahas artikel diatas aja, kan udah disebutkan bahwa ibn taimiyah tidak mengharamkan maulid bahkan menyatakan bisa mendapatkan pahala besar karena niat yang baik dan mengagungkan Nabi, trus Maukah anda memperbolehkan maulid sebagaimana Ibn Taimiyah atau klo perlu mengadakannya biar dapat pahala besar ????
udahlah mas gak usah bermulut besar dulu.. kayak orang wahabi beneran aja.
Berkata Al-Hafidz Umar Bin Ali Al-Bazzar dalam kitab Al-A’lam Al-‘Aliyah fi Manaqibi Ibni Taymiyyah: Semasa aku mukim di Damaskus, aku selalu menyertai Ibni Taymiyyah sepanjang hari dan malam hari. Aku mendengar apa yang beliau baca pada waktu itu (setelah shalat subuh sampai matahari tinggi), aku mendengar beliau membaca surat Al-Fatihah berkali-kali sampai matahari tinggi. Lalu aku berpikir, mengapa Beliau rutin membaca surat ini, bukan lainnya?
Bro muhammed sabri: coba jawab, apakah wiridan ibnu taymiyyah di atas tergolong bid’ah? Kalo ente jawab ya, berarti ente lebih hebat dari Ibni Taymiyyah. Kalo ente jawab tidak, apa alasannya? Atau jangan-jangan ente belum paham apa itu bid’ah? Atau ente lebih hebat dari ibni taymiyyah?
Kalo mau debat disini aja, gak usah pake ym atau telpon2nan. biar semua pada tahu, siapa yg bener dan siapa yg gak ngerti bid’ah.
@forsansalaf
mohon jangan terpancing dari tawaran sabri … supaya kita semua tahu dari komentar2 mereka yang sudah gak ilmiah sama sekali,,oooii sabri klo gak mampu lagi untuk komentar dsni panggil dong ustad2 anda biar sekalian yang sadar ustad2 anda juga..fair donk!!!pake ym segala and sok nantang pke hp…kita kan gak bs tahu klo ente gak bs jawab,,,trus gmn jawaban diatas : bahwa syaikhul islam ibn taimiyah tidak mengatakan bid’ah tapi kok anda mengatakan hal yang lain…sebetulnya panutan ente ini sapa sich,,,apa ente mengaku lebih pinter dari ibn taimiyah atau ibn taimiyahnya yang salah…sekali lagi fair donk!!!! fair!
Alhamdulillah, tabir2 yg mjd pghalang kita mngetahui kebenaran telah Alloh buka. Subhanalloh… Pas betul ust dg head line Cahaya Nabawiy “DAKWAH DI ERA ONLINE” mdh2an kita semakin kokoh aqidah Aswaja dan terhindar dari aqidah2 sesat & yg menyesatkn spt yg dilakukan oleh org2 yg mengklaim diri mereka sbg golongan yg menjaga sunnah Nabi SAW & menegakkan agama Tauhid, padahal berbeda dg kenyataanx.
Wahai semua yang mengikuti situs ini. Saya bermohon agar Anda semua berkepala dingin dan mengedepankan bukti otentik dalam berdebat.Kesampingkangkanlah emosi, fanatisme, dan rasa paling super.Kami umat Islam mengharap kebenaran lewat situs ini. sekali lagi,KEBENARAN. Tunjukkan hujjah kalian masing-masing, biar kami nanti menilai, SIAPA YANG LAYAK DIANUT…..
Sabar2 mas sabri…
Waaah klo lg2 pembahasannya di kembalikan pada bid’ah n semua hal yg tidak pernah di kerjakan Nabi tu Bid’ah n sesat, berarti semua yg di kerjakan kaum muslimin skr nie bid’ah semua dooonk..!!
kyknya cukup dengan dalil aqli aja tu mas sabri debatnya…
ada bukti yg lain gak buat ngebahasnya jgn itu2 aj donk…
Assalamu`alaikum… Shollu `alaa Muhammad… Allahhuma sholli wasallim wabarik `alaih… kami cinte kepada muu ya Rasul dan kepada Ahlul Bait mu… :D
dengan adanya artikel spt ini bukanlah kita memojokkan,merasa benar sendiri atau merasa paling pintar.saya juga tdk suka.
namun untuk menjaga kesucian islam dari noda yang membuat kaum muslimin bingung untuk memilih ajaran yang benar,krn tidak bisa kita mengatakan smua kebenaran apa katanya allah s.w.t,sebab dengan panjang lebar n gamblang nabi kita tlah menjelaskannya.untuk itu wahai saudara muhammad sobri,janganlah anda emosi….tapi anda kaji terlebih dahulu artikel ini,klo memang sumber pengambilannya salah,anda jelaskan aja klo emang salah,klo emang benar boleh anda terima dan itu lebih baik,atau anda menolaknya tp dengan penbahasan yg ilmiah,gak pake bawa emosi nunjukin no hp segala…kayak mau ngajak berantem aja,islam kan ngajarin berdiskusi dg cara yg benar “wa jadilhum billati hiya ahsan”.
ya akhina nimo, kita stuju buanget.
coba di fikirkan oleh sabri ttg ADANYA ENTE & KITA SEMUA ITU ADALAH BID’AH (krn NT & KITA smua tdk ada di zaman NAbi SAW). Betul ta..?
Masak JERUK makan JERUK…?
Sama2 BID’AH kok menyerang orang lain BID’AH..?
Maaf kita adalah orang awam yg baru belajar ilmu agama Ahli Sunnah wal Jama’ah di website ini salah satunya, juga kepada guru2 kita yang sanadnya nyambung sampai kepada Habibulloh Muhammad SAW.
Berjuanglah terus habib & smua asatidz ASWAJA… kami butuh antum untuk memberikan (sbg perantara Allah) utk membuka kedok2 berlabelkan Agama Tauhid tapi kenyataannya tidak seperti yang di kumandangkan mereka.
Bro Sabri kemana ya ??? Nantang2 kok malah gak nongol?? mana tantanganya? bs jawab gak pertanyaan sy? kalo sdh ente jawab, mari kita berdebat di sini, atau mau debat di tengah alun2? biar semua orang pada tahu, siapa yg ngerti bid’ah dan yg asal ngomong bid’ah.
Kenapa ya… orang2 wahabi kok nggak mau kalah dan mau menang sendiri aja…..
Imam2 terdahulu panutan wahabi saja sangat menghargai golongan lainnya…. Hebat bener orang wahabi sekarang, hafal seribu hadist saja udah membantai semua ulama…
Wahai saudaraku sesama aswaja, jangan mudah terpancing ama mereka. Percuma berdebat ama mereka…. Mari kita jaga aqidah kita, keluarga kita dan saudara2 kita lainnya…. dan kita ikuti jalan meraka yang lurus, yang tidak mengajarkan kebencian sedikitpun….Agar Rasulullah bangga kepada kita…
Aku jadi sedih….
ass.wr.wb FS yg sy kagumi, smg trs n ttp dlm rahmat ALLAH,sy mo tx… dlm hal ibadah ikhlas tu pa hx pd ALLAH, pa pd ROSULULLAH g blh…? sukron
kenapa wahabiy di indo ngaku salafi ya? apakah karena nama wahabiy telah tercemar dengan kasus pembantaian yang di lakukan mereka?
ada ada ja…. ntar kira kira mau ganti nama apa lagi ya???
@muhammed sabri: q dukung nt untuk diskusi d ini. gak usah umpet umpetan. knp? takut keliatan ya klo gak bsa??????
lagi2 orang wasabi……hihihihi
wasabi –> sambel jepang
ttd
Agen OOT
Sejarah maulid nabi saw.
dlm catatan buku2 sejarah, generasi terbaik pertama, (Rasulullah saw. Dan sahabat), generasi terbaik kedua (tabi’in) dan generasi terbaik ketiga (tabi’ut tabi’in), maupun generasi sesudahnya, blm prnh mengadakan Maulud Nabi saw. Padahal mrk sangat mencintai Nabi saw. Dan orang2 yg paling tahu tentang sunnah, dan orang2 yg … Lihat Selengkapnyapaling giat mengikuti syari’atnya.
secarah historis-sosiologis tanggal kelahiran Sasulullah saw. Tidak diketahui secarah pasti. Bahkan, sebagian ahli sejarah di masa kini yg mengadakan penelitian (research) menyatakan bhw tgl kelahiran Nabi saw. Adalah 9 Rabiul Awwal bukan 12 Rabiul Awwal. Dengan demikian perayaan memperingati Maulid Nabi saw. Pada tgl 12 Rabiul Awwal dari sisi sejarah tidak ada dasarnya.
Orang yg pertama kali mengadakan bid’ah ini adalah bani ubaid Al-Qadah yg menamakan diri mrk kelompok Fatimiyah dan mrk menisbatkan diri kpd putera Ali bin Abu Thalib ra., padahal sebernarnya mrk adalah peletak dasar untuk mendakwakan aliran kebathinan. Nenek moyang mrk adalah ibnu Disham yg dikenal dengan Al-Qadah. Dulunya ia adalah budak Ja’far … Lihat Selengkapnyabin Muhammad Ash-Shadiq, berasal dari Ahwaz, salah seorang pendiri aliran kebathinan/bathiniyah di irak, kemudian pindah ke Maqrib dan menisbatkan diri kepada Alqil bin Abu Thalib, serta mengaku berasal dari keturunanya. Ketika orang2 dari kelompok Rafidhoh yg sesat menerima seruanya, dia mengaku bahwa dirinya adalah anak Muhammad bin Ismail bin Ja’far Ash-Shadiq sehingga mrk menerimanya. Padahal, Muhammad bin Ismail bin Ja’far Ash-Shadiq meninggal dunia tanpa meninggalkan keturunan.
orang yg pertama kali mengadakan bid’ah ini, peringatan Maulid Nabi saw. Adalah kelompok aliran Bathiniyah yg ingin mengubah agama manusia dan memasukkan di dalamnya apa yg tidak termasuk bagian darinya, untuk menjauhkan manusia (umat islam) dari agama mereka, lalu menyibukkan mereka dengan bid’ah, suatu jalan yg paling mudah untuk mematikan sunnah dan menjauhkan mereka dari syari’at Allah yg mudah dan sunnah Rasulullah yang suci.
Bid’ah peringatan Mauid (hari ulang tahun) secara umum dan Maulid Nabi khususnya terjadi pada masa kepemimpinan Al-Abidiyun, yg sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh siapapun. Kelompok Abidiyah (Abidyun) masuk mesir pada tahun 362 H, hari kamis bln Ramadhan, dan itulah awal kekuasaan mereka terhadap mesir.
Al-Muqrizi berkata, “dengan adanya … Lihat Selengkapnyaperingatan2 yg dijadikan oleh kelompok Fatimiyah sebagai hari raya dan pesta seperti itu, kepemimpinan mrk bertambah luas dan mrk mendapat keuntungan yg banyak.
Para pemimpin Fatimiyah memiliki banyak hari raya dan peringatan setiap tahunnya. Di antaranya adalah peringatan akhir tahun, peringatan awal tahun peringatan hari Asyuro, peringatan Maulud Nabi, peringatan maulud Ali bin Abi Thalib, Maulud Hasan dan Husain ra., maulud Fatimiyah Az-Zahra, peringatan awal bulan Rajab, malam bulan Sya’ban, peringatan malam Nisfu Sya’ban, peringatan awal malam Ramadhan, peringatan akhir Ramadhan, peringatan upacara kematian, upacara menyambut musim hujan dan musim kemarau, peringatan penaklukan teluk, peringatan hari Nairuz, peringatan hari kemisan, peringatan hari Rukubat dan sebagainya. (Al-Muqrizi, Al-Kuthath Al-Muqriziyah. 11/490.)
setelah itu Al-Muqrizi berbicara tentang bagaiman setiap upacara dan perkumpulan itu dilaksanakan demikian kesaksian yg jelas dan nyata dari Al-Muqrizi. Dia termasuk orang2 yg fanatik dan sangat menjaga nasab anak keturunan Ali bin Abu Thalib sehinga mengatakan bahwa,”kelompok Abidiyun-lah yg menyebabkan terjadinya fitnah dalam diri umat islam”. Merekalah (Al-Abidiyun) orang yg pertama kali membuka pintu perkumpulan bid’ah dengan berbagai macamnya hingga mrk berkumpul untuk mengadakan hari raya Majusi dan kristen. misalnya, peringatan hari paskah, hari kenaikan Isa Al-Masih, hari kelahiran Isa Al-Masih dan sebagainya.
Semua ini menujukkan bahwa mrk adalah sebernanya jauh dari islam dan bahkan mrk memusuhi islam. Semua itu juga menunjukkan bahwa mrk menghidupkan keenam upacara Maulud Nabi, bkn krena cinta kepada Rasulullah saw. Dan keluarganya akan tetapi tujuan mrk adalah menyebarluaskan aliran ismailiyah, bathiniyah, yg mrk anut dan akidah rusak mrk. Tujuan mrk (abidiyah) adalah menjauhkan umat islam dari agama yg benar dan akidah yp murni dengan cara mengadakan upacara2 semacam itu, menyuruh manusia untuk menghidupkannya, dan memberikan semangat. Hal ini dilakukan agar mrk mendapatkan keuntungan harta melalui jalan tersebut.
Ringkasnya bahwa yg pertama kali mengadakan upacara peringatan Maulid Nabi adalah Bani Ubaid Al-Qadah dari kelompok fatimiyah. Buktinya adalah seperti yg dijelaskan oleh Al-Muqrizi dlm Khuthat-nya dan yg dijelaskan oleh Al-Qalqalsyandi dlm Shubh Al-Aqhsya.
Pendapat di atas, dikuatkan oleh para ulama modern lainnya dan mrk jg mengatakan secara terang-terangan dlm hal ini.
Abu Syamah menyebutkan bahwa Ubaid Al-Qadah adalah orang yg pertama kali mengadakan upacara peringatan Maulid Nabi dan orang yg pertama kali membuat istilah bid’ah hasanah pada zamanya.
Jika kita telah mengetahui semua ini, tidak diragukan lagi bahwa kelompok Al-Abidiyun adalah orang2 yg pertama kali mengadakan upacara peringatan Maulid Nabi, seperti yg diceritakan dlm buku2 sejarah, kelompok Al-Abidiyun masuk mesir dan mendirikan kerajaan di sana pada pertengahan kedua abad ke 4 H dan pemerintahan mrk belangsung hingga abad ke 5 H dan pertengahan abad ke 6 H. Adapun Mudzaffaruddin, penguasa Irbal dilahirkan pada tahun 549 H dan meninggal tahun 630H…. Lihat Selengkapnya
Ini menjadi bukti yg kuat bahwa, kelompok Abidiyun lebih dulu (2 abad) daripada Shahibul Irbal Al-Malik Al-Mudzaffar dlm mengadakan upacara peringatan Maulid Nabi. (Abdullah bin Abdul Aziz At Tuwaijiry. Adakah Maulid Nabi. Darul Falah. 2005.
Sikap Ahli sunnah terhadap Bid’ah.
Para ulama salaf sepakat bahwa upacara peringatan Maulid Nabi dan upacara lainnya yang tidak disyari’atkan adalah ‘bid’ah’ yg tidak dikerjakan oleh Nabi, sahabat-sahabanya, tabiin, tabiut-tabi’in dan imam yg empat; Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Ahmad Bin Hambal.
berikut ini akan dijelaskan sebagian pendapat ulama salaf:
“Mengadakan upacara ibadah selain yang disyari’atkan malam-malam Rabiul Awal untuk memperingati Maulid Nabi, adalah bid’ah yang tidak disunnahkan ulama salaf dan tidak mereka kerjakan”. (lihat: Majmu’fatwa, Ibnu Taimiyah)…. Lihat Selengkapnya
Ibnu Taimiyah juga berkata, dalam Iqtidha’u As-Shirath Al-Mustaqim, di anatara kemunkaran yang terjadi pada Maulid adalah adanya perayaan dan upacara2 bid’ah. Semua itu merupakan kemunkaran yang dibenci; baik kebencian itu mencapai derajat haram atau tidak.
Semua perayaan itu dilarang karena 2 hal:
pertama: menyerupai apa yang dilakukan oleh oran2 kafir.
Kedua: termasuk bid’ah
oleh karena itu, walaupun tidak ada keserupaan dengan ahli kitap, segala perayaan dan upacara itu adalah munkar, karena satu hal:”semua upacara itu masuk dalam ketegori bid’ah dan sesuatu yang baru, seperti yang diriwayatkan oleh imam muslim dalam shahihnya.”
Ibnu Taimiya berkata, “barangsiapa yang membuat syari’at baru yang tidak disyari’atkan oleh Allah atau yang tidak diizinkan oleh Allah, berati ia telah menjadikan sekutu bagi Allah”. (Iqthidha’u Ash Shirath Al-Mustaqim, ibnu taimiyah, jus 2, halam 578-579.
Imam Asy-Syathibi dalam Al-I’tishom
memberikan pengertian bahwa, “bid’ah adalah cara dalam agama yang diada-adakan, tidak ada bid’ah hasanah, sekalipun isi bid’ah itu baik”.
menurut Asy-Syathibi, bidah menyerupai syari’at dalam 3 hal:
pertama: dengan cara meletakkan batas.
kedua: mengambil waktu tertentu khusus untuk ibadah.
Ketiga: menetapkan cara dan waktu tertentu dalam ibadah. Misal, mengadakan zikir pada suatu perkumpulan dengan cara bersama-sama, menjadikan kelahiran Nabi sebagai hari raya, dan sebagainya. (Al-I’tishon, Asy-Syathibi jus 1. hlm 39)
syeikh Tajuddin Umar bin Ali Al-Lakhmi berkata:
“Saya tidak mengetahui apa dasar perayaan Maulid Nabi ini, baik dalam kitabullah maupun sunnah Nabi”,tidak seorang pun ulama umat (ulama salaf) yang menukilnya. Upacara Maulid Nabi ini adalah bid’ah yang dibuat-buat oleh orang2 yang batil dan sesat, yang mengikuti hawa nafsu dan rakus terhadap makanan. Munurutnya, jika kita mencoba untuk memasukkan masalah ini (Maulid Nabi) kepada lima hukum yang ada, yaitu apakah termasuk; wajib, sunnah, makruh, mubah, masalah ini tidak diwajibkan dan tidak pula disunnahkan.”
Muhammad Abdussalam Khadhr Asy-Syaqiri dalam As-Sunan wal Mubtadi’aat, berkata:
“pada bulan Rabiul Awal terdapat bid’ah Maulid Nabi, padahal bulan ini bukan merupakan bulan yang dikhususkan di dalamnya untuk shalat, zikir, ibadah, maupun puasa. Pada bulan ini Nabi saw. Lahir dan meninggal. Akan tetapi mengapa mereka bergembira karena kelahirannya dan tidak sedih karena kematiannya? Faedah apa yang dapat diambil dan pahala apa yang dapat diperoleh dari urusan yang tidak jelas ini?
Syeikh Muhammad bin Ibrahim dalam, fatwal-Rasa’il, menjawab pertanyaan tentang hukum perayaan Maulid Nabi saw.;
Apakah hal itu dilakukan oleh sahabat, tabi’in atau ulama salaf lainnya, beliau menjawab;”Tidak diragukan lagi bahwa perayaan maulid Nabi saw. Termasuk bid’ah dalam agama dan terjadi setelah kebodohan dalam dunia islam menyebar luas kesesatan, pembodohan dan taklid buta mudah terjadi. Sehubungan dengan itu kebanyakan manusia tidak kembali kepada ajaran yang disyari’atkan agama, melainkan kembali kepada apa yang dikatakan si A atau si B, dan langsung memercayainya tanpa penelitian. … Lihat Selengkapnya
Rasulullah saw. Bersabda:
“Hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk (hidayah) berpegang teguhlah kepadanya (sunnah) dan gigitlah ia (sunnah) dengan giqi geraham. Jauhilah segala perkara yang baru, karena segala perkara yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”. (HR. Ahmad)
jika tujuan mrk mengadakan perayaan Maulid Nabi adalah untuk mengagungkan Rasulullah dan mengingatnya, mencintainya, mengenangnya tidak diragukan lagi bahwa caranya tidaklah seperti itu (berkumpul, tertawa, makan makanan disertai tari-tarian bercampur-baur laki-laki dengan perempuan, walaupun disertai dengan muatan ceramah dan do’ah bersama).
Syeikh Muhammad bin Ibrahim berkata untuk mengagungkan Rasulullah adalah sesalu diingat dalam adzan, iqomah, shalat, khutbah, tasyahud dalam shalat, do’a, zikir dan lain sebagainya. Tidak pantas bagi seorang rasul. Bila hanya diperingati setahun sekali saja. Seandainya peringatan Maulid Nabi ini baik dan benar, tentu para salaf lebih berhak melakukannya karena mereka adalah orang2 yang lebih cinta dan mengagungkan Rasulullah dan lebih giat dalam melaksanakan kebaikan. Mengagungkan Rasulullah hanya bisa dilakukan dengan cara menaati perintahnya, memercayai apa yang diberikannya, menjauhi apa yang dilarangnya dan tidak boleh beribadah kecuali dengan apa yang disyari’atkannya.
Para salafush shalih adalah orang2 yang paling kuat pengagungannya kepada Nabi saw. Dan Khullafa’Al-Rasyidin, akan tetapi pengagungan mereka pada Rasulullah tidaklah seperti yang dilakukan oleh orang2 pada generasi terakhir, yaitu meninggalkan cara para salafush shalih dalam ketundukan dan ketaatan, membuat syari’at baru dalam agamanya, dengan cara menambah, mengurangi, mengubah atau menggantinya, bukan pula caranya dengan mengeluarkan harta pada jalan yang tidak diridhai oleh Allah SWT.
Orang2 yang sejalan dengan pendapat salafush shalih sepakat menyatakan bahwa, peringatan maulid Nabi saw. Adalah bid’ah yang tidak dianjurkan oleh Rasulullah, sahabat, tabi’in, tabiut-tabi’in maupun ulama salaf kita.
Amalan bid’ah walaupun manusia mengerjakannya, walaupun telah dikerjakan bertahun-tahun dan walaupun disepakati oleh orang yang mengaku berilmu, tidak mungkin akhirnya menjadi sunnah yang diberi pahala bila melakukannya.
Orang2 yang berkumpul untuk mengadakan perayaan Maulid Nabi ini telah mengikuti pendapat para ulama ‘sesat’ dan tidak memahami Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Walaupun melihat Kitabullah dan sunnah Rasul, mereka menakwilkan maknanya dengan penakwilan yang sesuai dengan keinginan dan hawa nafsunya sendiri. Hal ini terlihat dari fanatisme mereka kepada pendapat para guru mereka (dalam istilah lain dogmatisme) yang ‘sesat’ dan ‘menyesatkan’. Seandainya mereka ingin mencari kebenaran, tentu mereka akan bertanya kepada ahli ilmu (QS.16:43). Meminta penafsiran kepada ahli tafsir dan mencari dalil-dalil yang kuat. Akan tetapi ‘kesombongan’ adalah senjata orang2 ‘bodoh’ yang akhirnya membinasakan diri sendiri.
Mahabenar Allah yang telah berfirman di dalam kitab-Nya: … Lihat Selengkapnya
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. Dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang Mukmin, maka kami (Allah) biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami (Allah) masukkan ia kedalam jahannam dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. 4.115).
sudahkah orang2 yang mengadakan upacara peringatan Maulid Nabi ini mengerjakan seluruh ajaran islam, baik yang besar maupun yang kecil, kewajiban dan sunnahnya hingga mereka mencari-cari dan membuat bid’ah hasanah. Seperti anggapan mereka untuk mencari tambahan pahala dari Allah?
Kita memohon kepada Allah agar diberi hidayah dan taufik menuju jalan yang lurus. Semoga Allah menunjukkan jalan yang benar kepada kita menunjukan kepada manusia yang batil itu batil, dan yang haq itu adalah haq. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (Abdullah Bin Abdul Aziz At Tuwaijiry.)
saudaraku yang ku cintai sebelunya ana minta maaf, syukron, Jazakullahu khoir
sodara2 ku sesama muslim smw nya….
artikel di atas sebenernya uda cukup buat se2org untk mau kmbli kpd yg benar….
tp keliatan nya temen qt si sabri blm dpt hidayah….qt doakan aja biar dpt hidayah….bener bgt apa yg dikatakan ama ali said….diri kita kmdian keluarga qt selanjut nya org2 sekitar qt….krn aq yakin org2 wahabi di indonesia ini,dulu kakek2 mereka tdk begitu….malahan mgkin sodara2 mereka msh bnyk yg ASWAJA…Bayanggin aja klo setiap org ASWAJA bisa melakukan apa yg dikatakan ali said….pasti wahabi semakin terpojokkan….
kasian bgt yek saudi ini y….uda pake “yek”….tp para salaf yg diangkat g’ ada yg keturunan rosul(syeikh Tajuddin Umar bin Ali Al-Lakhmi)???….ahli sejarah masa kini ama para pelaku sejarah….hebat tan mn sich “yek”?
bnyk bgt kata2 nya ente yg gak berat bgt alis klo kATA nya ank2 muda zaman skrng LEBAY LO…..
WOI TAU GAK….salah 1 bid’ah pertama kali kan kenyang….
bahs donk itu….biar qt gak ada yg kenyang alias takut ma yg nm nya kenyang….jgn acara2 yg didalam nya bnyk shalawat n dzikir plus sejarah nabi…yg ente serang se akan2 haram aja ngelakuin itu smw…(shalawat+dzikir+bc sejarah nabi)
owh….iya…..masalah Asy-Syathibi dlm 3 hal itu….krn menurut ente ama tmn nya ente….si sobri tuh…rosul g’ pernah bagi bid’ah….jd menurut ente ama tmn na ente bid’ah itu global bgt…
enta ini org.saudi ato TKI yg di saudi…
*Quote* (Muhammed sabri, 1 Januari 2010, 15.46)
“sesungguhnya Nabi tidak pernah membagi bid’ah kepada bidah hasanah atau syaiah na bi bersabda dalam hadisnya yang dikeluarkan oleh bukhori dan Muslim dari ummil mukmin ” ………Sesungguhnya setiab bid’ah sesat dan setiap kesesatan tempatnya dineraka” disini nabi menggunakkan kata kul yang dimana ahli usul mengatakan bahwasanya kat kul apabila disandarkan kepada kata setelahnya akan memberikan faedah keumumuan yng dimana beramal dengan nsus umum wajib sampai ada dalil yan memghususkannya sedangkan disini nabi tidak mengecuwalikan akan adnya bid’ah hsanah”
Mo nanya ke Pak Muhammed sabri dan Team Forsansalaf:
Apa itu bid’ah? Scopenya apa? Khusus yg hubungannya dengan ibadah? Atau semua lingkup kehidupan? Apa yg ada di zaman kita sekarang ini tidak semuanya ada di zaman Rosululloh SAW, contoh: naik SEPEDA MOTOR, kirim E-MAIL, makan BAKSO, minum ES-DEGAN, KHOTBAH JUMAT DENGAN BAHASA INDONESIA, dll
Syukron atas jawabannya
@ yek Saudi, ulama’2 yang anda bawa di atas tu kurunnya lebih dulu mana dengan syekh Ibn Taimiyah yang hidup tahun 661 -728 H ? Apakah mereka lebih dulu kurunnya dan lebih pintar ilmu agamanya daripada Ibn Taimiyah ? trus gimana menurut anda pernyataan Ibn Taimiyah di atas “ Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutinan, segolongan orang terkadang melakukannya. Dan mereka mendapatkan pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya kepada Rasulullah Saw.” .
Gimana mas, apa anda akan mengatakan Ibn Taimiyah tidak tau dengan sejarah awal mula maulid padahal kurunnya hanya terpaut hanya sekitar 31 tahun dari Malik Mudhoffar ? apakah anda akan menganggap syekh anda Ibn Taimiyah sebagai orang bodoh/tidak berilmu karena menyatakan ada pahala besar dalam mengadakan maulid ?
Yek, yang dimaksud oleh Ibn Taimiyah haram dan bid’ah mengadakan maulid di bulan Robi’ul awal seperti dalam kitabnya tu klo menjadikannya sebagai hari Ied baru bagi Islam, ya jelas ni melanggar syariat. Tapi klo merayakan saja karena pengagungan dan tpenghormatan terhadap Rasulullah, Ibn taimiyah menyatakan dapat pahala besar.
Yek, anda tampilkan di atas “ jika tujuan mrk mengadakan perayaan Maulid Nabi adalah untuk mengagungkan Rasulullah dan mengingatnya, mencintainya, mengenangnya tidak diragukan lagi bahwa caranya tidaklah seperti itu (berkumpul, tertawa, makan makanan disertai tari-tarian bercampur-baur laki-laki dengan perempuan, walaupun disertai dengan muatan ceramah dan do’ah bersama).”
Fitnahan macam apa lagi ini mas, anda katakan dengan mengadakan tarian2, hanya tertawa dan berkumpul laki-laki dan perempuan ? yek, justru anda dan orang2 wahhabi ini yang sukanya menvonis tanpa diteliti terlebih dahulu, langsung main vonis bid’ah dan sesat…..
sebenarnya yang dipermasalahkan dlm maulid,shalawat,dan tahlilan itu apa sich…
kita tau para wali Songo tu dakwah, ada yang pke gamelan, wayang, kidung dll…apa Beliau2 yng jelas2 berjasa menyebarkan islam dan mengajarkannya dg cara itu jg dianggap sesat? NA’UDZUBILLAH
Yek Saudi: Anda kelihatan kurang cermat memahami penyataan Ibnu Taymiyah. Dalam fatwa Ibnu Taymiyah, beliau dengan sangat cerdas sekali menilai maulid dari sisi maulid itu sendir dan sisi external yang terkadang menyerai perayaan maulid itu sendiri.
Fatwa Ibnu Taymiyah dalam hal ini tidak berbeda dengan ulama ahlussunnah lainnya, misalnya Imam suyuthi, beliau berkata:
Menurut saya bahwa asal perayaan maulid Nabi SAW, yaitu manusia berkumpul, membaca al-Qur’an dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya sampai perjalanan hidupnya. Kemudian dihidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu tergolong bid’ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi SAW, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhamad SAW yang mulia” (Lihat: Al-Hawi li al-Fatawa juz l hal. 251-252)
Adapun kegiatan lain diluar inti maulid itu sendiri, bisa bermacam2, ada yg baik ada yg salah, misalnya campurnya laki-laki dan perempuan, alat2 malahi yg terkadang mengiringi bacaan shalawat, dan kemunkaran2 lainnya. Sifat2 external ini tidak bisa kemudian menggeneralisir hukum maulid itu sendiri. Sebagai ilustrasi, jika ada orang membaca alqur’an tetapi bacaan itu dilakukan didepan lak-laki dan perempuan yg bukan mahramnya dan campur dalam satu tempat, apakah kemudian hukum membaca alqur’an secara umum menjadi haram? Demikian juga dengan maulid, apakah membaca shalawat, bertutur cerita sejarah Rasulullah SAW, memuji beliau hukumnya haram, terlepas dari kemungkaran yg terkadang mengitarinya?
Nah..dalam konteks itulah sebagain fatwa ulama yg mengharamkan perayaan maulid, karena melihat pada kegiatan2 munkarot lain yg terkadang dikait2kan dengan perayaan maulid itu. Silahkan anda baca kitab AL-Madkhol Ibnul Haj, kitab Al-Ibda’ fi Madloril Ibtida’ dll, anda akan menemukan fatwa ulama yg mengecam kegiatan maulid karena dalam rangkaian perayaan itu terdapat kemunkaran2 yg tidak layak dikaitkan dengan pujian dan bacaan shalawat kpd Rasulullah SAW.
antum jangan jadi Kompor!! beda faham gpp, tapi jangan saling menjatuhkan kasian, ana gak berpihak pada wahabi ato apalah… coba nte bayangin kalo aliran ente yang di jadiin bahan? emang dia bidah apa sih ampe benci sebegitu benci nya kalian? kalo bole tau wahabi itu apa yah?? kayaknya banyak bgt yang gak suka ma tuh aliran? dan tadi abis search di google memang tulisan mereka berani sekali dalam menghina aliran lain, oya 1 lagi itu aliran ada di mana? di jakarta juga ada? (bahaya kalo sampe ada) sbelum dan sesudah nya ane minta maap kalo ada salah kata… BTW tolong di jawab ya ptanyaan ane… makaish sebelum dan sesudahnya…
@ Yek saudi
pernah hadir maulid g? kalo g prnah VCDnya uda bnyak..
ato cari di google jd bisa..
acara yg Panjenengan maksud..
(berkumpul, tertawa, makan makanan disertai tari-tarian bercampur-baur laki-laki dengan perempuan)
jgn2 anda salah liat..
itu sih bukan maulid tapi LUDRUK
:-) :-) :-) wkwkwkwk
@ All pengunjung, harap pembahasan tidak keluar dari isi artikel, bukan masalah bid’ah atau maulid, tapi apakah Ibn Taimiyah salah atau sesat jika berfatwa mengadakan maulid mendapatkan pahala,demikian juga seluruh yang kami sebutkan dalam artikel.
Tujuan kami adalah supaya dapat diketahui bahwa Ibn Taimiyah tidaklah seekstrim daripada orang2 yang mengaku pengikutnya.
Siapakah kalau begitu panutan mereka ?
Bid’ah dan maulid akan kami bawakan dalam artikel sendiri. Selamat menunggu.
@ Team Forsan & Seperjuangnya..
tolong jelaskan siapa yg pertama kali mengadakan Maulid Nabi Saw?? Dan apakah Rasulullah menyuru umatx untuk berbuat demikian?? Tlng di jelaskan dengan dalil yg shahih? Jangan menurut hawa nafsu anda, syukron
Mana yek arab dan sobri??? Kok malah lari semua.
sisi baik dari pembacaan maulid nabi,adlah salah satu diantara manhaj dakwah,untk mengingat kpd umat islam ttg keagungan pribadi NABI SAW,baik dari segi keluhuran budipekerti maupun dari segi kegigihan perjuangan dalam menyiarkan ajaran agama,keluwesan pergaulan hidupnya,maupun semangat dedikasi dalam ibadah,dan para ulama mengarahkan kejalan yana diridhoi,mengendalikan supya tidak terjebak ato terjerumus kejalan buruk dan fitnah yang menyesatkan,kta butuh tauladan dan didalam maulid terdapat tauladan,
Yek Saudi: Tolong jelaskan, menurut Ibnu Taymiyah, maulid itu bid’ah atau tidak?
lahirnya Rosululloh saw sebagai al-rahmat al’uzma(njenengan sepakat abu) lebih layak kita rayakan dg penuhsuka cita, ibnu taimiah,iqtida alshiroth al mustaqim,…mreka yang mengagungkan ROSULULLAH SAW dg niat yang baik akan mendapat pahala yang sangat besar,…wa yakunu lahu ajrun ngadima likhusni qosdihi,…dan antum bisa liat ibnu ABbas menafsirken Qs yunus ayt 58 dlam addur almantsur jilid 2/308 nduwe alhafidz assuyuthi,lah teras njenengan saged ningali teng al-ibda(al-utsaimin) hal 18,adem njih?
Yek saudi: tolong jawab pertanyaan sy.
Kalau mengadakan maulid Nabi SAW dianggap BID’AH oleh sekelompok golonghan, padahal menurut artikel ini Syechul Islam “Ahmad ibn Taimiyyah” tidak mengharamkannya. Iya kan..? Membuat kita orang awam jadi penasaran, apa ya maunya mereka?
Boleh bertanya kepada yang tidak senang dengan acara maulid Nabi SAW, begini…
1.Anda tentu orang terpelajar (pernah belajar) kan?
2.Pernah belajar / membaca sejarah dari tokoh selain Rasululloh SAW? Jika iya, tolong sebutkan?
3.Itu hukumnya apa ya?
4.Jika mengadakan maulid yang menceritakan tentang sejarah Nabi SAW (tentunya tanpa kemungkarotan di dalamnya) apakah itu lebih hina dibandingkan ketika kita membaca sejarah tokoh selain beliau SAW?
5.Salahkah kita mengenang Nabi SAW melalui acara Maulid?
@yek Saudi, nt katakan bahwa
“Sikap Ahli sunnah terhadap Bid’ah.
Para ulama salaf sepakat bahwa upacara peringatan Maulid Nabi dan upacara lainnya yang tidak disyari’atkan adalah ‘bid’ah’ yg tidak dikerjakan oleh Nabi, sahabat-sahabanya, tabiin, tabiut-tabi’in dan imam yg empat; Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Ahmad Bin Hambal.”
yek.. gimana menurut nt ttg orang2 melakukan upacara bendera, padahal mereka menghormat kepada kain, jika ada yang main2 ketika bendera di kibarkan, maka akan berat sanksinya. Itu kan kepada sesuatu yang menjadi simbol kejayaan suatu negara? Apakah nt akan melarang mereka dan mengatakan kepada presiden, dan semua jajaran dibawahnya bahwa itu BID’AH dan SYIRIK..? Ato gimana yek?
SHOLU ‘ALA MUHAMMAD…SHOLU ‘ALA MUHAMMAD…SHOLU ‘ALA MUHAMMAD
@ Yek Saudi :: Wah..wah sudah baca artikel di atas gak sih !? Lha wong udah gamblang boleh gitu koq, masih dipertanyakan lagi. Apa mau dituliskan Hadist2 nya di sini lagi ?
SHOLLU ‘ALA MUHAMMAD 1000x
Salam kenal dari saya. Nama saya Abdullah; Mahasiswa Al-Azhar University. Saya sangat tertarik dengan diskusi teman-teman di situs ini. Semoga kita semua diberikan petunjuk oleh Allah untuk menempuh jalan yang lurus amin ya Rabbal alamin.
Saya ingin memberikan beberapa komentar:
Pertama= saya ingin mengingatkan sekali lagi bahwa diskusi harus dilandasi dengan dalil bukan hanya ngalor ngidul.
kedua= saya tertarik dengan jawaban Yek Saudi yang telah memaparkan dengan gamblang dan disertai dengan dalil dan bukti-bukti.
Ketiga: Saya ingin menyebutkan perkataan salah seorang shahabat Rasulullah bernama Ibnu Umar; Ia berkata, “Setiap bid`ah itu adalah sesat walaupun semua orang memandangnya baik” (lihat: kitab”Assunnah” karangan Muhammad bin Nashr Al-Maruuzi hal. 81) ungkapan Ibnu ini selaras dengan perkataan muhammad shabri di atas bahwa tidak ada pembagian bid`ah hasanah dan bid`ah sayyi’ah.
Keempat: Saya ingin menukilkan perkataan Ibnu Taimiyyah secara lengkap sehingga pembaca bisa menghukum; apakah Ibnu Taimiyyah membolehkan maulid Nabi atau tidak?
Berikut kutipannya:
ابتداع مولد النبي صلى الله عليه وسلم مضاهاة للنصارى في عيد ميلاد عيسى ولو كان خيراً لسبقنا إليه السلف الصالح في صدر الإسلام وتفصيل القول في ذلك
وكذلك ما يحدثه بعض الناس، إما مضاهاة للنصارى في ميلاد عيسى عليه السلام، وإما محبة للنبي صلى الله عليه وسلم، وتعظيماً. والله قد يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد، لا على البدع- من اتخاذ مولد النبي صلى الله عليه وسلم عيداً. مع اختلاف الناس في مولده. فإن هذا لم يفعله السلف، مع قيام المقتضي له وعدم المانع منه لو كان خيراً. ولو كان هذا خيراً محضا، أو راجحاً لكان السلف رضي الله عنهم أحق به منا، فإنهم كانوا أشد محبة لرسول الله صلى الله عليه وسلم وتعظيماً له منا، وهم على الخير أحرص. وإنما كمال محبته وتعظيمه في متابعته وطاعته واتباع أمره، وإحياء سنته باطناً وظاهراً، ونشر ما بعث به، والجهاد على ذلك بالقلب واليد واللسان. فإن هذه طريقة السابقين الأولين، من المهاجرين والأنصار، والذين اتبعوهم بإحسان.
Yang artinya:
“Mengada-adakan perayaan maulid Nabi—Shallallâhu alaihi wasallam—merupakan amalan yang menyerupai orang-orang Nasrani ketika mereka merayakan kelahiran Nabi Isa. Apabila amalan itu adalah sesuatu yang baik maka tentulah generasi para salafus shaleh akan melakukannya di awal perkembangan Islam.
Lebih rincinya berikut ini:
Begitu pula praktek yang diada-adakan oleh sebagian manusia, baik karena hanya meniru orang-orang Nasrani sehubungan dengan kelahiran Nabi Isa–‘Alaihis Salam–atau karena alasan cinta dan mengagungkan Nabi–Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan barangkali Allah akan memberikan pahala karena kecintaan mereka kepada Rasulullah—Shallallâhu alaihi wasallam, bukan karena amalan bid`ah yang mereka lakukan—yaitu menjadikan kelahiran Nabi—Shallallâhu alaihi wasallam—sebagai sebuah perayaan, padahal tanggal kelahiran beliau masih menjadi ajang perselisihan.
Dan hal semacam ini belum pernah dilakukan oleh ulama salaf (terdahulu). Jika sekiranya hal tersebut memang merupakan kebaikan yang murni atau merupakan pendapat yang kuat, tentu mereka itu lebih berhak (pasti) melakukannya dari pada kita, sebab mereka itu lebih cinta dan lebih hormat pada Rasulullah—Shallallâhu alaihi wasallam—dari pada kita. Mereka itu lebih giat terhadap perbuatan baik.
Sebenarnya, kecintaan dan penghormatan terhadap Rasulullah—Shallallâhu alaihi wasallam—tercermin dalam meniru, mentaati dan mengikuti perintah beliau, menghidupkan sunnah beliau baik lahir maupun bathin dan menyebarkan agama yang dibawanya, serta memperjuangkannya dengan hati, tangan dan lisan. Begitulah jalan generasi awal terdahulu, dari kaum Muhajirin, Anshar dan Tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik”
Dari ungkapan ini jelas bahwa Ibnu Taimiyyah tidak membenarkan amalan maulid Nabi, bukan seperti yang dipahami oleh Ibnu KhariQ. Yang dimaksud oleh Ibnu Taimiyyah adalah seseorang yang mengagungkan dan mencintai Rasulullah maka ia akan diberi pahala atas niatnya tapi amalan maulid Nabi yang ia lakukan maka itu adalah bid`ah.
Kalaupun kita menganggap bahwa maulid Nabi itu adalah boleh maka maulid Nabi yang benar adalah dengan berpuasa setiap senin sebagaimana hadits yang menyatakan bahwa sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah kenapa kita berpuasa pada hari Senin? Rasulullah menjawab: “Karena itu adalah hari kelahiranku.”
Jadi kesimpulannya: generasi salafus shaleh memperingati hari kelahiran Nabi yaitu dengan berpuasa setiap hari senin sebagaimana hadits di atas bukan dengan melaksanakan maulid Nabi setiap tgl 12 Rabi`ul Awwal karena tidak dicontohkan oleh Nabi dan juga generasi para salaf. Kembai kepada pemahaman generasi salaf itulah yang dimaksud dengan manhaj salaf, dan orang yang menisbahkan dirinya mengikuti generasi salaf disebut dengan salafi, diantaranya adalah Muhammad bin Abdul Wahhab.
@ Abdullah, wah wah wah……. Udah baca artikel di atas berserta videonya dengan seksama apa gak sih…..??? kok gini komentarnya….
Mas lulusan Al-Azhar, permasalahannya sekarang bukan membahas bid’ah atau bukan, tapi bahas dulu pernyataan Ibn Taimiyah yang menyatakan orang yang mengadakan maulid bisa mendapatkan pahala yang besar. Kalo pingin tau ni ana bawakan nash arabnya juga dari kitab Iqtidha’ as-Sirath al-Mustaqim hal.269:
فتعظيم المولد ، واتخاذه موسمًا ، قد يفعله بعض الناس ، ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده ، وتعظيمه لرسول الله صلى الله عليه وسلم
“Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutinan, segolongan orang terkadang melakukannya. Dan mereka mendapatkan pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya kepada Rasulullah SAW..”
Gimana tu menurut anda..???? klo koment anda di atas justru anda ingin mengatakan kalo Ibn Tamiyah itu plin-plan, berfatwa maulid di sini boleh tapi di sana diharamkan.
Mas, pendapat Ibn Taimiyah yang anda tampilkan di atas sebelumnya kan udah dijelaskan oleh mas elfasi di atas, yaitu ketika menjadikannya sebagai ied baru dalam islam, kami-pun akan menyatakan haram sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Nasrani. tapi gimana klo cuman mengadakan acara untuk mengenang Rasulullah, mengagungkan beliau dan menunjukkan rasa kecintaan kepada beliau dengan membaca shalawat, membaca siroh Beliau, apakah gini dikatakan haram juga oleh Ibn Taimiyah ??? Justru ini yang bisa mendatangkan pahala besar sebagaimana pernyataan Ibn Taimiyah di atas.
Klo masalah bid’ah jangan bahas dulu mas, forsansalaf kan udah komentar akan dibuat artikel sendiri. So, kita tunggu aja n kita diskusikan nantinya….
@ abdullah, anda simpulkan di atas : ” Kalaupun kita menganggap bahwa maulid Nabi itu adalah boleh maka maulid Nabi yang benar adalah dengan berpuasa setiap senin “. berarti haram ya. baca Al-Qur’an di hari senin ? haram bersedekah di hari senin ? haram bersholawat, berdzikir dan lain2 di hari senin karena semua itu tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW ?
mas, anda katakan peringatan maulid tanggal 12 Robi’ul Awal itu sama dengan orang Nasrani, sama dari mana mas….??? Apakah orang Nasrani memperingati hari kelahiran Nabi Isa dengan bersholawat, dengan berdzikir, atau membaca siroh Nabi mereka seperti orang2 muslim mengadakan maulid ??? Ini fitnahan apa lagi mas..???
gimana dengan puasanya Nabi di hari Asyura’ bahkan memerintahklan kepada umatnya untuk berpuasa, apakah berarti Nabi meniru orang2 Yahudi..????
Cermati dulu mas, apa isi dari peringatan maulid itu, jangan langsung menvonis bid’ah dan haram….
Maaf, sy hanya lulusan pesantren, bkn Universitas d Neger Mesir.Mnrt saya, ada baiknya d baca komentar2 d atas, sehingga bs memahami, apa yg di maksud dg maulid itu dan rangkaian2 acara lain yg terkadang $ewarnai peringatan maulid. Sekian trima kasih.
@ abugnan & sekutunya :
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah telah menuliskan masalah ini di dalam kitabnya, ‘Iqthida’ u Ash-Shirath Al-Mustaqim’. Begitu juga Asy-Syathibi rahimahullah telah menyebutkan hal ini dalam kitabnya, ‘Al-I’tishom’.
Menurut mereka, perayaan maulid secara keseluruhan adalah ‘bid’ah’, baik Maulid Nabi ataupun yang lainnya, seperti Maulid Al-Badawi atau Manaqib Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani atau selain keduanya. Hal ini tidak dilakukan oleh salafush shalih. Rasulullah telah menyampaikan dengan penyampaian yang jelas dan menasehati umat.
… Lihat Selengkapnya
Nabi Saw. Tinggal di Mekkah selama 13 tahun dan di Madina selama 10 tahun. Namun tidak pernah merayakan Maulid ini, dan tidak mengatakan kepada umat “lakukan itu”. Begitu pula para sahabatnya mereka tidak melakukan hal itu. Dan tidak pula para tabi’in (orang yang hidup setelah generasi sahabat berlalu). Dan tidak pula tabi’ut-tabi’in, semuanya tidak melakukan sedikitpun dari ini, tidak pula ucapan dan perbuatan.
Kemudian datang sebagian orang pada abad ke-4 H yang dinisbatkan kepada mereka bid’ah dari kalangan Syi’ah Fatimiyah yang terkenal, penguasa-penguasa Mesir dan Barat, lalu mereka mengadakan bid’ah ini. Kemudian, diikuti oleh selain mereka dari sebagian ahlus sunnah yang ‘bodoh’ (tidak mengerti) kebenaran dan hanya ikut-ikutan tanpa dasar ilmu, atau mereka mengambil berbagai ‘subhat’ yang tidak sampai kepada kebenaran.
Jika kita melihat apa yang dilakukan orang dari berbagai perayaan, kita kembalikan hal itu kepada Al-Qur’an yang agung, niscaya kita tidak mendapatkan di dalamnya yang menunjukkan hal itu, baik berupa perbuatan, perkataan dan tidak pula pengakuan dari beliau. Maka dapat diketahui dengan hal itu bahwa perayaan Maulid Nabi adalah bid’ah sesat, oleh karena itu, wajib meninggalkannya dan tidak boleh melakukannya. Barangsiapa yang melakukan itu, ia antara dua perkara:
1. Jika bodoh dan tidak mengetahui kebenaran perlu diajari dan diberi petunjuk.
2. Imam sesat yang ta’assub pada hawa nafsu dan mempunyai tujuan tertentu, lalu ia mengatakan bahwa yang dilakukannya adalah kebenaran…. Lihat Selengkapnya
Ungkapan bahwa Maulid Nabi adalah bid’ah hasanah adalah perkataan orang-orang yang ‘bodoh’ yang tidak berilmu dan tidak mempunyai dalil dan hujjah, mereka berkata sekedar mengikuti hawa nafsunya.
Tidak berharga di sisi Allah orang-orang yang taklid buta, orang-orang yang ta’ashub dan orang-orang yang bodoh.
Perayaan Maulid Nabi adalah bid’ah yang tercela. Siapa saja yang membenarkan dan menganjurkannya (sekalipun tokoh agama) maka ia termasuk Mubtadi’. Jika ia masih bersikeras tidak menerima nasehat kebenaran serta terus mengajak kepada maulid dan menganjurkannya sungguh ia wajib dijauhi. Karena pelaku bid’ah hanya menyesatkan orang banyak.
“Jauhilah oleh kalian berlebih-lebihan dalam agama, sesungguhnya kehancuran umat sebelum kalian dikarenakan berlebih-lebihan (ghuluw) dalam agama”. (hadits shahih riwayat sunan ibnu majah)
dan beliau (Nabi Saw.) bersabda:
“Janganlah kalian mengagungkan aku sebagaimana orang-orang Nasrani menyanjung Isa ibnu Maryam, sesungguhnya aku adalah hamba Allah maka katakanlah oleh kalian: hamba Allah dan Rasul-Nya”. (HR. Bukhari)
Saya berpesan kepada mereka yang masih terjerat dalam perkara ini, agar meninggalkan segala macam/bentuk perbuatan bid’ah yang tidak hanya mengundang murka Allah, tetapi juga tidak ada nilai pahala di sisi Allah. Apabila anda memang menghendaki kebaikan, maka tidak ada jalan yang lebih baik kecuali dengan mengikuti jalannya para generasi terdahulu … Lihat Selengkapnyayaitu para salaful ummah dan salafus shalih dan orang-orang yang senantiasa komitmen di atas sunnah. Kalaupun ada tokoh agama, kyai atau siapa pun saja yang membenarkan dan membolehkan bid’ah-bid’ah tersebut sesungguhnya dia adalah ahlul bid’ah (ahli bid’ah) dan ahlul hawa’ (penyembah hawa nafsu) dan jangan diikuti perkataannya karena mereka adalah setan dari bangsa manusia yang tujuannya untuk menyesatkan dan mengajak kita ke neraka.
Semoga Allah memberikan kepada kita pentunjuk dan hidayah ke jalan yang hanif, menerangi hati kita dengan iman dan ilmu, menjadikan ilmu yang kita miliki membawa berkah, bukan ‘murka’ dan ‘laknat Allah’, membimbing kita pada jalan hamba-Nya yang beriman. Amin.
Basyaruddin bin Nurdin bin Shalih Syuhaimin (Abu Abdl Asy-Syiddah)
Assalamu Alaikum Wr. Wb
Sebenarnya apa yang telah disampaikan oleh saudara2 kita sudah cukup…tetapi saya ingin menambahkan sedikit khususnya untuk saudara muhammed sabri, Yek Saudi, Abdullah hadaa kumullah
1. bukankah sudah jelas bahwa syaikhul islam Ibn Taymiah adalah panutan dari pada orang2 wahabi-salafi maka dengan membaca artikel lalu diperkuat dengan video dan tidak itu saja disebutkan juga perkataan ibn taymiah beserta kitab halamanya pula…dan diperkuat lagi denagn tulisan asli bahasa arabnya dr kitab tersebut oleh saudara muhibbin atas jawaban dari saudara abdullah…maka klo kalian menganggap diri kalian orang berakal tentunya dengan mendengar dan membaca saja kalian harusnya berterima kasih kepada forsan salaf bukan kometar2 dengan pertanyaan2 yang lain klo saya jadi anda sekalian saya pasti langsung bertobat dan membaca maulid waktu itu juga
2. Sbgmn yang telah dikatakan ibn taymiah di video tsb bahwa membaca maulid akan mendapatkan pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya kepada Rasulullah SAW maka tidak diragukan memang bahwa maulid adalah paling afdholnya amalan…mengapa? krn disitu ada banyak sekali faedah2 diantaranya adalah:
a) sbgmn yang dikatakan oleh saudara Abuqnan menukil perkataan imam suyuti bahwanya dia berkata (asal perayaan maulid Nabi SAW adalah manusia berkumpul, membaca al-Qur’an dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya sampai perjalanan hidupnya. Kemudian dihidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang) maka memang betul itu adanya klo anda memang pernah membaca isi dari maulid maka semuanya yang ada disitu adalah tentang sejarah singkat dan perangai Nabi Muhammad SAW
Bukankah mengetahui dan mempelajari Tentang sejarah dan perangai Nabi Muhammad SAW adalah suatu kewajiban, jangan katakan diri anda muslim sejati klo anda tidak mengetahui akan sejarah dan perangai Nabi Muhammad SAW maka suatu kehinaan bagi kita klo kita tahu sejarah dan perangai orang lain tapi kita tidak tahu sejarah dan perangai Nabi Muhammad SAW.
b)salah satu inti daripada maulid pula adalah membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW dengan kita membaca maulid yang mana telah saya katakan bahwa didalamnya adalah tentang sejarah hidup dan perangai Nabi Muhammad SAW maka secara tidak langsung para pembaca sekaligus pendengar akan selalu teringat akan Nabi Muhammad SAW dan akan membuat mereka bersholawat Nabi Muhammad SAW apalagi hadist yg memunjukkan fadilah sholawat banyak sekali diantara adalah barang siapa yang bersholawat kepadaku sekali maka Allah akan bersholawat kepadanya 10 kali…sebagian ulama mengatakan seandainya seluruh amal ibadah manusia dikumpulkan lalu ditimbang dengan satu saja sholawat dari Allah SWT maka pasti akan lebih berat sholawat Allah drpada amal ibadah kita….maka bodoh sekali orang yang tidak mau membaca maulid atau mendengarnya klo dia telah mengetahui akan hal ini dan masih banyak lagi fadhilah dr pada sholawat yang mana semua itu bisa didapatkan dengan adanya maulid.
3. Masalah bid’ah yang seperti yang dikatakan saudara muhammed sabri dan yang lainnya yang mana anda sekalian mengatakan tidak ada pembagian bid’ah atau bid’ah dlm hadist itu adalah bersifat umum maka mohon dikoreksi kembali dan saya ingin anda menjawab pertanyaan saya ini:
sebagimana yang telah diketahui bahwasanya dahulu pada zaman Nabi Muhammad SAW sholat tarawih itu kebanyakan dikerjakan sendiri2 lalu setelah Rosulullah SAW wafat dan pada zaman Sydna Umar bin Khottob Rodiyallhu Anhu belau berinisiatif untuk mengumpulkan mereka semua dan menjadikan sholat tarawih berjamaah menjadi satu kesatuan lalu sydna Umar Rodiyallhu Anhu mengatakan: INI ADALAH PALING NIKMATNYA BID’AH maka setelah itu sholat tarawih dikerjakan secara berjamaah seterusnya…maka dari sini klo anda mengatakan bahwa bid’ah tdk ada pembagian atau kata2 bid’ah dalam hadist tsb adl bersifat umum maka sama saja anda mengatakan Sydna Umar Rodiyallhu Anhu adalah mubtadik besama sahabat yang lain yang mengikutinya yang berarti sesat sbgmna penafsiran anda dlm hadist tsb berarti dengan kata lain pula mereka semua masuk neraka wal iyadzu billah sbgmn penafsiran anda thd hadist tsb padahal anda menyebutkan bahwa khairulqurun (sahabat,ta’bi’in,tabi’uttabi’iin) dan memang Rosulullah SAW sendiri juga telah mengatakannya : khoirul qurun qorni…sebaik-baiknya kurun waktu/zaman adalah qurun waktuku/zamanku…maka dari hadist ini tidak diragukan bahwa para sahabat Rodiyallhu anhum termasuk didalamnya…apalagi ini Sydna Umar yng termasuk paling afdolnya sahabat dan termasuk pula dari 10 orang yang dijamin oleh Rosulullah SAW masuk surga maka dengan penafsiran anda terhadap hadist tsb sama saja anda menafikan jaminan Rosulullah SAW kpd Sydna Umar SAW….apalagi sbgmn yg dikatan Ulama bahwa seluruh sahabat itu adalah mujtahid mutlak bukan orang sembarangan manusia2 pilhian Allah SWT untuk RosulNya SAW maka tentunya Sydna Umar Roduyalhu Anhu tidak sembarangan dalam memutuskan sesuatu Rodiyallhu Anhu wa Ardoh
Akhir kata Semoga kita dapat mengambil manfaat dari sini…amiin Ya robbal Alamin Wallhu Muwaffiku lissowab
Salam kenal dari saya. Saya BUKAN Mahasiswa Al-Azhar University,
Bagi saya di sini tidak penting lulusan mana, yang penting berdiskusi dengan JUJUR dan ilmiyah..
Coba kita simak kejujuran (lebih tepatnya kecurangan) kang Abdullah, Sang Mahasiswa Al-Azhar University..
= KECURANGAN PERTAMA
Setelah saya baca kitab IQTDHA’ As-SIRAT Al-MUSTAQIM nya Ibnu Taimiyah ternyata TEKS berikut ini TIDAK ADA sama sekali dalam kitab tersebut..
ابتداع مولد النبي صلى الله عليه وسلم مضاهاة للنصارى في عيد ميلاد عيسى ولو كان خيراً لسبقنا إليه السلف الصالح في صدر الإسلام وتفصيل القول في ذلك
Mengada-adakan perayaan maulid Nabi—Shallallâhu alaihi wasallam—merupakan amalan yang menyerupai orang-orang Nasrani ketika mereka merayakan kelahiran Nabi Isa. Apabila amalan itu adalah sesuatu yang baik maka tentulah generasi para salafus shaleh akan melakukannya di awal perkembangan Islam.
Lebih rincinya berikut ini:…
Sayang sekali Sang Mahasiswa Al-Azhar University terburu-buru membuat bahasa Arabnya sehingga KERANCUAN bahasa Arabnya kentara sekali..
Perhatikan kata-kata:
وتفصيل القول في ذلك وكذلك ما يحدثه بعض الناس
Bagi yang mengerti Bahasa Arab ini Jelas bukan susunan MUBTADA-KHABAR yg tepat, kalimat وكذلك dst TIDAK BISA menjadi khabar وتفصيل. Sungguh terasa amat janggal
= KECURANGAN KEDUA
إما مضاهاة للنصارى في ميلاد عيسى عليه السلام، وإما محبة للنبي صلى الله عليه وسلم، وتعظيماً.
Kalimat إما tidak diterjemahkan dengan benar, dia katakan “Begitu pula praktek yang diada-adakan oleh sebagian manusia,
baik karena hanya meniru orang-orang Nasrani sehubungan dengan kelahiran Nabi Isa–‘Alaihis Salam–atau karena ALASAN cinta
TERJEMAHAN YANG BENAR
Begitu pula praktek yang diada-adakan oleh sebagian manusia, ADAKALANYA karena hanya meniru orang-orang Nasrani sehubungan dengan kelahiran Nabi Isa–‘Alaihis Salam– dan ADAKALANYA karena cinta
Di sini Ibnu Taimiyah menyebut DUA TUJUAN yang BERBEDA, Pada halaman berikutnya (269) Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa Tujuan kedua BERPAHALA BESAR (seperti dalam artikel)
Sedangkan sang Mahasiswa Al-Azhar University MENYAMAKAN dua tujuan ini dengan cara menghindari penerjemahan إما dengan benar
= KECURANGAN KETIGA
Sang Mahasiswa Al-Azhar University MENAMBAH dan MENGURANGI sebagian terjemahan agar sesuai dengan kemauannya..
Lihat kembali terjemahannya
“atau karena ALASAN cinta dan mengagungkan Nabi”
ditambahkannya kata ALASAN untuk menuduh bahwa mereka yg membaca maulid hanyalah mengaku-ngaku cinta dan itu sekedar ALASAN belaka.
selanjutnya dia membuang kata IJTIHAD pada kalimat berikut..
والله قد يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد
dan barangkali Allah akan memberikan pahala karena kecintaan mereka kepada Rasulullah—Shallallâhu alaihi wasallam
TERJEMAH SEHARUSNYA :
Terkadang Allah memberikan pahala karena kecintaan mereka kepada Rasulullah—Shallallâhu alaihi wasallam dan IJTIHAD mereka ini..
Ibnu Taimiyah mengakui bahwa ini adalah masalah IJTIHADIYAH (yang seandainya salah pun masih berpahala), namun Sang Mahasiswa Al-Azhar University sengaja tidak menerjemahkannya..
sang Mahasiswa Al-Azhar University juga menghentikan kutipannya sampai di situ saja karena setelahnya ada kalimat
مع ما لهم من حسن القصد والاجتهاد
Maka titik PERBEDAAN Ibnu Taimiyah dan Wahabi :
= Ibnu Taimiyah masih mengakui bahwa dg dasar CINTA, MAULID mendatangkan PAHALA BESAR..
= sedangkan Wahabi merasa ALERGI untuk mengaitkan MAULID dengan PAHALA
@ abdullah, mo ikutan coment ni,
Mas, ama muhibbin kan udah ditampilkan pernyataan Ibn Taimiyah beserta referensi juga. Coba anda pahami lagi, Ibn Taimiyah kan menyatakan “ قد يفعله بعض الناس “ artinya “ kadang kala dikerjakan oleh sebagian orang” , Yang dimaksud disini tu sapa mas ? apakah sahabat atau tabi’in ?. klo maulid itu dah dikerjakan oleh para sahabat atau tabi’in, forsansalaf gak perlu menukil pernyataan dari Ibn Taimiah lagi, tapi gimana ni dengan pernyataan Ibn Taimiyah, sekalipun mauled tidak dilakukan oleh sahabat ataupun tabi’in, tapi beliau menyatakan klo merayakan maulid bisa mendatangkan pahala yang besar… Yang kami minta sekarang, gimana tanggapan anda dan semua orang2 wahhabi dengan pernyataan imam anda yang memperbolehkan maulid tapi anda orang2 wahhabi mengharamkannya ???
Kami tunggu jawabannya…..
Yek Saudi yg merasa paling pintar dan tidak bodoh: Ada baiknya antum baca kembali kitab yg antum sebutkan. Atau baca baik2 komen di atas yg menukil secara lengkap fatwa Ibnu Taymiyah. Akan lebih baik lagi, kalo antum cantumkan disini teks asli fatwa ibnu taymiyyah secara lengkap dan fatwa Imam Syatibi secara lengkap. Baru kita bahas bersama. OK!!
الجاهل بالشيئ ينكر ذالك الشيئ…
Demikian Al-Ghazali dalm Al-Kimya’ as-Sa’aadah. So, MAULID, TAHLILAN, ISTIGHOTSAH lanjuuuuuuuuut teruuuuuuuuuus!!! Yg alergi ya, cari dokter dunk, kekekekkkkk! :-)
Ralat: kitab Kimyaa’ as-Sa’aadah.
Assalaamu’alaykum wa rahmatullaahi wa barakatuh…
Saya sebagai orang awam jadi tambah bingung dengan kasus ini, terutama masalah maulid Nabi. semoga dengan mengikuti artikel ini semua menjadi jelas…
InsyaAllah saya seorang yg sangat mencintai Rasulullah shollallahu ‘alayhi wa sallam. oleh karena itu saya membaca & memahami shirah nabawiyah, selalu mengenang beliau, bersholawat setiap hari atau sesering mungkin. jadi menurut hemat saya tidak perlu menunggu satu tahun untuk mengagungkan beliau…
Mari menjadikan setiap hari, setiap saat selama nafas ini berhembus untuk memuliakan Muhammad bin Abdullah sebagai utusan akhir zaman. semoga kita mendapatkan syafaatnya kelak, di hari ketika tidak ada lagi perdebatan mana yang benar mana yang salah…
itu menurut kacamata orang awam seperti saya.
Mohon penjelasannya lebih lanjut…
Wassalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakaatuh…
Setuju sekali..!
kita jadikan setiap hari, setiap saat selama nafas ini berhembus untuk memuliakan Rasulullah SAW agar mendapat syafaatnya kelak.. selalu mengenang beliau dan bersholawat sesering mungkin..
DAN kita hargai saudara-saudara kita yg selain memuliakan Rasul setiap saat juga menyelenggarakan maulid untuk mengajak lebih banyak lagi umat Islam untuk bergabung memuliakan Rasulullah SAW,
Mereka telah berjasa mengingatkan umat Muhammad yg jarang bershalawat, jarang membaca sirah beliau SAW.
Sungguh Indah bila tak ada lagi saling menyalahkan di antara kita
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
Thoyyib….
Saya akan mencoba menjawab argumen teman-teman dengan hujjah-InsyaAllah.
Pertama: Untuk Muhibbin.
Antum mengatakan : “Kalo pingin tau ni ana bawakan nash arabnya juga dari kitab Iqtidha’ as-Sirath al-Mustaqim hal.269:
فتعظيم المولد، واتخاذه موسماً، قد يفعله بعض الناس، ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده، وتعظيمه لرسول الله صلى الله عليه وسلم
“Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutinan, segolongan orang terkadang melakukannya. Dan mereka mendapatkan pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya kepada Rasulullah SAW..”
Jawaban:
Antum kayaknya belum membaca buku Iqthidha` secara lengkap sehingga antum silap dalam memahai maksud dari perkataan Ibnu Taimiyyah itu sendiri.
Ungkapan di atas dikeluarkan oleh Ibnu Taimiyyah dalam rangka mencegah lahirnya mafsadah yang lebih besar, bukan membolehkan maulid Nabi secara mutlak karena tidak ada asalnya dalam Syariat (Al-Quran dan Sunnah ala fahmi Salafil Ummah). Maksudnya: karena tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah dan para shahabat. Penjelasan ini sudah dijelaskan oleh Ibnu Taimiyyah di halaman sebelumnya.
Selanjutnya ibnu taimiyyah mengatakan :
الثاني: أن تدعو الناس إلى السنة بحسب الإمكان فإذا رأيت من يعمل هذا ولا يتركه إلا إلى شر منه، فلا تدعو إلى ترك منكر بفعل ما هو أنكر منه، أو بترك واجب أو مندوب تركه أضر من فعل ذلك المكروه، ولكن إذا كان في البدعة من الخير، فعوض عنه من الخير المشروع بحسب الإمكان، إذ النفوس لا تترك شيئاً إلا بشيء، ولا ينبغي لأحد أن يترك خيراً إلا إلى مثله أو إلى خير منه، فإنه كما أن الفاعلين لهذه البدع معيبون قد أتوا مكروهاً، فالتاركون أيضاً للسنن مذمومون، فإن منها ما يكون واجباً على الإطلاق، ومنها ما يكون واجباً على التقييد، كما أن الصلاة النافلة لا تجب. ولكن من أراد أن يصليها يجب عليه أن يأتي بأركانها، وكما يجب على من أتى الذنوب من الكفارات والقضاء والتوبة والحسنات الماحية، وما يجب على من كان إماما، أو قاضيا، أو مفتيا، أو واليا من الحقوق، وما يجب على طالبي العلم، أو نوافل العبادة من الحقوق.
Maksudnya: “Hendaklah kalian menyeru manusia kepada Sunnah semaksimal mungkin. Apabila kamu melihat ada orang yang melakukan amalan ini (maulid Nabi) dan ia tidak akan meninggalkannya kecuali kepada amalan yang lebih buruk dari itu maka janganlah Anda mengajaknya meninggalkan kemungkaran tersebut yang membuatnya berpindah kepada kemungkaran yang lebih besar…dst.”
Dan tiga paragraf berikutnya Ibnu Taimiyyah kembali menjelaskan:
فتعظيم المولد، واتخاذه موسماً، قد يفعله بعض الناس، ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده، وتعظيمه لرسول الله صلى الله عليه وسلم، كما قدمته لك أنه يحسن من بعض الناس، ما يستقبح من المؤمن المسدد. ولهذا قيل للإمام أحمد عن بعض الأمراء: أنه أنفق على مصحف ألف دينار، أو نحو ذلك فقال: دعهم، فهذا أفضل ما أنفقوا فيه الذهب، أو كما قال. مع أن مذهبه أن زخرفة المصاحف مكروهة. وقد تأول بعض الأصحاب أنه أنفقها في تجويد الورق والخط. وليس مقصود أحمد هذا، إنما قصده أن هذا العمل فيه مصلحة، وفيه أيضاً مفسدة كره لأجلها. فهؤلاء إن لم يفعلوا هذا، وإلا اعتاضوا بفساد لا صلاح فيه، مثل أن ينفقها في كتاب من كتب الفجور: من كتب الأسمار أو الأشعار، أو حكمة فارس والروم.
Artinya: “Maka mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutinan, segolongan orang terkadang melakukannya. Dan mereka mendapatkan pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya kepada Rasulullah SAW sebagaimana yang telah saya jelaskan sebelumnya karena “sebagian orang” memandang baik apa yang dipandang buruk oleh orang-orang mukmin yang lurus (istiqomah dengan sunnah Nabi, pent.)…dst.”
Kemudian Ibnu Taimiyyah memberikan contoh perkataan Imam Ahmad terhadap sebagian penguasa waktu itu. Padahal dalam mazhab imam ahmad hal tersebut dimakruhkan, namun kemudian beliau “bolehkan” dalam rangka mencegah kemungkaran yang lebih besar. (Silahkan antum baca sendiri kutipan di atas).
Sikap seperti ini telah diukir oleh ulama2 Ushul: “Apabila bertemu dua mafsadah maka ambilllah mafsadah yang lebih ringan.”
Permasalahn serupa pernah disebutkan juga oleh Ibnu Taimiyyah di dalam bukunya “Al-Hisbah” : “Suatu kali ada orang Tar-Tar meminum minuman keras kemudian murid2 ibnu Taimiyyah mengatakan: “Mari kita cegah mereka!” Lalu Ibnu taimiyyah melarang (padahal mencegah kemungkaran hukumnya wajib) karena kata ibnu Taimiyyah: “Biarkan mereka, karena kalau mereka tidak minum maka mereka akan membunuh dan akan berbuat kerusakan dimuka bumi.”
Subhanallah….Inilah dakwah yang bijak dan sesuai dengan panduan Rasulullah. Disatu sisi kita harus istiqomah dengan nash-nash Syar`i dan disisi lain kita harus juga meri`ayah mafsadah dan maslahatnya.
Penutup untuk muhibbin saya ingin mengingatkan bahwa:
1. Acara Maulid Nabi tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan para shahabat sebagaimana telah dijelaskan oleh yek Saudi sebelumnya.
2. Deretan ulama yang mengharamkan maulid Nabi bukan hanya ulama-ulama yang dikenal “wahabi” oleh kaum sufi dan syiah, tapi banyak juga deretan ulama azhar yang mengharamkannya. Berikut saya kutip diantaranya:
– Syekh Abdul Majid Salim (Mufti Mesir), beliau mengatakan: “Amalan maulid yang banyak dilakukan oleh kebanyakan kaum muslimin saat ini tidak pernah dilakukan oleh generasi salafus saleh. Apabila amalan ini termasuk taqarrub kepada Allah maka tentulah telah dilakukan oleh ulama salafus saleh.”
(Lihat: Fatawa darul Iftâ, No. 589 tanggal 27 April 1942)
– Prof. DR. Muhammad Husein Azzahabi (Wazir Auqaf Misriyyah) mengatakan ketika wawancara dengan redaksi Koran Al-Ahram hari Jumat 19 Desember 1975: “Pada hakikatnya maulid Nabi yang dilakukan oleh orang saat ini keburukannya lebih besar dari menfaatnya…”
– Dan masih banyak ulama-ulama azhar (yang tidak pernah digelari dengan ualam-ulama wahabi) juga mengharamkan maulid Nabi seperti Syekh Ali Mahfudz (Anggota ulama-ulama senior di Al-Azhar University) di dalam bukunya Al-Ibdâ` fi Mudhâril Ibtidâ` hal. 250 Cet. Darul Ma`rifah., dan guru-guru saya; di antaranya: Prof Dr. Ahmad Masur Ali Sabalik, Dr. Musthafa Murad, Dr. Muhammad Yusri, Dr. Umar Abdul Aziz dll. (Saya mendengar langsung dari mereka ketika ditanya tentang maulid Nabi)
3. Obat perpecahan adalah kembali kepada sunnah Nabi dan Khulafaa`ur Rasyidin sebagaimana diriwayatkan oleh ‘Irbath bin Sariyyah Ra, Nabi Saw bersabda: “Dan siapa yang masih hidup (dalam usia panjang) dari kalian, dia akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Maka cukuplah bagi kalian mengikuti Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk (dari Allah Ta’ala). Gigitlah Sunnah itu dengan gigi geraham kalian. Berhati-hatilah kalian dari segala urusan yang diada-adakan (bid’ah), sebab setiap bid’ah itu adalah kesesatan. “ (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi).
Itu saja dulu dari saya, adapun dalih-dalih wong djowo akan saya jawab berikutnya. Karena saya lagi ada janji. Dan untuk Ibn Ubaidillah sebaiknya anda tingkatkan daya baca Anda dan bersikap lebih kritis (maksudnya: Jangan manggut-manggut aja ikut kata orang) Harap Anda membaca dari teks asli dan secara sempurna bukan separoh-separoh terus diambil kesimpulan: “Tuh, Ibnu Taimiyyah aja membolehkan acara maulid Nabi” padahal para pentahqiq dan para pakar yang menganalisa pemikiran ibnu Taimiyyah tidak satu pun yang mengatakan bahwa Ibnu Taimiyyah membolehkan maulid Nabi. Thank`s.
Wassalam.
Ayo Abdullah..
jangan mundur.. jawab tuntas semuanya..!
selain maulid masih ada 7 (Tujuh) masalah
dan semuanya pernyataan sang guru besar, As-Syekh Al-Imam Ibnu Taimiyah….
@ Abdullah, ana mau klarifikasi pernyataan anda :
1. Dalam terjemahan anda “ Hendaklah kalian menyeru manusia kepada Sunnah semaksimal mungkin. Apabila kamu melihat ada orang yang melakukan amalan ini (maulid Nabi) dst…”
Dari mana anda mengartikan amalan ini sebagai maulid Nabi mas ? padahal Ibn Taimiyah aja tidak mengatakannya maulid. Ini pemikiran Ibn Taimiyah atau hanya penafsiran (akal pikiran) anda sendiri ?. Berarti anda berbeda pandangan dengan Ibn Taimiyah.
Dalam halaman sebelumnya di kitab tersebut secara jelas Ibn Taimiyah menyatakan bahwa peringatan maulid bukanlah bid’ah. Berikut nashnya :
وكذلك ما يحدثه بعض الناس ، إما مضاهاة للنصارى في ميلاد عيسى عليه السلام ، وإما محبة للنبي صلى الله عليه وسلم ، وتعظيمًا . والله قد يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد ، لا على البدع- من اتخاذ مولد النبي صلى الله عليه وسلم عيدًا
“Begitu pula praktek yang diada-adakan oleh sebagian manusia, Adakalanya karena hanya meniru orang-orang Nasrani sehubungan dengan kelahiran Nabi Isa–‘Alaihis Salam– dan adakalanya karena cinta dan mengagungkan Rasulullah SAW, Terkadang Allah memberikan pahala karena kecintaan mereka kepada Rasulullah—Shallallâhu alaihi wasallam dan ijtihad mereka ini, bukan atas bid’ahnya dengan menjadikan hari kelahiran Nabi sebagai hari raya baru dalam islam “.
Ibn Taimiyah secara jelas menyatakan di atas bahwa yang menjadi bid’ah adalah ketika menjadikan kelahiran Nabi sebagai hari raya baru dalam islam, bukan perayaan maulid yang berisi kecintaan dan pengagungan terhadap Rasulullah dengan bershalawat dan membaca siroh beliau. Oleh karena itu di halaman selanjutnya Ibn Taimiyah menyatakan :
فتعظيم المولد، واتخاذه موسماً، قد يفعله بعض الناس، ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده، وتعظيمه لرسول الله صلى الله عليه وسلم
“ Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutinan, segolongan orang terkadang melakukannya. Dan mereka mendapatkan pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya kepada Rasulullah SAW “
Sangat jelas sekali Ibn Taimiyah menyatakan bahwa mengagungkan maulid bahkan menjadikannya sebagai rutinan bukanlah bid’ah dan bisa mendatangkan pahala yang besar. Sehingga bukanlah termasuk اخف الضررين (mengambil bahaya yang paling ringan). Apabila dikatakan bid’ah yang sesat, maka adakah kesesatan yang mendatangkan pahala ???
2. Pernyataan Ibn Taimiyah yang anda tampilkan adalah adab dalam amar ma’ruf nahi munkar. Ibn Taimiyah mengajarkan jika anda dapatkan suatu kemunkaran/bid’ah yang sudah jelas dan tidak bisa berubah kecuali kepada yang lebih buruk, maka jangan anda cegah tapi arahkan kepada apa yang tidak bertentangan dengan syari’at. Gambarannya : perayaan ulang tahun, daripada hanya berupa nyanyian, diarahkan dengan semisal membaca Al-Qur’an, dzikir atau ibadah lainnya.
Inilah tindakan bijaksana yang dikemukakan Ibn Taimiyah dalam mengajak orang menuju kebaikan bukan menvonis maulid sebagai bid’ah.
3. Janganlah anda menampilkan pendapat ulama’2 yang tidak senang dengan maulid, karena klo ana tampilkan yang setuju dengan maulid, bisa2 mencapai ribuan ulama’.
Mungkin ini saja yang ana tanggapi sambil memberi kesempatan kepada teman2 sunni lainnya yang ingin ikutan komentar. Mudah2an bisa di pahami dengan seksama…..
Sebenarnya ana masih bingung. Kaum wahabi itu menolak maulid, tapi kenapa ormas2 mereka pada ngrayain maulidnya sendiri? terus sekarang banyak wahabi yang gembar gemborin salaf. sebenarnya salaf tuh dah lama ada di indonesia, ponpes2 NU yang salaf juga banyak dan sudah sejak lama eksis di nusantara. jadi jangan ada forboden pemikiran kalau salaf tu ya wahabi dsb. salaf tu ya Ahlul Sunnah Wal Jama’ah.
afwan jika da salah nulis, semoga rahmat Allah selalu menyertai kita
Saudara moderator kalau perlu antum beri penjelasan bagaimana maulid itu, apa yang dilakukan dan dibaca.
syukron,
Syaikhul Islam memang termasuk yang membolehkan maulid nabi. Di dalam manhaj Ahlus-Sunnah, syaikhul Islam Ibnu Taimiyah bukanlah segala-galanya dalam pengambilan hukum, melainkan kepada dalil syara`, al-Qur’an, as-Sunnah dan ijma’. Dan beliau seorang mujtahid di masanya, dan mujtahid bisa salah dan bisa benar.
Di satu sisi beliau adalah seorang alim diantara ulama ahlis Sunnah… yang berijtihad dengan niat yang ikhlas dan tujuan mendapatkan kebenaran. Berbeda dengan penulis artkel ini yang lebih menurutkan hawa nafsu dan mencari kesalahan seorang alim. Jika syaikhul Islam dapat berlaku adil dan inshaf kepada para penyelisih beliau termasuk ulama shufiyah, dan selainnya, seharusnya antum berlaku adil pula terhadap diri beliau rahimahullah. Namun coba kalo kita baca, pasti antum tidak akan berlaku adil dan inshaf kepada beliau rahimahullah sementara antum mengakui keadilan syaikhul islam kepada “syaikh2” antum…
Sekarang coba kasih tulisan syaikhul Islam tentang masalah shufiyah… Apakah pendapat beliau akan antum terima juga dalam masalah shufiyah??
hehehe…saudara Abdullah komentar anda ini
{(maksudnya: Jangan manggut-manggut aja ikut kata orang) Harap Anda membaca dari teks asli dan secara sempurna bukan separoh-separoh terus diambil kesimpulan)}
secara tidak langsung menyatakan bahwa website Forsan Salaf ini hanya website perlente atau website kacangan yang hanya menukil omongan orang tanpa di kaji terlebih dahulu dan langsung di posting untuk umum…hehehe…asal anda tahu artikel dan video yang ada diatas adalah esensi dari apa yang mau diutarakan ibn taimiyah dlm masalah maulid yang dikaji bukan dari sekedar video belaka tapi dari TEKS KITAB ASLINYA YANG DIAMBIL DAN DIKAJI SECARA UTUH BUKAN SEPARUH-SEPARUH seperti yang anda katakan dan itu juga jelas bukan dari PERKATAAN ORANG seperti yang anda katakan dalam komentar anda diatas tapi DARI PERKATAAN IBN TAIMIYAH itu sendiri sebagaimana yang telah disebutkan dlm video tersebut
Asal anda tahu pula website Forsan Salaf bertujuan mengajak para pembaca untuk berpikir secara ilmiah dengan argumen dan dalil yang kuat seperti yang anda bisa lihat di setiap artikel dan fatwa2 yang diberikan dan memberikan ruang pula kepada pembaca untuk memberikan argumen2nya dan dengan sikap menghargai setiap komentar2 yang masuk sehingga terjadi suatu pembahasan yang ilmiah yang pada akhirnya bisa menghasilkan jalan keluar atau juga kesimpulan dari masalah yang dibahas
Tetapi sungguh sangat disayangkan orang2 seperti anda inilah yang hanya bisa mendebat yang tujuannya hanya untuk mengalahkan dengan memaksakan argumen anda dan menghina dan melecehkan argumen orang lain seperti yang anda sebutkan dalam komentar anda diatas apalagi anda adalah seorang mahasiswa dengan taraf pembelajaran yang anda terima maka seyogyanya penghargaan terhadap suatu argumen itu dijunjung tinggi untuk mencapai suatu kesimpulan
Dan terbukti dari yang apa yang saya katakan diatas tentang Forsan Salaf semua argumen anda telah dijawab secara ilmiah dan jelas disini.
Adapun saya disini hanya menambahkan saja dan mengajak para pembaca sekalian untuk bepikir secara logis dan saya disini cuma memperkuat dari apa yang telah di tukil oleh saudara Abuqnan dari perkataan imam suyuti bahwa asal muasal maulid adalah dari pembacaan sejarah Nabi Muhammad SAW dan itu terbukti memang silahkan anda buka semua maulid yang ada semua itu tidak lain adalah sejarah singkat dari pada Nabi muhammad SAW yang dibalut dengan bahsa yang indah dan rapi…dan apakah membaca sejarah nabi itu adalah bid’ah?kalau memang demikian lalu bagaiman kita bisa mempelajari sejarah Nabi kita Muhammad SAW? bukankah mengetahui sejarah nabi itu adalah suatu kewajiban?…bahkan seandainya bukanpun maka suatu kehinaan yang sangat besar bagi seorang muslim jika dia bisa mengetahui sejarah orang lain tapi dia tidak mengetahui sejarah Nabinya Sendiri Muhammad SAW
dan tidak bisa dipungkiri dengan adanya maulid ini adalah suatu terobosan yang sangat besar bagi seluruh umat islam untuk mengetahui sejarah Nabi Muhammad SAW…dan anda bisa melakukan survey untuk membuktikan hal ini. ini baru dari satu faedah belum faedah yang lain yang telah saya sebutkan diatas
Wallahu A’lam bissowaab
@ Ryan Fauzi, wah…wah…..wah……. hebat betul anda bisa menyalahkan shekh Ibn Taimiyah seorang mujtahid dizamannya, berarti anda lebih alim dari seorang mujtahid sekalipun, lebih mengerti terhadap Al-Qur’an dan hadits. Ini karena memang anda lebih alim atau karena Ibn Taimiyah tidak sesuai dengan hawa nafsu anda sehingga seorang mujtahidpun anda salahkan ????.
Kalo ana sih ngikuti Ibn Taimiyah aja seorang yang sangat alim dan menjadi mujtahid di zamannya, daripada mengikuti anda yang sudah bukan mujtahid bahkan berani menyalahkan imamnya yang seorang mujtahid.
Wahh…… Ana sangat salut dan selamat buat anda dan semua orang2 wahhabi, ni ada seorang lagi yang lebih alim daripada Ibn Taimiyah yaitu syekh Ryan Fauzi.
Tinggalkanlah/Berpalinglah dari orang2 yg JAHIL.
Wahabi ….
Siapa aja dilawan apalagi cuman Ibn TaeMiyah ……………
@ryan
hebat sekali kamu … lebih pinter dari syaikhul islam IBN TAIMIYAH … ilmu apa ya yang anda punya.
@ana salafy
betul sekali anda , kita harus berpaling dari orang2 JAHIL yang gak tau klo dirinya jahil dan kita menghadap kepada orang2 alim yang selalu menunjukkan kpd kita kepada yang benar …. FORSANSALAF MAJULAH PANTANG MUNDUR
For Muhibbin-Hadahukallah ila shirathil mustaqim
1. Saya menerjemahkan amalan ini dengan maulid nabi karena Ibnu Taimiyyah sedang berbicara tentang maulid Nabi kalau bukan itu maksudnya terus dhamirnya kembali kemana menurut antum?????? Kemudian saya meletakkan terjemahan tersebut di dalam kurung kerawal untuk kehati-hatian dan demi menjaga keilmiyahan dalam berargumen.
2. Saya agak bingung membaca argumen antum yang plin-plan dan tidak jelas
Seperti perkataan antum “Ibn Taimiyah secara jelas menyatakan di atas bahwa yang menjadi bid’ah adalah ketika menjadikan kelahiran Nabi sebagai hari raya baru dalam islam, bukan perayaan maulid yang berisi kecintaan dan pengagungan terhadap Rasulullah dengan bershalawat dan membaca siroh beliau.”
apa bedanya hari raya baru dengan perayaan maulid??? Kan sama-sama merayakan??? Bukankah hari raya Islam juga berisi kecintaan dan pengagungan terhadap Rasulullah???? Apa makna hari raya menurut antum??? Sungguh ungkapan antum di atas hanyalah permainan retorika untuk mengelabui pembaca…
3. Masalah adab Amar Ma`ruf Nahi Mungkar yang diungkapkan oleh Ibnu Taimiyyah; antum jangan melupakan point pertama yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyyah yaitu berusaha semaksimal mungkin berpegang teguh dengan sunnah Nabi. point kedua: berusaha semaksimal mungkin mengajak manusia kepada sunnah. Jadi, kedua point ini harus kita lalui terlebih dahulu sebelum kita diam dari kemungkaran. Ibnu Taimiyyah membolehkan maulid Nabi hanya dalam satu kondisi yaitu ketika melarang dari maulid Nabi itu mempunyai dampak lebih besar. Sebagaimana kisah seorang ulama Tabi`in yang bernama Amir Sya`bi ketika melakukan perjalanan dari Irak ke Syam di tengah jalan ia mendengar orang seorang da`i mengkisahkan hal-hal berbau khurafat lalu Amir Sya`bi berusaha membantahnya tapi ternyata murid2 dari da`i ini langsung memukuli Amir sya`bi dan ia tidak bisa selamat kecuali dengan mengakui khurafat orang tersebut. Lalu Amir Sya`bi mengakuinya dan orang-orang pun berhenti memukulinya.
Kesimpulan dari perkataan ibnu taimiyyah adalah secara asal maulid Nabi adalah bid`ah. Namun bid`ahnya ada dua tingkatan;
1. Menyerupai orang kafir Nasrani (dan tentu dosanya lebih besar)
2. karena kecintaan kepada Nabi. Orang-orang awam yang melakukan maulid nabi karena kecintaan barangkali akan diberikan pahala atas kecintaannya bukan karena bid`ah mereka menjadikan maulid nabi sebagai hari raya (perayaan). Saya mengatakan barangkali karena Ibnu taimiyyah menggunakan kata-kata qad lalu masuk ke fi`il mudhari`. kata qad yang masuk ke fi`il mudhari` berarti terkadang/barangkali.
Untuk mengetahui kesimpulan Ibnu Taimiyyah tentang maulid nabi tentunya kita harus membaca buku beliau secara keseluruhan, baik bukunya iqthidaa ila shiraathil mustaqim atau selainnya. Di dalam majmu` fatawa, Ibnu Taimiyyah mengupas permasalahan serupa dan ia mengatakan:
وأما اتخاذ موسم غير المواسم الشرعية كبعض ليالي شهر ربيع الأول ، التي يقال إنها المولد ، أو بعض ليالي رجب ، أو ثامن عشر ذي الحجة ، أو أول جمعة من رجب ، أو ثامن شوال الذي يسميه الجهال عيد الأبرار ، فإنها من البدع التي لم يستحبها السلف ، ولم يفعلوها ، والله سبحانه وتعالى أعلم
“Adapun mengadakan upacara peribadahan selain yang disyari’atkan, seperti malam-malam Rabi’ul-Awwal yang sering disebut Maulid (Nabi), atau malam-malam Rajab, atau tanggal 18 Dzulhijjah , atau awal Jum’at bulan Rajab, atau hari ke-8 bulan Syawwal yang dinamakan oleh orang-orang bodoh dengan ‘Iedul-Abraar; semuanya termasuk bid’ah yang tidak disunnahkan salaf dan tidak mereka kerjakan. Wallaahu subhaanahu wa ta’ala a’lam [Majmu’ Al-Fataawaa, 25/298].
Di dalam buku iqthidaa ila shraatil mustaqim, ia juga menegaskan :
فإن هذا لم يفعله السلف مع قيام المقتضي له ، وعدم المانع فيه لو كان خيراً ، ولو كان خيراً محضاً أو راجحاً لكان السلف – رضي الله عنهم- أحق به منا
“Perayaan seperti ini belum pernah dilakukan oleh para salaf, meski ada peluang untuk melakukannya dan tidak ada penghalang tertentu bagi mereka untuk melakukannya. Seandainya perayaan itu baik atau membawa faedah, tentu para salaf lebih dulu melakukannya daripada kita…”.
Dan Dr. Muhammad Rawwas Al-Qal’ahjiy telah melakukan penelitian di kitab-kitab Ibnu Taimiyyah untuk merumuskan faedah fiqh yang terkandung di dalamnya telah mengatakan bahwa perayaan Maulid Nabi termasuk perayaan bid’ah yang tidak disyari’atkan dalam Islam [lihat Mausu’ah Fiqhi Ibni Taimiyyah oleh Dr. Muhammad Rawwaas Qal’ahjiy, hal. 1040-1041; Daarun-Nafaais, Cet. 2/1422, Beirut].
Jadi jelas Ibnu Taimiyyah berlepas diri dari tuduhan orang-orang yang mengaku forsan salaf ini.
4. Saya menukilkan pendapat ulama-ulama Azhar karena makalah ini ingin melahirkan imej bahwa yang membid`ahkan maulid Nabi hanyalah orang-orang salafi atau wahabi tapi ternyata kedustaan mereka kembali terungkap banyak ulama-ulama yang tidak pernah digerlari dengan wahabi ternyata juga menentang perayaan maulid Nabi. sebagaimana yang telah saya nukilkan di atas. Lagian kalaupun saya berhasil meng-isbat bahwa Ibnu Taimiyyah juga membid`ahkan maulid Nabi, namun saya yakin bahwa orang-orang yang mengaku forsan salaf ini tidak akan menyerah begitu saja. Karena pendapat mereka tidak di dasari dengan ayat dan hadist, hanya taklid kepada ualam-ulama mereka lalu mencari-cari alasan melegalkan apa yang mereka lakukan tersebut. Hadanallahu Jami`an Ila sawaa`as sabiil……
Kepada Akh Yoga saya ingin mengatakan bahwa tidak semua orang yang mengaku salaf mereka adalah salafi (nisbah kepada generasi salaf), Yang menjadi standar salaf itu adalah keistiqomahan mereka berpegang teguh dengan ajaran Al-Quran dan Sunnah menurut pemahaman generasi salaf, terkhusus 3 abad pertama. sebagaimana kata seorang Syair:
Kullun Yadda`i washlan bi Laila
wa laila ta tuqirru lahu bi zaaka
“Semua orang mengaku punya hubungan dengan si-Laila
Namun Laila tidak mengakui adanya hubungan itu.”
Kachian deh loo…… :)
Tambahan jawaban dari saya:
Dalam sebuah muktamar negara-negara Islam sedunia, salah seorang dai kondang dari Saudi yang bernama Dr. Said bin Misfir Al Qahthani, berjumpa dengan seorang tokoh Islam (syaikh) dari negara tetangga. Melihat pakaiannya yang khas ala Saudi, Syaikh tadi memulai pembicaraan (Sebagaimana yang dituturkan sendiri oleh Dr. Said Al Qahthani ketika berkunjung ke kampus kami, Universitas Islam Madinah dan memberikan ceramah di sana.):
Syaikh: “Assalaamu ‘alaikum…”
Dr. Said: “Wa’alaikumussalaam warahmatullah wabaraatuh…”
Syaikh: “Nampaknya Anda dari Saudi ya?”
Dr. Said: “Ya, benar.”
Syaikh: “Oo, kalau begitu Anda termasuk mereka yang tidak cinta kepada Rasul…!”
(kaget bukan kepalang dengan ucapan Syaikh ini, ia berusaha menahan emosinya sembari bertanya):
Dr. Said: “Lho, mengapa bisa demikian?”
Syaikh: “Ya, sebab seluruh negara di dunia merayakan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali negara Anda; Saudi Arabia… ini bukti bahwa kalian orang-orang Saudi tidak mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Dr. Said: “Demi Allah… tidak ada satu hal pun yang menghalangi kami dari merayakan maulid Beliau, kecuali karena kecintaan kami kepadanya!”
Syaikh: “Bagaimana bisa begitu??”
Dr. Said: “Anda bersedia diajak diskusi…?”
Syaikh: “Ya, silakan saja..”
Dr. Said: “Menurut Anda, perayaan Maulid merupakan ibadah ataukah maksiat?”
Syaikh: “Ibadah tentunya!” (dengan nada yakin).
Dr. Said: “Baik… apakah ibadah ini diketahui oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, ataukah tidak?”
Syaikh: “Tentu beliau tahu akan hal ini!”
Dr. Said: “Jika beliau tahu akan hal ini, lantas beliau sembunyikan ataukah beliau ajarkan kepada umatnya?”
(…. Sejenak syaikh ini terdiam. Ia sadar bahwa jika ia mengatakan “ya”, maka pertanyaan berikutnya ialah: Mana dalilnya? Namun ia juga tidak mungkin mengatakan tidak, sebab konsekuensinya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih menyembunyikan sebagian ajaran Islam. Akhirnya dengan terpaksa ia menjawab )
Syaikh: “Iya… beliau ajarkan kepada umatnya…”
Dr. Said: “Bisakah Anda mendatangkan dalil atas hal ini?”
(Syaikh pun terdiam seribu bahasa… ia tahu bahwa tidak ada satu dalil pun yang bisa dijadikan pegangan dalam hal ini…)
Syaikh: “Maaf, tidak bisa…”
Dr. Said: “Kalau begitu ia bukan ibadah, tapi maksiat.”
Syaikh: “Oo tidak, ia bukan ibadah dan bukan juga maksiat, tapi bidáh hasanah.”
Dr. Said: “Bagaimana Anda bisa menyebutnya sebagai bid’ah hasanah, padahal Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa setiap bid’ah itu sesat??”
Setelah berdialog cukup lama, akhirnya syaikh tadi mengakui bahwa sikap sahabatnyalah yang benar, dan bahwa maulid Nabi yang selama ini dirayakan memang tidak berdasar kepada dalil yang shahih sama sekali.
Ini merupakan sepenggal dialog yang menggambarkan apa yang ada di benak sebagian kaum muslimin terhadap sikap sebagian kalangan yang enggan merayakan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dialog singkat di atas tentunya tidak mewakili sikap seluruh kaum muslimin terhadap mereka yang tidak mau ikut maulidan. Kami yakin bahwa di sana masih ada orang-orang yang berpikiran terbuka dan obyektif, yang siap diajak berdiskusi untuk mencapai kebenaran sesungguhnya tentang hal ini.
Namun demikian, ada juga kalangan yang bersikap sebaliknya. Menutup mata, telinga, dan fikiran mereka untuk mendengar argumentasi pihak lain. Karenanya kartu truf terakhir mereka ialah memvonis pihak lain sebagai ‘wahhabi’ yang selalu dicitrakan sebagai ’sekte Islam sempalan’, yang konon diisukan sebagai kelompok yang gampang membid’ahkan, mengkafirkan, mengingkari karomah para wali, dan sederet tuduhan lainnya.
Cara seperti ini bukanlah hal baru. Sejak dahulu pun mereka yang tidak senang kepada dakwah tauhid, selalu berusaha memberikan gelar-gelar buruk kepada para dainya. Tujuannya tak lain ialah agar masyarakat awam antipati terhadap mereka. Simaklah bagaimana Fir’aun dan kaumnya menggelari Musa dan Harun ‘alaihimassalam:
(57) Fir’aun mengatakan: “Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami dengan sihirmu hai Musa? (58) Sungguh kami pasti mendatangkan pula kepadamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak pula kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya).” (59) Musa menjawab: “Waktu pertemuan itu ialah di hari raya dan hendaklah manusia dikumpulkan pada waktu dhuha.” (60) Maka Fir’aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. (61) Musa berkata kepada mereka: “Celakalah kamu, janganlah kamu mengadakan kedustaan terhadap Allah, hingga Dia membinasakanmu dengan siksa.” Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan. (62) Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka, dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). (63) Mereka berkata: “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kalian dari negeri kalian dengan sihirnya, dan hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama…” (Qs. Thaha: 57 – 63)
Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan keterangan yang nyata, (24) kepada Fir’aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: “Ia (Musa) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.” (Qs. Ghafir: 23-24)
Simak pula bagaimana kaum Nabi Luth ‘alaihissalam hendak mengusir beliau dan para pengikutnya dengan tuduhan ‘orang-orang yang sok menyucikan diri’:
Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: “Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih.” (Qs. An Naml: 56)
Atau Nabi Shalih ‘alaihissalam yang dianggap sombong dan pembohong oleh kaumnya… Allah berfirman:
(23) Kaum Tsamudpun telah mendustakan ancaman-ancaman (itu). (24) Mereka berkata: “Bagaimana kita akan mengikuti saja seorang manusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau begitu kita benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila”, (25) Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya -yakni Nabi Shaleh ‘alaihissalam- di antara kita? Sebenarnya dia seorang yang amat pendusta lagi sombong.” (26) Kelak mereka akan tahu siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (Qs. Al Qamar: 23 – 26)
Sampai junjungan kita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tak luput dari julukan-julukan buruk kaumnya. Allah berfirman:
(1) Shaad, demi al-Qur’an yang mempunyai keagungan (2) Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (3) Betapa banyaknya ummat sebelum mereka yang telah kami binasakan, lau mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (4) Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: “ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta.” (Qs. Shaad: 1 – 4)
Jadi, banyaknya tuduhan-tuduhan jelek terhadap suatu golongan, mestinya tidak menghalangi kita untuk bersikap adil dan obyektif terhadap mereka. Karena boleh jadi kebenaran justeru berpihak kepada mereka, dan dalam hal ini yang menjadi patokan adalah dalil-dalil dari Al Qur’an dan Hadits yang shahih.
anda semua yg mendukung maulid..bersiap siaplah menyiapkan tempat duduk anda di neraka..
Ibn ubaidillah
Maksud ane…antum itu kalau ingin memberikan tanggapan pake dalil dong jangan asal nanggap trus ikut-ikutan kata orang…
Perkataan ana tertuju ke antum bukan ke forsan salaf, kita kan sedang diskusi jadi tanggapi tanggapan ane…..he he he
Begitu juga yang lain, ane harap kalau nggak punya dalil alias tak bisa jawab jangan asal comment….
udh mendig bilang saya ikut abdul wahhab daripad harus capek2 ngebanth imam syekh islam ibn taymiyah
JADI KALIAN BETIGA TINGGAL BILANG
“SAYA GA IKUT UBN TAYMIYAH SAYA IKUT ABDULWAHHAB”
jadi anda kan aman bukan termasuk murid yang durhaka
hihihihi
Abdullah said:
Kesimpulan dari perkataan ibnu taimiyyah adalah secara asal maulid Nabi adalah bid`ah. Namun bid`ahnya ada dua tingkatan;
1. Menyerupai orang kafir Nasrani (dan tentu dosanya lebih besar)
2. karena kecintaan kepada Nabi. Orang-orang awam yang melakukan maulid nabi karena kecintaan barangkali akan diberikan pahala atas kecintaannya bukan karena bid`ah mereka menjadikan maulid nabi sebagai hari raya (perayaan). Saya mengatakan barangkali karena Ibnu taimiyyah menggunakan kata-kata qad lalu masuk ke fi`il mudhari`. kata qad yang masuk ke fi`il mudhari` berarti terkadang/barangkali.
Untuk mengetahui kesimpulan Ibnu Taimiyyah tentang maulid nabi tentunya kita harus membaca buku beliau secara keseluruhan, baik bukunya iqthidaa ila shiraathil mustaqim atau selainnya. Di dalam majmu` fatawa, Ibnu Taimiyyah mengupas permasalahan serupa dan ia mengatakan:
وأما اتخاذ موسم غير المواسم الشرعية كبعض ليالي شهر ربيع الأول ، التي يقال إنها المولد ، أو بعض ليالي رجب ، أو ثامن عشر ذي الحجة ، أو أول جمعة من رجب ، أو ثامن شوال الذي يسميه الجهال عيد الأبرار ، فإنها من البدع التي لم يستحبها السلف ، ولم يفعلوها ، والله سبحانه وتعالى أعلم
“Adapun mengadakan upacara peribadahan selain yang disyari’atkan, seperti malam-malam Rabi’ul-Awwal yang sering disebut Maulid (Nabi), atau malam-malam Rajab, atau tanggal 18 Dzulhijjah , atau awal Jum’at bulan Rajab, atau hari ke-8 bulan Syawwal yang dinamakan oleh orang-orang bodoh dengan ‘Iedul-Abraar; semuanya termasuk bid’ah yang tidak disunnahkan salaf dan tidak mereka kerjakan. Wallaahu subhaanahu wa ta’ala a’lam [Majmu’ Al-Fataawaa, 25/298].
Di dalam buku iqthidaa ila shraatil mustaqim, ia juga menegaskan :
فإن هذا لم يفعله السلف مع قيام المقتضي له ، وعدم المانع فيه لو كان خيراً ، ولو كان خيراً محضاً أو راجحاً لكان السلف – رضي الله عنهم- أحق به منا
“Perayaan seperti ini belum pernah dilakukan oleh para salaf, meski ada peluang untuk melakukannya dan tidak ada penghalang tertentu bagi mereka untuk melakukannya. Seandainya perayaan itu baik atau membawa faedah, tentu para salaf lebih dulu melakukannya daripada kita…”.
Abuqnan said:
Saya tidak sependapat dengan kesimpulan anda> Anda kurang cermat memahami pembahasan Ibnu Taymiyyah. Yang benar, ibnu taymiyyah mengurai persoalan perayaan maulid dari aspek tradisi masyarakat menjadikan hari kelahiran nabi SAW sebagai hari istimewa dengan mengadakan perayaan khusus yang di isi acara- acara tertentu dan terkadang mengandung kemungkaran sebagai ungkapan kecintaan terhadap Rasulullah SAW. Tradisi semacam ini tidak ditemukan pada masa Rasulullah SAW, masa sahabat dan masa tabi’in. Dengan demikian tradisi ini adalah bid’ah. Demikianlah kesimpulan pendapat Ibnu Taymiyyah.
Memang sebenarnya, ada dua pendapat yg berkembang di kalangan ulama Ahlussunnah wal jama’ah tentang hukum PERAYAAN maulid Nabi SAW (sengaja sy gunakan huruf kapital agar dipahami bahwa yg sy maksud adalah hukum tradisi perayaan, bukan pembacaan shalawat dan kegiatan2 positif didalamnya).
Kelompok pertama menyatakan bid’ah. Termasuk dalam kelompok ini, Syekh Ibnu Taymiyah. Mereka beralasan, bahwa tradisi perayaan ini ini tidak terdapat pada masa Rasul SAW dan para sahabat. Jika memang hari itu tergolong salah satu dari hari istimewa yg perlu dirayakan, niscaya Rasulullah SAW atau setidaknya para sahabat atau ulama salaf akan melakukannya. Inilah yg dimaksud dengan perkataan Ibnu Taymiyyah sebagaimana yg antum kutip:
فإن هذا لم يفعله السلف مع قيام المقتضي له ، وعدم المانع فيه لو كان خيراً ، ولو كان خيراً محضاً أو راجحاً لكان السلف – رضي الله عنهم- أحق به منا.
Sayangnya antum hanya mengutip sepotong. Berikut saya kutip alur pembahasan Ibnu Taymiyyah mulai dari awal pembahsan, sehingga dapat kita tangkap maksud dari perkataan beliau sesungguhnya.
فصل:
قد تقدم أن العيد يكون اسمًا لنفس المكان ، ولنفس الزمان ، ولنفس الاجتماع . وهذه الثلاثة قد أحدث منها أشياء :
أما الزمان فثلاثة أنواع ، ويدخل فيها بعض بدع أعياد المكان والأفعال :
أحدها : يوم لم تعظمه الشريعة أصلًا ، ولم يكن له ذكر في السلف ولا جرى فيه ما يوجب تعظيمه : مثل أول خميس من رجب، وليلة تلك الجمعة التي تسمى الرغائب – الى أن قال – والصواب الذي عليه المحققون من أهل العلم : النهي عن إفراد هذا اليوم (4) بالصوم ، وعن هذه الصلاة المحدثة ، وعن كل ما فيه تعظيم لهذا اليوم من صنعة الأطعمة ، وإظهار الزينة ، ونحو ذلك حتى يكون هذا اليوم بمنزلة غيره من الأيام ، وحتى لا يكون له مزية أصلًا وكذلك يوم آخر في وسط رجب ، يصلى فيه صلاة تسمى صلاة أم داود ، فإن تعظيم هذا اليوم لا أصل له في الشريعة أصلًا .
النوع الثاني: ما جرى فيه حادثة كما كان يجري في غيره ، من غير أن يوجب ذلك جعله موسمًا ، ولا كان السلف يعظمونه : كثامن عشر ذي الحجة الذي خطب النبي صلى الله عليه وسلم فيه بغدير خم – الى أن قال –
وكذلك ما يحدثه بعض الناس ، إما مضاهاة للنصارى في ميلاد عيسى عليه السلام ، وإما محبة للنبي صلى الله عليه وسلم ، وتعظيمًا . والله قد يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد ، لا على البدع- من اتخاذ مولد النبي صلى الله عليه وسلم عيدًا . مع اختلاف الناس في مولده . فإن هذا لم يفعله السلف ، مع قيام المقتضي له وعدم المانع منه لو كان خيرًا . ولو كان هذا خيرًا محضا ، أو راجحًا لكان السلف رضي الله عنهم أحق به منا ، فإنهم كانوا أشد محبة لرسول الله صلى الله عليه وسلم وتعظيمًا له منا ، وهم على الخير أحرص .
Fasal:
Telah berlalu keterangan bahwa sesunggunya I’d (perayaan) adalah nama dari tempat, masa, dan perkumpulan itu sendiri. Tiga hal ini, terdapat sesuatu didalamnya. Adapun (aspek) masa maka ada tiga macam, dan tercakup didalamnya beberapa bid’ah I’d dari aspek tempat dan perbuatan:
Pertama: Hari yang tidak diagungkan dalam syari’at Islam sama sekali, dan tidak disebutkan oleh para ulama salaf juga tidak terdapat sesuatu yang menuntut keagungan hari itu. Contohnya sebagaimana awal kamis dari bulan rajab, malam jum’at dari blan rojab yang disebut dengan roghoib.
Yang benar sebagaimana pendapat para ulama yang tahqiq, larangan atas mengkhususkan hari ini dengan berpuasa dan shalat yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi SAW dan laranga atas segala kegiatan yang mengaungkan hari ini sebagaimana membuat beberapa makanan, menampakkan hiasan, dan lain2, sehingga hari ini tidak menjadi berbeda dengan hari-hari lainnya dan tidak memilki keistimewaan sama sekali. Demikian juga hari lain di pertengahan bulan rajab, dengan melaksanakan shalat yang disebut dengan shalat ummu Dawud.Maka sesungguhnya mengagungkan hari ini tidak ada dasar dalam syri’at Islam sama sekali.
Kedua: Peristiwa yang terjadi pada hari tertententu sebagaimana terjadi pada hari lainnya tanpa terdapat sesuatau yang menuntut untuk di peringati dan para ulama salaf tidak menggungkannya, sebagaimana hari tgl 18 dzul hijjah dimana terdapat peristiwa khutbah Rasulullah SAW di Ghodir Khum.
Demikian pula apa yang dilakukan oleh sebagian masyarakat, adakalanya menyerupai orang2 nasrani dalam peringatan kelahiran Nabi Isa AS, dan adakalanya karena kecintaanya kepada Nabi SAW serta mengagungkannya. Dan Allah SWT akan memberikan pahala atas kecintaan dan kesungguhan mereka tidak atas perbuatan bid’ahnya yaitu menjadikan hari kelahiran Nabi SAW sebagai hari perayaan (I’d) dengan berbagai macam model mayarakat dalam merayakan maulid. Maka sesungguhnya hal ini tidak pernah dilakukan oleh para ulama salaf meskipun terdapat sesuatu yang menutut untuk dilakukannya serta tidak adanya penghalang jika saja yang demikian itu tergolong kebaikan. Andai yang demikian ini murni perbuatan yang baik atau utama niscaya para ulama lebih berhak (merayakannya) daripada kita, keranya mereka lebih mencintai Rasulullah SAW dan lebih mengangungkan Rasulullah SAW daripada kita. Mereka lebih senang pada kebaikan daripada kita.
Dari alur pembahsan Ibnu Taymiyyah diatas, dapat dipahami bahwa, maksud yang beliau sampaikan adalah hukum menjadikan hari2 tertentu sebgai tradisi perayaan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan ulama salaf. Bukan bermaksud untuk menghukumi haramnya kegiatan2 yang terdapat dalam perayaan itu, misalnya bershodaqoh, membaca shalawat, membaca dzikir dll. Untuk lebih jelasnya berikut keterangan dari Syekh Ali Makhfudh salah satu ulama Al-Azhar Kairo Mesir dalam kitab Al-Ibda’ fi madloril intida’menulis:
الفصل الرابع في بدع المولد وأول من أحدثها: – الى أن قال –
ولا نزاع في أنها من البدع, إنما النزاع في حسنها وقبحها, فالقائلون بالمنع بنوه:
أولا على أنها لم يستحسنها السلف ولم يفعلوها, وما اشتملت عليه من الصدقات وجمع الناس للطعام لا يجعلها مشروعة, فإن إطعام الطعام إنما شرع في العيدين وأيام التشريق فإنه من السنن التي سنها رسول الله صلى اللله غليه وسلم للمسلمين كإعانة الفقراء بالإطعام في شهر رمضان فإنه من سنن الإسلام. وأما اتحاذ موسم فير هذه المواسم الشرغية فليس من السنة. – الى أن قال – وثانيها: ما اشتملت عليه هذه الموالد من المفاسد المحرمة والمكروهة.
Fasal ke empat didalam menjelaskan bid’ah maulid dan yang pertama kali mempringatinya.
Dan tidak ada perbedaan bahwa sesungguhnya maulid adalah tergolong bid’ah (tidak dijumpai pada masa rasulullah SAW), akan tetapi para ulama berbeda pendapat menganai kebiakan nya (bid’ah hasanah) dan kejelekannya (bid’ah qobihah). Maka ulama yang menyatakan melarang peringatan maulid, mereka berdasar pada:
Pertama: Sesunngguhnya peringatan maulid tidak diangap baik oleh para ulama salaf dan mereka tidak pernah melaksanakannya. Adapun shadaqoh dan mengundang beberapa orang untuk makan yg terdapat dalam perayaan maulid, tidak dapat menjadikannya diberlakukan dalam ajaran Islam, karena sesunggunya tradisi perayaan dengan memberi makanan itu disyari’atkan pada dua hari raya (idul fitri dan idul adlha) dan hari tasyriq yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW bagi kaum muslimin sebagaimana (tradisi) menolong orang2 fakir dengan memberi makanan pada bulan ramadlan, maka itu bagian dari ajaran dalam Islam. Sedangkan menjadikan tradisi peringatan selain tradisi2 yang disyrai’atkan ini maka bukan tergolong sunnah.(Lihat: Al-Ibda’ fi madloril ibtida’. Hal. 250. Darul kutub 1422 H -2001 M).
Kelompok kedua berpendapat, bahwa peringatan maulid Nabi SAW diperbolehkan dan tergolong bid’ah hasanah. Mereka beralasan bahwa, meskipun tradisi peringatan ini tidak pernah dijumpai pada masa Rasululla SAW atau para ulama salaf, akan tetapi esensi dari peringatan ini adalah ungkapan kegembiraan dan rasa cinta kepada Rasulluah SAW yang kemudian diekspresikan dengan melakukan shodaqoh, membacaalqur’an, membaca shalawat, bertutur cerita sejarah Rasulullah SAW, membaca kasidah-kasidah pujian kepada Rasulullah SAW. Intinya, esensi dari peringatan maulid itu adalah ekspresi kegembiraan dan rasa syukur atas lahirnya Rasulullah SAW dengan melakukan kegiatan2 ibadah bukan kemungkaran. Secara dalil, bershodaqoh, membaca alqur’an ,membaca shalawat adalah ibadah yang kapanpun bias dilakukan, lebih2 jika dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas terlahirnya Rasulullah SAW. Para ulama dalam kelompok ini menyadari bahwa kecintaan kepada Rasulullah SAW, ungkapan rasa syukur dengan bershodaqoh dll, tidak hanya terikat denga hari peringatan maulid, ungkapan rasa syukur denagn amal-amal kebajikan itu itu juga dipandang baik dan dianjurkan sepanjang waktu diluar hari peringatan maulid .
Oleh karenanya, sesunggahnya pendapat dua kelompok ini secara substansi tidak ada perbedaan. Kelompok pertama melarang peringatan maulid karena meilhat pada keyakina yang berkembang di sebagian masyarakat demngan menjadikan hari itu sebagai hari istimewa yang dianjurkan dalam syari’at Islam utk melakukan amal-amal kebajikan tertentu yang memiliki nilai tambah mengalahkan amal sejenis pada hari lainnya.
Sementara kelompok kedua melhat dari esensi perayaan itu sendiri yang tidak lebih dari kegiatan2 positif seperti bershodaqoh, membaca qur’an, shalawat dlll yang sejak semual memang dianjurkan dan disunnahkan terlepas dari keyakinan amal2 tersebut memilki nilai lebih karena faktor hari maulid disbanding jika dilakukan pada hari lainnya.
Dengan amat bijak dan sangat cerdas Syekh Ali Makhfudh menulis:
وبما ذكرنا يتبين لك أن الاختلاف بين الفريقين في حسن المولد وقبحها ليس اختلافا حقيقيا في موضوع واحد, وإنما هو اختلاف إسمي تابع لاختلاف موضوع الحكم, فالقسم الذي يحكم عليه الفريق الأول بالذم لا يستحسنه الفريق الثاني, كما أن القسم الذي حكم فيه الفريق الثاني بالحسن لا يذمه الفريق الأول, وبالله تعالى التوفيق.
Dari penjelasan saya diatas nampak jelas bagimu bahwa perbedaan pendapat dua kelompok dalam menilai baik dan buruknya peringatan maulid bukan perbedaan pendapat secara hakiki akan tetapi hanya namanya saja yang ditimbulkan dari perbedaan sudut pandang sasaran hukum. Maka bagian yang disoroti hukumnya oleh kelompok pertama dengan tercela tidak akan dianggap baik oleh kelompok kedua, sebagaimana pula bagian yang disoroti hukumnya dengan baik oleh kelompok kedua tidak akan dipandang tercela oleh kelompok pertama. (Lihat: Al-Ibda’ fi madloril ibtida’. Hal. 256. Darul kutub 1422 H -2001 M)
Beginilah seharusnya dalam menyikapi tradisi peringatan maulid, bukan seperti antum dan orang2 wahabi lainnya yg tidak memahami konteks pembahasan dan kesimpulan hukum dari Ibnu Taymiyyah.
Dalam posisi forum ini, saya yakin admin ingin menyampaikan pendapat Ibnu Taymiyyah sebenarnya ketika di komparasi dengan pendapat ulama yang memperbolehkan peringatan maulid, dengan maksud memberikan pemahaman bahwa sesunggunya yang tidak diperboleh kan dalam memeperingati maulid adalah meyakini bahwa kegiatan-kegiatan positif seperti shodaqoh, membaca qur’an, shalawat dll tidak hanya dianjurkan pada hari itu atau memiliki keistimewaan di banding jika dilakukan pada hari lainnya, dan menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW serta mengagungkannya juga tidak hanya muncul pada saat peringatan hari maulid itu, lebih2 kegiatan2 mungkar yang terkadang mewarnai dalam peringatan maulid itu justru akan mencidrai esensi dari peringatan maulid itu sendiri. Dalam hal ini, Ibnu Taymiyyah juga memilki pendapat yang sama.
Untuk admin, mohon maaf jika comment sy terlalu panjang atau lancang membuat kesimpulan sendiri atas maksud sebenarnya dari artikel diatas. Wallohu A’lam.
Melas tenan bocah alazhar..
Wong jowo..lebih ilmiah.
Ok!
@ Abdullah, mas anda ini gak paham dengan pernyataan dari imam anda sendiri….
Gimana dengan pernyataan Ibn Taimiyah berikut :
فتعظيم المولد، واتخاذه موسماً، قد يفعله بعض الناس، ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده، وتعظيمه لرسول الله صلى الله عليه وسلم،
Coba anda terjemahkan nash di atas khususnya kalimat “ واتخاذه موسماً “…!!!
Trus bandingkan dengan pernyataan berikut ini :
وكذلك ما يحدثه بعض الناس ، إما مضاهاة للنصارى في ميلاد عيسى عليه السلام ، وإما محبة للنبي صلى الله عليه وسلم ، وتعظيمًا . والله قد يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد ، لا على البدع- من اتخاذ مولد النبي صلى الله عليه وسلم عيدًا
Jelas sekali Nampak adanya perbedaan yang dikemukakan oleh Ibn Taimiyah antara menjadikan hari kelahiran Nabi sebagai Ied (hari raya) baru dalam islam dengan membaca siroh Nabi Muhammad SAW, klo nt gak paham mana bedanya, ana kasih tau :
– Klo dikatakan sama antara ied dan maulid (membaca siroh Nabi), maka kok bisa dalam bid’ah yang anda katakan sebagai kesesatan bahkan sama Dr…Said al-Qahthani dinyatakan sebagai maksiat bisa mendatangkan pahala besar ????
– Bukankah Ibn Taimiyah telah menjelaskan tentang bid’ahnya dalam perayaan maulid yaitu ketika menjadikan hari kelahiran Nabi Muhammad sebagai Ied sebagaimana dalam pernyataannya :
لا على البدع- من اتخاذ مولد النبي صلى الله عليه وسلم عيدًا
“ bukan atas bid’ahnya yaitu menjadikan hari kelahiran Nabi sebagai ied”
Dan ini jelas sekali sebagai perbuatan yang menyamai orang nasrani dengan menjadikan hari kelahiran Nabi Isa sebagai hari raya. Bukan dalam menunjukkan kecintaan dan pengagungan terhadap Nabi dengan membaca sirohnya, oleh karena itu Ibn Taimiyah menyatakan :
وإما محبة للنبي صلى الله عليه وسلم ، وتعظيمًا . والله قد يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد
“ adakalanya (dalam maulid) karena kecintaan dan pengagungan terhadap Nabi SAW, maka Allah member pahala kepada mereka atas rasa cinta dan usahanya”
Klo anda bisa berpikir matang, anda akan bisa membedakan diantara keduanya. Kita orang ahlussunnah wal jama’ah, tidak hanya mengagungkan Rasulullah dengan membaca siroh beliau tidak hanya di bulan Robi’ul awal saja, tapi klo bisa kita adakan setiap saatnya karena kita cinta Rasulullah SAW.
Sedangkan pernyataan Ibn Taimiyah dalam majmu’ fatawanya justru bisa ditafsiri dengan pernyataan yang ada dalam kitabnya iqtidho; sirotil mustaqim sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Klo tidak, justru akan memberikan kesan bahwa pernyataan Ibn Taimiyah plin-plan, disatu sisi menghukumi maulid secara mutlak sebagai bid’ah, tapi di sisi lain hanya menghukumi bid’ah ketika menjadikan hari kelahiran Nabi sebagai ied saja bukan pada kecintaan dengan membaca siroh Nabi SAW.
@Abugnan :
mending anda baca bantahannya di blog ustadz abul jauzaa. dan liat disana ada jg teks asli yang anda minta.
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/05/ibnu-taimiyyah-dan-maulid-nabi.html
“Pencari kebenaran cukup baginya satu dalil. sementara pengikut hawa tidak cukup baginya sekalipun seribu dalil. seorang yang jahil akan belajar, akan tetapi pengikut hawa tak ada yang bisa kita perbuat terhadapnya”.
@ salafi tulen, anda katakan ” semua yg mendukung maulid..bersiap siaplah menyiapkan tempat duduk anda di neraka..”
wadu..hh anda ini malaikat penjaga neraka ya… bisa tau segala tentang neraka atau anda ingin menyiapkan untuk kami ahlussunnah wal jama’ah kursi di neraka untuk menonton kalian orang2 wahhabi di adzab di neraka ?
@ abdullah, seorang lulusan Al-Azhar gak usah membual disini dah, pake bawa cerita2 kayak gitu, kita merasa geli mendengarnya. kami rasa itu rekayasa dari Dr. Said AlQahthani aja biar diakui kepintarannya, n bukan berdiskusi dengan seorang tokoh islam (syaikh) tapi sama seorang tua yang berprofesi sebagai petani atau mungkin pedagang sayur di pasar, makanya gak bisa jawab ketika diajak diskusi..
sekali lagi, anda katakan sendiri klo disini tempatnya diskusi secara ilmiah, makanya jangan banyak membual dan bawa cerita2 seperti itu lagi, bukan tempatnya disini, yang wajar2 aja, biar orang2 bisa menilai sendiri
@ yek Saudi
mending baca dulu komentar abuqnan dg cermat.
jgn asal lempar link..
jangan-jangan anda bc aja uda pusing krn gak ngerti pembahasannya..
@ Abdullah
kamu masih punya utang lho sama wong djowo.(12 January 2010)
Susah ya, orang kalau punya utang itu kadang pura-pura lupa.
Yek Saudi:
Apa tanggapan ente tentang komentar saya? Jangan suruh orang utk baca pendapat orang lain yg gak jelas.
Penjelasan yg ada di: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/05/ibnu-taimiyyah-dan-maulid-nabi.html, hampir sama dengan kesalah pahaman Abdullah dkk.
Barangkali semua pengikut Wahabi mempunya pemahamna yg sama kelirunya dg si Abdullah.
Atau kalo ente kenal dg Abul Jauza dan ente gak bisa kasih tanggapan sendiri posting saya, suruh dia baca postingan saya, lalu suruh nanggepi.
Ciri2 wahabi:
1.Ngeyel
2.Jenggot 3 bj di peliara(he..he..)
3.Belajar dari foto copi( dekat ama setan c..)
4.Ngaji seminggu sekali
5 di kiranya untk menafsir cuma make NAHWU&SOROF.
Nb;tp mereka jg saudara kt,KARENA masih di bawah bendera “ahlussunahwaljamaah “
Kayaknya sudah mulai ada titik temu antara saya dengan muhibbin, walaupun beliau seolah-olah ingin mengingkarinya….
1. Ana menanyakan makna id (hari raya) kepada antum tapi antum tidak bisa menjawabnya sebagai bukti plin-plannya antum dalam berargumen.
Sekarang ana jelaskan: kata-kata id berasal dari `aada-ya`uudu yang berarti kembali atau berulang-ulang. Hari raya dinamakan dengan id karena ia dilakukan secara berulang-ulang dan kontiniu. Dan secara istilah id berarti sebuah amalan ibadah yang bersifat mengumpulkan banyak orang dan dilakukan secara berkesinambungan (misalnya: sekali setahun dll)dan dalamnya ditampakkan rasa gembira dan bahagia.”
Jadi praktek maulid nabi sekarang ini tergolong pada makna id (perayaan/hari raya) dan itu adalah bid`ah karena tidak ada dasarnya di dalam kitab dan sunnah. Sedangkan amalan-amalan baik yang terkandung di dalamnya tidak semua digolongkan bid`ah sebab sebagian amalan-amalanan itu ada dasarnya dalam Al-Quran dan Sunnah seperti sedekah, zikir-zikir yang masyru` tapi dengan catatan selama mereka tidak meyakini adanya nilai tambah melakukan amalan itu pada saat maulid Nabi. Sebagaimana perkataan syekh Ali Mahfudz di atas. (Walaupun saya punya sedikit catatan buat abuqnan)
Adapun maksud dari perkataan ibnu taimiyyah sudah saya jelaskan sebelumnya dan tidak perlu diulang lagi. Silahkan Anda baca lebih teliti.
2. Kalau antum menuduh bahwa syaikhul Islam ibnu taimiyyah itu plin-plan maka lihat dulu diri antum????? apakah antum sudah pantas untuk mengatakan sosok sekaliber syaikhul islam itu plin-plan???
3. Pertanyaan selanjutnya: apakah maulid itu tergolong ibadah atau tidak?? maka kalau ia tergolong ibadah, mana dalilnya di dalam Al-Quran dan Sunnah. Sementara pendapat yang menyatakan bahwa maulid Nabi itu bid`ah ada di dalam Al-Quran dan Sunnah. Nanti saya kirimkan tentang hal ini.
Ada bebarapa catatan saya untuk tulisan abuqnan:
1.Anda mengatakan bahwa: “Kelompok pertama menyatakan bid’ah. Termasuk dalam kelompok ini, Syekh Ibnu Taymiyah”
Ungkapan Anda disini jelas telah membungkam isi inti dari artikel ini bahwa wahabi/salafi menentang syekh ibnu taimiyyah sebab Anda sendiri yang mengatakan yang ibnu taimiyyah termasuk deretan ulama yang membid`ahkan maulid nabi tentunya dengan dalil dan burhan.
2.Saya harap dalam menerjemah jangan mencampur adukkan antara terjemah asli dengan pemahaman antum sendiri atau minimal pemahaman antum ditulis di dalam kurung kerawal untuk membedakan.
Salah satu kekeliruan Anda adalah : ” menjadikan hari kelahiran Nabi SAW sebagai hari perayaan (I’d) dengan berbagai macam model mayarakat dalam merayakan maulid.”
Kata-kata “dengan berbagai macam model masyarakat dalam merayakan maulid” adalah tambahan dari Anda pribadi sehingga kalau kalimat itu dilanjutkan bisa membingungkan dan memanipulasi teks asli. Ana harap anda menjaga keilmiyahan dalam berargumen. Disamping itu, tindakan Anda ini juga akan menyeret anda sendiri dalam kesalahan yang anda lemparkan kepada saya. Yaitu tidak menganalisa teks secara menyeluruh.
Akhi….InsyaAllah saya sudah membaca isi buku iqthidha ila shiraatil mustaqim, dan saya punya beberapa nuskhah:
1.Kitab asli
2.Kitab iqthidhaa yang telah ditahqiq oleh DR. Nashir bin Abdul Kariim al-Aql; Dalam mentahqiq beliau berpatokan pada 5 kitab asli (makhtutath) yang ada di dunia Islam.
3.Anda mengatakan : “Dari alur pembahasan Ibnu Taymiyyah diatas, dapat dipahami bahwa maksud yang beliau sampaikan adalah hukum menjadikan hari2 tertentu sebagai tradisi perayaan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan ulama salaf. Bukan bermaksud untuk menghukumi haramnya kegiatan2 yang terdapat dalam perayaan itu, misalnya bershodaqoh, membaca shalawat, membaca dzikir dll.”
Jawaban: Saya sangat..sangat…sangat setuju sekali dengan perkataan antum ini bahwa sebenarnya yang dibid`ahkan oleh para ulama (termasuk di dalammnya ibnu taimiyyah) adalah hakikat dari maulid itu sendiri, bukan amalan-amalan baik yang ada di dalamnya seperti bersedekah, dll. Tapi dengan syarat tidak mengkhususkannya pada hari itu saja dan tidak meyakini adanya nilai lebih terhadap amalan yang dilakukan pada hari itu serta tidak diniatkan untuk MAULID NABI.
Sekarang ana balik bertanya ke antum: “Apakah syarat-syarat di atas terpenuhi????? Apakah seperti itu yang sedang beredar di Negara kita????
Qul Burhaanakum Inkuntum shaadiqiin..!!!!
Perlu juga saya tambahkan bahwa bid`ah itu terbagi beberapa macam di antaranya adalah:
– bid`ah hakikiyyah yaitu ibadah yang tidak ada dasarnya di dalam Al-Quran dan Sunnah. Misalnya berta`abbud dengan maulid Nabi maksudnya menjadikan maulid Nabi sebagai ibadah untuk bertaqarrub kepada Allah…
– bid`ah idhafiyyah yaitu ibadah yang secara asal mempunyai dalil dari Al-Quran dan Sunnah namun dalam pelaksanaannya keluar dari kebiasaan syar`I, seperti: bersedekah dan bersalawat itu adalah amalan yang disyariatkan namun jika dilaksanakan dengan niat maulid Nabi atau khusus dilakukan pada hari itu saja atau ia menyangka bahwa nilainya dilipat gandakan karena dilaksanakan pada hari maulid nabi maka dalam kategori ini akan terjatuh pada bid`ah idhofiyyah. (secara asal ia mempunyai dasar tapi dalam prakteknya keluar dari tuntunan syariat)
4.Mengenai bid`ah hasanah dan bid`ah qabiihah maka pendapat yang rajih adalah tidak ada pembagian tersebut di dalam agama (semua bid`ah adalah sesat) sebab Rasulullah bersabda: “Setiap bid`ah adalah sesat.” Diakidkan dengan kata-kata kullu. Disamping itu Ibnu Umar juga berkata, “Setiap bidah adalah sesat walaupun semua orang memandangnya baik” (lihat takhrijnya pada tulisan ana sebelumnya) Jadi jelas bahwa semua bid`ah adalah sesat walaupun semua orang memandangnya baik……..
5.Terakhir ana ingin berpesan :
teruslah menuntut ilmu
membaca… membaca…dan membaca
adem ayem
InsyaAllah hutang saya akan saya penuhi tapi masih ada yang lebih prioritas untuk dijawab…..:)
elfasi
Yang membual disini ane atau ente? kalau ente berani mana dalil-dalil ente? Beraninya hanya menggong-gonggong…….maaf ya kalau kata-kata ana kasah; habis ente sih…ngomong juga kurang dipikirin..
@Abdullah: Sy tunggu catatan antum sekaligus tanggapan antum atas postingan sy. Seblumnya sy jg mau nanya sama antum. Ente pernah ikut maulid atau baca isinya mulid apa blm? Kalo sdh tolong tunjukkan di sini mana yg menyimpang dari syari’at?? Sy tunggu.
Untuk ABDULLAH;
Internet zaman nabi muhammad s.a.w. ngga’ ada..
APAKAH INTERNET BID’AH..?
@ all pengunjung, liat nih Abdullah lulusan dari Al-Azhar Mesir udah mengakui klo pembacaan maulid (siroh Nabi) bukanlah bid’ah, jadi boleh dong kita baca maulid….
@ Abdullah, anda katakan “Sekarang ana jelaskan: kata-kata id berasal dari `aada-ya`uudu yang berarti kembali atau berulang-ulang. Hari raya dinamakan dengan id karena ia dilakukan secara berulang-ulang dan kontiniu. Dan secara istilah id berarti sebuah amalan ibadah yang bersifat mengumpulkan banyak orang dan dilakukan secara berkesinambungan (misalnya: sekali setahun dll)dan dalamnya ditampakkan rasa gembira dan bahagia.”.
Dari sini udah ketahuan klo anda kurang memahami pernyataan Ibn Taimiyah dalam kitabnya iqtidha’ sirathil mustaqim, anda cuman memahami arti ied dari segi bahasa aja, makanya jauh berbeda dengan pernyataan Ibn Taimiyah. Jika anda katakan ied adalah sebuah ibadah yang dilakukan secara berulang2 berarti puasa ramadhan, puasa Asyura’, lailatul Qadr, bahkan peringatan 17 Agustus adalah ied karena berulang2 setiap tahunnya, tapi apa kenyataannya, tidak ada yang menyatakan klo itu semua adalah ied.
Dari sini bisa diketahui perbedaan anda dengan Ibn Taimiyah, anda menyatakan segala yang terulang setiap tahunnya adalah ied, tapi Ibn Taimiyah tidak karena Ibn Taimiyah menganggap ied yang menjadi bid’ah adalah ied secara syar’i bukan secara bahasa.
Lebih jelasnya, ied secara bahasa berasal dari `aada-ya`uudu yang berarti kembali atau berulang-ulang, sebagaimana pernyataan anda di atas. Sedangkan ied secara syar’i adalah hari besar (istimewa) yang ditetapkan oleh syariat sebagai hari agung dan hari kemenangan serta terulang setiap tahunnya, dan dalam islam hanya ada dua yaitu iedul fitri dan iedul adha.
Dari sini, kita bisa simpulkan pernyataan Ibn Taimiyah sebagai berikut :
– jika perayaan maulid Nabi (tanggal 12 Robi’ul awal), dijadikan sebagai hari istimewa seingga hanya hari itu yang layak untuk melakukan perayaan kelahiran Nabi bukan hari lainnya, maka dihukumi bid’ah walaupun isinya ibadah karena bertentangan dengan syari’at yaitu mensyariatkan sesuat yang tidak ada ketentuannya dalam syari’at. Hal ini dikarenakan ied ditetapkan langsung oleh syari’at.
– Jika merayakannya hanya karena suatu momen saja dengan tetap meyakini kewajiban mengagungkan Nabi setiap saatnya, maka bukan dinamakan sebagai ied sehingga tidak dihukumi bid’ah. Namun disyaratkan tidak ada hal2 yang bertentangan dengan syari’at.
Oleh karena itu, imam Ibn Taimiyah menyatakan :
فتعظيم المولد، واتخاذه موسماً، قد يفعله بعض الناس، ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده، وتعظيمه لرسول الله صلى الله عليه وسلم،
Maka mengagungkan maulid dan menjadikannya sebagai kebiasaan yang dilakukan oleh sebagian orang, baginya pahal yang besar karena tujuan yang baik dan pengagungannya kepada Rasulillah SAW.
Dan dalam hal lain menyatakan :
وكذلك ما يحدثه بعض الناس ، إما مضاهاة للنصارى في ميلاد عيسى عليه السلام ، وإما محبة للنبي صلى الله عليه وسلم ، وتعظيمًا . والله قد يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد ، لا على البدع- من اتخاذ مولد النبي صلى الله عليه وسلم عي
Dari sini bisa diketahui kalo yang dimaksud oleh Ibn Taimiyah adalah ied secara syar’i bukan secara bahasa, terbukti ketika perayaan maulid walaupun dijadikan kebiasaan jika tidak meyakininya sebagai ied secara syar’i maka bukanlah bid’ah. Sedangkan anda memvonis secara menyeluruh, bahwa peringatan maulid adalah bid’ah, baik menganggapnya sebagai ied (secara syar’i) ataukah tidak, karena anda memandang ied hanya dari bahasa yang berarti segala yang berulang2.
Ada katakan “Kalau antum menuduh bahwa syaikhul Islam ibnu taimiyyah itu plin-plan maka lihat dulu diri antum????? apakah antum sudah pantas untuk mengatakan sosok sekaliber syaikhul islam itu plin-plan???”
Anda ini kurang bisa memahami pernyataan orang, komentar ane pake bahasa Indonesia aja gak paham apalagi pernyataan Ibn Taimiyah yang pake bahasa arab. Baca dulu komentar ane di atas mas, ni simak lagi “Sedangkan pernyataan Ibn Taimiyah dalam majmu’ fatawanya justru bisa ditafsiri dengan pernyataan yang ada dalam kitabnya iqtidho; sirotil mustaqim sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Klo tidak, justru akan memberikan kesan bahwa pernyataan Ibn Taimiyah plin-plan, disatu sisi menghukumi maulid secara mutlak sebagai bid’ah, tapi di sisi lain hanya menghukumi bid’ah ketika menjadikan hari kelahiran Nabi sebagai ied saja bukan pada kecintaan dengan membaca siroh Nabi SAW.”
Ane gak menyatakan Ibn Taimiyah itu plin-plan, karena ane bisa memahami perbedaan dari pernyataannya, tidak seperti anda, yang gak paham pernyataan imam sendiri. Ane katakan, jika kita tafsiri pernyataan Ibn Taimiyah seperti tafsiran anda justru memberikan kesan Ibn Taimiyah plin-plan karena berbeda-beda dalam memberikan fatwanya. Makanya ane mau luruskan pemahaman yang salah ini, biar bisa menjaga keluhuran dari imam Ibn Taimiyah.
Yang menentukan SURGA&NERAKA itu alloh..bukan makhluk.
Kita hanya bisa memohon RIDHONYA..
Ibnu taimiyah itu baik,hanya saja ilmunya di salah gunakan oleh kelompok yg mengaku WAHABI.
WAHABI=lepas mazhab berkedok salaf.
Abdullah Said:
.Anda mengatakan bahwa: “Kelompok pertama menyatakan bid’ah. Termasuk dalam kelompok ini, Syekh Ibnu Taymiyah”
Ungkapan Anda disini jelas telah membungkam isi inti dari artikel ini bahwa wahabi/salafi menentang syekh ibnu taimiyyah sebab Anda sendiri yang mengatakan yang ibnu taimiyyah termasuk deretan ulama yang membid`ahkan maulid nabi tentunya dengan dalil dan burhan.
Abuqnan said:
Di ujung komentar saya sudah sy tegaskan, bahwa dugaan sy, yg ingin disampaikan admin disini adalah bahwa Ibnu Taymiyyah dalam menyikapi maulid tidak sama dengan orang2 wahabi yg meng-generalisir persoalan dengan menyatakan bahwa maulid dengan berbagai macam perspektifnya hukumnya adalah haram karena bid’ah. Sementara Ibnu Taymiyyah yg sering dijadikan panutan mereka menilai hukum maulid dalam perspektif “ittikhodzul mausim” yakni menjadikannya sebagai hari spesial dengan amalan2 tertentu serta meyakini ada keutamaan pada hari itu melebihi hari2 lainnya, sehingga mensetarakan hari maulid sebagaimana hari idul fitri, idul adlha dll yang memang dalam syari;at Islam ditetapkan sebagai hari istimewa. Di sisi lain Ibnu Taymiyah menyadari bahwa bacaan maulid, membaca shalawat, mencintai Rasulullah SAW, bersedekah dll adalah bagian dari ajaran Islam. Sehingga tepat sekali sebagaimana yg disimpulkan oleh Syekh Ali Mahfudz, bahwa pada hakekatnya kelompok yg melarang dengan yang memperbolehkan maulid tidaklah berbeda pendapat dalam arti yang sesungguhnya, tetapi hanya berbeda dalam menangkap subyek hukumnya. Bandingkan dengan sikap ekstren org2 wahabi yg secara membabi buta melarang segala bentuk kegiatan maulid dengan segala macam amalan didalamnya.
Abdullah Said:
Saya harap dalam menerjemah jangan mencampur adukkan antara terjemah asli dengan pemahaman antum sendiri atau minimal pemahaman antum ditulis di dalam kurung kerawal untuk membedakan.
Salah satu kekeliruan Anda adalah : ” menjadikan hari kelahiran Nabi SAW sebagai hari perayaan (I’d) dengan berbagai macam model mayarakat dalam merayakan maulid.”
Kata-kata “dengan berbagai macam model masyarakat dalam merayakan maulid” adalah tambahan dari Anda pribadi sehingga kalau kalimat itu dilanjutkan bisa membingungkan dan memanipulasi teks asli
Abuqnan said:
Syukron sdh diingatkan. Ada kesalahan buka kurung dan tutup kurung. Seharusnya tertulis:
Dan Allah SWT akan memberikan pahala atas kecintaan dan kesungguhan mereka tidak atas perbuatan bid’ahnya yaitu menjadikan hari kelahiran Nabi SAW sebagai hari perayaan (I’d dengan berbagai macam model mayarakat dalam merayakan maulid) dengan berbagai macam perbedaan pendapat mengenai hari kelahiran beliau.
Abdullah Said:
Akhi….InsyaAllah saya sudah membaca isi buku iqthidha ila shiraatil mustaqim, dan saya punya beberapa nuskhah:
1.Kitab asli
2.Kitab iqthidhaa yang telah ditahqiq oleh DR. Nashir bin Abdul Kariim al-Aql; Dalam mentahqiq beliau berpatokan pada 5 kitab asli (makhtutath) yang ada di dunia Islam.
Abuqnan said:
Saya kira ini tidak ada relevansinya dengan topik pembahasan. Saya tidak mau tahu antum punya 100 naskah atau 1000 naskah tidak ada bedanya bagi saya.
Abdullah Said:
Saya sangat..sangat…sangat setuju sekali dengan perkataan antum ini bahwa sebenarnya yang dibid`ahkan oleh para ulama (termasuk di dalammnya ibnu taimiyyah) adalah hakikat dari maulid itu sendiri, bukan amalan-amalan baik yang ada di dalamnya seperti bersedekah, dll.
Abuqnan said:
Lagi-lagi anada salah menympulkan pernyataan sy. Seharusnya hakekat yg di bid’ahkan adalah “ittikhodzul mausim” bukan maulid itu sendiri.
Abdullah Said:
Tapi dengan syarat tidak mengkhususkannya pada hari itu saja dan tidak meyakini adanya nilai lebih terhadap amalan yang dilakukan pada hari itu serta tidak diniatkan untuk MAULID NABI.
Sekarang ana balik bertanya ke antum: “Apakah syarat-syarat di atas terpenuhi????? Apakah seperti itu yang sedang beredar di Negara kita????
Qul Burhaanakum Inkuntum shaadiqiin..!!!!
Abuqnan said:
Kembali sy bertanya kepada antum. Apakah antum pernah ikut maulid? Antum kira membaca maulid hanya dilakukan setahun sekali? Jadi antum mengira mereka semua yg mengadakan maulidan “bodoh” dengan meyakini hari itu adalah hari yg istimewa dengan meyakini bahwa amalan pada hari itu melebihi pada hari lainnya dan meyakini setara demgan idul fitri dll?
Disinilah pangkal persoalannya. Inilah salah satu cirri utama org2 wahabi selalu merespon dengan ekstrem sebelum mengetahui pokok persoalannya dan semberono serta gegabah dalam menetapkan hukum.
Sekali lg sy bertanya kpd antum. Sebelum antum dkk membid’ahkan dan menentang maulid, pernahkan antum mengikuti maulid?
Kalo belum, sebaiknya ente dkk DIAM!!!!!!!!
assalamualikum warahmatllohiwabarokatuh
saudaraku semuanya mari kita jeli melihat permasalahan yang ada, hidup ini intinya adalah percaya pada allah swt dan rasulnya serta menjalankan ajaran yang sudah nyata, kalopun ada yang berbeda mari kita jalani pendapat masing masing, surga dan neraka sudah jelas untuk orang baik dan orang jahat, orang baik adalah yang mengikuti allah swt dan rasulullah dan nilai nilai kebaikan itu sendiri( nilai kebaikan ini tidak hanya membutuhkan dalil naqli tapi juga dalil aqli) serta prinsip nilai kebaikan itu adalah tidak merugikan orang lain dan tentunya tidak bertentangan dengan syariah islamiayah yang qat’i ( jelas ) kalo masih tidak jelas bukan qat’i namanaya dan tidak bisa di jadikan acuan, maka disinilah letak keindahan itu. soal halal haram sudah jelas, menari tertawa-tawa diluar sunnah adalah sudah jelas perbuatan kurang baik namun dzikrullah, solawat belajar agama bahkan meningkatkan gairah keagamaan adalah hal yang baik, jadi yang baik kita lakukan yang tidak baik kita tinggalkan. sementara isi neraka adalah orang jahat yaitu orang yang memusuhi allah swt dan rasulnya. jadi sudah jelas semuanya.
demikian semoga bisa bermanfaat
wassalamualikum warahmatullohiwabarokatuh
anak kampung dari indonesia timur yang hanya tamatan sekolah umum dan pernah belajar agama di pesantren kecil dan terus akan belajar dan belajar sampai akhir hayat.
jabat erat dalam ukhuwah
@ abdullah, kenapa ane katakan nt membual ?? soalnya cerita yang nt bawakan itu bukanlah dalil yang bisa dibuat hujjah bahkan bisa jadi itu hanya khurafat aja dari nt, jadi gak usah bawa gituan lagi, biar diskusi ini tetap ilmiah. klo mau cerita itu, ama orang2 wahhabi sendiri aja, jangan disini…
klo nt mau diskusi tentang maulid kita nantikan aja artikel yang dijanjikan oleh mas admin dalam komentarnya tertanggal 7 January 2010 at 11:30.
kita tunggu artikelnya n kita diskusikan tentang dalil2 maulid disitu.
@ abdulloh.
Kenapa anda tdk membawa dalil syekh abul wahab & al bany..
Malu ketahuan BOROKnya ya..?
Ms abdulloh Nyantri di lirboyo aza yuu..k..
Ada pelajaran akhlak menjaga ilmu dengan lisan..
Mari kita cek kitab dimaksud, apa sebenarnya yang dikatakan oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah perihal Maulid Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berkata :
(( فصل . ومن المنكرات في هذا الباب : سائر الأعياد والمواسم المبتدعة ، فإنها من المنكرات المكروهات سواء بلغت الكراهة التحريم، أو لم تبلغه؛ وذلك أن أعياد أهل الكتاب والأعاجم نهي عنها؛ لسببين:
أحدهما : أن فيها مشابهة الكفار .
والثاني : أنها من البدع . فما أحدث من المواسم و الأعياد هو منكر ، وإن لم يكن فيها مشابهة لأهل الكتاب ؛ لوجهين :
أحدهما : أن ذلك داخل في مسمى البدع والمحدثات ، فيدخل فيما رواه مسلم في صحيحه عن جابر – رضي الله عنهما – قال : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذ خطب احمرت عيناه ، وعلا صوته ، واشتد غضبه ، حتى كأنه منذر جيش يقول صبحكم ومساكم ، ويقول : (( بُعثت أنا والساعة كهاتين – ويقرن بين أصبعيه : السبابة والوسطى – ويقول : (( أما بعد ،فإن خير الحديث كتاب الله ، وخير الهدي هدي محمد ، وشر الأمور محدثاتها ، وكل بدعة ضلالة )) وفي رواية للنسائي : ((وكل بدعة ضلالة في النار))
وفيما رواه مسلم – أيضاً – في الصحيح عن عائشة – رضي الله عنها – عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : (( من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد )). وفي لفظ في الصحيحين :(( من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد )).
وفي الحديث الصحيح الذي رواه أهل السنن عن العرباض بن سارية عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: (( إنه من يعش منكم فسير اختلافاً كثيراً فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين ،تمسكوا بها، وعضُّو عليها بالنواجذ ، وإياكم ومحدثات الأمور ، فإن كل محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة )).
وهذه قاعدة قد دلت عليها السنة والإجماع ، مع ما في كتاب الله من الدلالة عليها أيضاً . قال الله تعالى: {أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ…}. فمن ندب إلى شيء يتقرب به إلى الله أو أوجبه بقوله أو بفعله ، من غير أن يشرعه الله ، فقد شرع من الدين ما لم يأذن به الله ، ومن اتبعه في ذلك فقد اتخذ شريكاً لله ، شرع من الدين ما لم يأذن به الله………
sekarang…. coba terjemahkan…. !!!
sama ga dengan yang di terjemahkan quburiyun…. hahhaha….
@ adi, mas anda ini gak baca komentar yang diatas ya ???
anda menampilkan nash di atas justru semuanya telah kita jawab di atas. kami tidak akan mengulangi lagi penjelasannya, oleh karena itu kami sarankan anda untuk tanya ama Abdullah aja, karena dia sebelumnya seperti anda, tapi setelah mendapatkan penjelasan dari kami, telah mengerti masalah yang anda permasalahkan. Yang jelas maksud dari Ibn Taimiyah adalah ketika menjadikannya sebagai ied, sebagaimana pernyataan Ibn Taimiyah yang anda tampilkan di atas :
والثاني : أنها من البدع . فما أحدث من المواسم و الأعياد هو منكر ، وإن لم يكن فيها مشابهة لأهل الكتاب
yang kedua : termasuk dari bid’ah, maka apa yang diada-adakan dari pada kebiasaan dan ied2 adalah munkar walaupun tidak ada keserupaan dengan ahlil kitab.
oleh karena itu kami sarankan lagi kepada anda untuk bertanya kepada saudara Abdullah aja, karena dia udah mengerti permasalahan ini setelah menerima penjelasan dari kami.
Anda gak usah ngatakan kuburiyun lah, karena klo masalah ziaroh kubur kita tunggu aja artikel yang dijanjikan oleh mas Admin (forsansalaf), entar kita diskusikan disitu, kita juga bisa katakan nt JAHILUN……. hihihihihihihih……..
Jawaban untuk muhibbin dan abuqnan:
Agar ada titik temu dan penyelesaian dari diskusi kita maka rasanya perlu kita mengambil kesimpulan sementara agar diskusi tidak lari kemana-mana, di antaranya:
1. Jika perayaan maulid Nabi dijadikan sebagai hari raya (perayaan) maka dihukumi bid’ah walaupun isinya ibadah karena bertentangan dengan syari’at yaitu mensyariatkan sesuatu yang tidak ada ketentuannya dalam syari’at. Hal ini dikarenakan ied ditetapkan langsung oleh syari’at.
2. Jika perayaan maulid Nabi mengandung hal-hal yang diharamkan seperti: ikhtilat (bercampur antara laki-laki dan perempuan), keluarnya para wanita dalam keadaan ber-tabarruj, menggunakan alat-alat musik dan nyanyian-nyanyian dan kasidah-kasidah yang mengandung kata-kata kufur atau ghuluw dalam memuji Rasulullah, merokok di dalam mesjid, dan melakukan tindakan yang bersifat mubazir seperti memasang lampu-lampu hias di mesjid, di jalanan, dll maka perayaan tersebut diharamkan.
3. Pelaksanaan amal baik pada hari maulid nabi tidak boleh diniatkan karena maulid Nabi, atau meyakini adanya nilai lebih pada hari itu atau dikhususkan pada hari itu saja. Apabila syarat di atas tidak terpenuhi maka amalan baik ini akan berubah menjadi bid`ah karena dilaksanakan tidak sesuai dengan tuntunan syar`i. Jadi kalau ingin beramal maka beramallah sebanyak-banyaknya dan tidak usah dikait-kaitkan dengan momen maulid Nabi karena man-taqyid ibadah yang bersifat mutlak butuh kepada dalil sedangkan dalil-dalil pelaksanaan ibadah pada hari maulid nabi tidak dinaskan oleh Rasulullah.
4. Abuqnan mengatakan: Seharusnya hakekat yg di bid’ahkan adalah “ittikhodzul mausim” bukan maulid itu sendiri.
Ya, itu yang saya maksud menjadikan maulid Nabi sebagai kegiatan musiman yang dalam istilah lain bisa dikategorikan sebagai bentuk perayaan. Sedangkan beramal baik pada hari itu, tidak satu pun ulama yang membid`ahkannya selama tidak melanggar syarat-syarat yang telah saya sebutkan di atas. Dan dalam tulisan sebelumnya saya pun sudah menegaskan bahwa kalaupun kita menganggap bahwa maulid Nabi itu adalah boleh maka maulid Nabi yang benar adalah dengan berpuasa setiap senin sebagaimana hadits yang menyatakan bahwa sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah kenapa kita berpuasa pada hari Senin? Rasulullah menjawab: “Karena itu adalah hari kelahiranku.”
Jadi kesimpulannya: generasi salafus shaleh memperingati hari kelahiran Nabi yaitu dengan berpuasa setiap hari senin sebagaimana hadits di atas bukan dengan melaksanakan perayaan maulid Nabi setiap tgl 12 Rabi`ul Awwal karena tidak dicontohkan oleh Nabi dan juga generasi para salaf. Apalagi para ulama berbeda pendapat tentang tgl kelahiran Rasulullah dan ahli sejarah telah membuktikan bahwa pendapat yang paling kuat mengenai hari kelahiran Rasulullah yaitu tanggal 9 Rabiul Awwal dan hari kematian beliau adalah tgl 12 Rabi`ul Awwal
Lihat link berikut: http://muslim.or.id/manhaj/tanggal-kelahiran-nabi.html
Jadi kalau kita mengadakan perayaan pada tgl 12 Rabiul Awwal sama artinya dengan merayakan kematian beliau. Na`uzubillah min Zalik.
Lihat link ini: http://ressay.wordpress.com/2008/03/21/mau-pilih-mana-kelahiran-nabi-atau-kematian-nabi/
Kalau kita urut perjalanan sejarah maka dapat kita temukan bahwa yang pertama kali mengadakan perayaan maulid Nabi ini adalah Fathimiyyah (Syiah Rafidhah) dan kita sudah tahu bahwa firgoh yang paling sesat dalam Islam adalah Syiah Rafidhah (sebagaimana dikatakan oleh Imam Syafii dan Imam Sya`bi). Itulah diantara siasat Rafidhah menyesatkan umat menjadikan perayaan pada hari kematian Rasulullah lalu dibungkus dengan kedok maulid Nabi. Sunhanallah…..
YA ALLAH TUNJUKILAH KAMI KE JALAN-MU YANG LURUS.
Terakhir yang menjadi titik permasalahan adalah perkataan Ibnu Taimiyyah yang berbunyi:
وكذلك ما يحدثه بعض الناس ، إما مضاهاة للنصارى في ميلاد عيسى عليه السلام ، وإما محبة للنبي صلى الله عليه وسلم ، وتعظيمًا . والله قد يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد ، لا على البدع- من اتخاذ مولد النبي صلى الله عليه وسلم عيدًا
“Begitu pula praktek yang diada-adakan oleh sebagian manusia, Adakalanya karena hanya meniru orang-orang Nasrani sehubungan dengan kelahiran Nabi Isa–‘Alaihis Salam– dan adakalanya karena cinta dan mengagungkan Rasulullah SAW yang barangkali Allah akan memberikan pahala karena kecintaan mereka kepada Rasulullah—Shallallâhu alaihi wasallam dan ijtihad mereka ini, bukan atas bid’ahnya dengan menjadikan hari kelahiran Nabi sebagai ied (HARI RAYA) di dalam Islam.
Kalau boleh saya menyimpulkan bahwa yang dimaksud oleh Ibnu Taimiyyah adalah pahala atas kecintaan mereka kepada Rasulullah bukan karena bid`ah yang mereka lakukan yaitu menjadikan maulid nabi sebagai HARI RAYA di dalam Islam.
Sekarang mari kita diskusikan apa yang dimaksud dengan IED atau HARI RAYA.
Ibnu A’rabi mengatakan: “Id dinamakan demikian karena setiap tahun terulang dengan kebahagiaan yang baru.” (Al-Lisan hal. 5)
Ibnu Taimiyyah berkata: “Id adalah sebutan untuk sesuatu yang selalu terulang berupa perkumpulan yang bersifat massal, baik tahunan, mingguan atau bulanan.” (dinukil dari Fathul Majid hal. 289 tahqiq Al-Furayyan)
Fatwa Lajnah Daimah :
ما هو حكم الشرع في الاحتفال بمولد الرسول صلى الله عليه وسلم ، وبعيد مولد الأطفال ، وعيد الأم ، وأسبوع الشجرة ، واليوم الوطني ؟
Lajnah Daimah mendapatkan pertanyaan sebagai berikut, “Apa hukumnya menurut agama mengadakan perayaan maulid nabi, hari anak, hari ibu, pekan pohon (nasional) dan hari kemerdekaan?”
الحمد لله
أولًا: العيد اسم لما يعود من الاجتماع على وجه معتاد إما بعود السنة أو الشهر أو الأسبوع أو نحو ذلك فالعيد يجمع أموراً منها: يوم عائد كيوم عيد الفطر ويوم الجمعة، ومنها: الاجتماع في ذلك اليوم، ومنها: الأعمال التي يقام بها في ذلك اليوم من عبادات وعادات.
Jawaban Lajnah Daimah adalah sebagai berikut:
Yang disebut ied atau hari perayaan secara istilah adalah semua bentuk perkumpulan yang berulang secara periodik boleh jadi tahunan, bulanan, mingguan atau semisalnya. Jadi dalam ied terkumpul beberapa hal:
a) hari yang berulang semisal idul fitri dan hari Jumat,
b) berkumpulnya banyak orang pada hari tersebut,
c) berbagai aktivitas yang dilakukan pada hari itu baik berupa ritual ibadah ataupun non ibadah
ثانيًا: ما كان من ذلك مقصوداً به التنسك والتقرب أو التعظيم كسبًا للأجر، أو كان فيه تشبه بأهل الجاهلية أو نحوهم من طوائف الكفار فهو بدعة محدثة ممنوعة داخلة في عموم قول النبي صلى الله عليه وسلم: “من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد” رواه البخاري ومسلم، مثال ذلك الاحتفال بعيد المولد وعيد الأم والعيد الوطني لما في الأول من إحداث عبادة لم يأذن بها الله، وكما في ذلك التشبه بالنصارى ونحوهم من الكفرة، ولما في الثاني والثالث من التشبه بالكفار،
Hukum ied terbagi menjadi dua; Ied yang tujuannya adalah beribadah, mendekatkan diri kepada Allah dan mengagungkan hari tersebut dalam rangka mendapat pahala atau id yang mengandung unsur menyerupai orang-orang jahiliah atau golongan-golongan orang kafir yang lain maka hukumnya adalah bid’ah yang terlarang karena tercakup dalam sabda Nabi, “Barang siapa yang mengada-adakan amal dalam agama kami ini padahal bukanlah bagian dari agama maka amal tersebut tertolak” (HR Bukhari dan Muslim).
Misalnya adalah peringatan maulid nabi, hari ibu dan hari kemerdekaan. Peringatan maulid nabi itu terlarang karena hal itu termasuk mengada-adakan ritual yang tidak pernah Allah izinkan disamping menyerupai orang-orang Nasrani dan golongan orang kafir yang lain. Sedangkan hari ibu dan hari kemerdekaan terlarang karena menyerupai orang kafir.
وما كان المقصود منه تنظيم الأعمال مثلًا لمصلحة الأمة وضبط أمورها، وتنظيم مواعيد الدراسة والاجتماع بالموظفين للعمل ونحو ذلك مما لا يفضي به التقرب والعبادة والتعظيم بالأصالة، فهو من البدع العادية التي لا يشملها قوله صلى الله عليه وسلم: “من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد” فلا حرج فيه بل يكون مشروعًا.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.
فتاوى اللجنة الدائمة بالسعودية
Sedangkan ied yang bertujuan untuk sekedar memenej kegiatan untuk kepentingan satu negara dan dalam rangka mengatur kepentingan negara, semisal pekan lalu lintas, pengaturan jadwal pelajaran (baca:kalender pendidikan) dan jadwal pertemuan dengan para pegawai untuk membuat rencana kerja (semisal raker, pent) dan hal-hal lain yang sama sekali tidak menyebabkan hal tersebut dijadikan sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah serta pengagungan terhadap hari-hari tertentu. Id dalam bentuk semacam ini termasuk inovasi dalam masalah dunia sehingga tidak termasuk ke dalam sabda Nabi, “Barang siapa yang mengada-adakan amal dalam agama kami ini padahal bukanlah bagian dari agama maka amal tersebut tertolak” (HR Bukhari dan Muslim).
Oleh karenanya, ied semacam itu hukumnya tidak mengapa bahkan dianjurkan (karena membawa manfaat, pent)”.
Sampai di sini penjelasan dari Lajnah Daimah.
***
Dari keterangan di atas kita bisa berkesimpulan bahwa id dalam artian hari atau kegiatan yang rutin berulang secara periodik terbagi menjadi dua, ada yang terlarang dan ada yang dibolehkan.
Yang terlarang juga ada dua macam. Yang pertama adalah id yang diperingati atau dirayakan dalam rangka mencari pahala padahal tidak pernah Nabi ajarkan. Yang kedua adalah id yang pada asalnya berasal dari kebiasaan orang-orang kafir.
Sedangkan id yang diperbolehkan adalah id yang terkait dengan perkara murni dunia dan dengan tujuan sekedar memenej dan mengorganisir kegiatan.
Jawaban Riariani:
Riariani said: Internet zaman nabi muhammad s.a.w. ngga’ ada..
APAKAH INTERNET BID’AH..?
Jawaban:
1. Ditinjau dari sudut duniawi; apabila penggunaan internet hanya sebatas untuk kemaslahatan dunia maka ia tidak tergolong bid`ah karena pengertian bid`ah secara istilah adalah mengadakan suatu perkara yang baru dalam agama. Adapun mengadakan suatu perkara yang tidak diniatkan untuk agama tetapi semata diniatkan untuk terealisasinya maslahat duniawi seperti mengadakan perindustrian dan alat-alat sekedar untuk mendapatkan kemaslahatan manusia yang bersifat duniawi tidak dinamakan bid`ah.
lihat: http://cahayasunnah.wordpress.com/2006/04/11/pengertian-bidah-macam-macam-bidah-dan-hukum-hukumnya
2. Sekarang yang menjadi pertanyan: Bagaimana kalau internet digunakan untuk kepentingan agama, seperti untuk berdakwah, berdiskusi dalam masalah agama, dll maka apakah hal tersebut termasuk bid`ah??
Jawabannya: Tidak termasuk bid`ah. Kenapa????
Karena tidak semua yang ditinggalkan oleh Rasulullah termasuk bid`ah.
Perinciannya sebagai berikut:
Attarku (semua yang ditinggalkan oleh Rasulullah) terbagi menjadi dua yaitu:
a) Tarku Ghairu Maksuud adalah Tidak disengaja ditinggalkan oleh Rasulullah atau dalam istilah lain: “Tidak ada sarana tersebut di zaman Rasulullah.” maka ini tidak tergolong bid`ah.
Misalnya: Azan di zaman Rasulullah tidak memakai mic (pengeras suara) karena waktu itu mic tidak ada. Dan ketika mic di temukan maka semua ulama berfatwa: “Boleh memakai mic ketika azan.” Dan tidak ada satu pun ulama yang menyatakan hal itu bid`ah.
pakai kaedah ini bisa kita masukkan ke dalam permasalahan internet. maka internet itu tidaklah bid`ah.
b) Tarku Maksuud adalah amalan yang sengaja ditinggalkan oleh Rasulullah. Sekarang bagaimana cara kita mengetahui bahwa Rasulullah sengaja meninggalkannya? Jawabannya ada beberapa cara:
– Hal tersebut memungkinkan dilakukan oleh Rasulullah di zamannya
– Tidak ada larangan atau penghalang untuk mewujudkannya.
– Ada sarana tersebut di zamannya.
Jadi, semua amalan yang memungkinkan dilakukan oleh Rasulullah dan tidak ada penghalang untuk mengamalkannya di zamannya lalu beliau tinggalkan amalan tersebut maka melakukan amalan tersebut tergolong bid`ah karena menyalahi sunnah Rasulullah. Karena ketundukan kita kepada sunnah Nabi akan terbukti ketika melaksanakan segala yang diperintahkan Nabi dan meninggalkan segala sesuatu yang sengaja di tinggalkan oleh beliau.
Misalnya: Perayaan Maulid Nabi pada tanggal 12 Rabiul Awwal.
Apakah memungkinkan Rasulullah melakukan perayaan maulid?
Jawabanya: “Iya, Memungkinkan.”
Terus adakah penghalangnya? Jawabannya: “tentu tidak”
Maka ini berarti bahwa maulid Nabi tergolong amalan yang sengaja ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Dan Kecintaan kita akan terbukti ketika kita melakukan hal-hal yang beliau ajarkan dan meninggalkan hal-hal yang sengaja beliau tinggalkan.
Jadi, segala sesuatu yang ditinggalkan oleh Rasulullah SAW adalah termasuk sunnah untuk kita tinggalkan dan ini dinamakan dengan sunnah tarkiyyah. Al-Hafizh Ibnu Rajab dalam kitabnya Fadllu ‘Ilmi Salaf, hal. 31, mengatakan: “…Segala sesuatu yang disepakati oleh salafus soleh untuk ditinggalkan maka tidak boleh diamalkan karena mereka tidak akan meninggalkan sesuatu amal melainkan karena mereka tahu bahwa amal itu tidak dikerjakan.”
Lihat link ini:http://www.ukhwah.com/print.php?sid=238
Demikian jawaban saya. Semoga bermanfaat bagi ukhti dan agar ukhti lebih mendalami masalah ini silahkan baca definisi bid`ah dan pembagiannya menurut ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah serta hilangkan fanatisme di dalam dada agar kita diberi hidayah oleh Allah SWT. Percayalah apabila seseorang sudah menjadi ulama tentulah mereka berbicara dengan ilmu, termasuk membid`ahkan maulid Nabi juga dengan ilmu, bukan hawa nafsu. Silahkan membandingkan kedua pendapat dalam masalah ini.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada contohnya dari kami maka amalan itu tertolak (tidak diterima).” (HR. Muslim)
Wallahu a`lam bish-shawaab
Belajar ilmu agama islam lewat internet berarti BID’AH INOVASI ya mas..?
Hi.hi..
Sampean senen kemaren puasa ngga’?
Sampean ngaku bukan AHLI BID’AH,
Semoga juga bukan AHLI FITNAH?
Ms abdulloh tambah lucu dech..dreng purun nyantri teng lirboyo?
Saya baru selesai baca “ABU JAUzaL“.
HIMBAUAN!
UNTUK SELURUH SALAFWAHABI DI MANA SAJA BERADA, UNTUK SEGERA BERISTIGHFAR KUBRO.
Untuk seluruh ASWAJA(4 mazhab) segera rapatkan BARISAN.
,masjid ,mushola,& tpa WASPADAI pergerakan wahabi di lingkungan sekitar.
ANDA.
Semoga anak dan saudara kt terhindar dr fitnah SALAF WAHABI & DAJJAL.
Aa..miii..n..
@ abdullah, anda membuat kesepakatan sepihak dan anda tetap menjadi orang yang muter2 aja.
Kita gak perlu berbicara tentang bid’ah dan maulid terlebih dahulu, tunggu aja hingga artikel keduanya keluar, mari kita bahas tuntas dan bersiap2lah!!!!.
Kesimpulan dari pernyataan Ibn Taimiyah tentang maulid :
1. Maulid jika didasari cinta dan mengagungkan Nabi adalah positif dan mendapatkan pahala besar. Dengan syarat, tidak meyakini hari kelahiran Nabi sebagai hari raya atau hari istimewa untuk mendapatkan pahala lebih dari hari2 yang lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibn Taimiyah :
وإما محبة للنبي صلى الله عليه وسلم ، وتعظيمًا . والله قد يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد ، لا على البدع- من اتخاذ مولد النبي صلى الله عليه وسلم عيدًا
2. Ibn Taimiyah tidak membatasi memperingati maulid dengan berpuasa hari senin, karena itu sudah maklum dan manshus akan tetapi beliau membahas acara yang diadakan oleh sebagian orang, tentunya di luar yang sudah manshus tadi.
فتعظيم المولد، واتخاذه موسماً، قد يفعله بعض الناس، ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده، وتعظيمه لرسول الله صلى الله عليه وسلم
3. Maulid menjadi bid’ah jika diadakan dengan meyakini hari itu adalah hari raya atau hari istimewa.
وَأَمَّا اتِّخَاذُ مَوْسِمٍ غَيْرِ الْمَوَاسِمِ الشَّرْعِيَّةِ كَبَعْضِ لَيَالِي شَهْرِ رَبِيعٍ الْأَوَّلِ الَّتِي يُقَالُ : إنَّهَا لَيْلَةُ الْمَوْلِدِ أَوْ بَعْضِ لَيَالِيِ رَجَبٍ أَوْ ثَامِنَ عَشَرَ ذِي الْحِجَّةِ أَوْ أَوَّلِ جُمْعَةٍ مِنْ رَجَبٍ أَوْ ثَامِنِ شَوَّالٍ الَّذِي يُسَمِّيهِ الْجُهَّالُ عِيدَ الْأَبْرَارِ فَإِنَّهَا مِنْ الْبِدَعِ الَّتِي لَمْ يَسْتَحِبَّهَا السَّلَفُ وَلَمْ يَفْعَلُوهَا وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ .
4. Maulid jika diadakan dengan acara kemunkaran (ikhtilath dan lain2), maka haram dan berdosa.
Selebihnya adalah tambahan anda sendiri dan fatwa yang anda sebutkan adalah pendapat pribadi tidak berdasar dari pendapat Ibn Taimiyah, kami tidak perlu menanggapi karena keluar dari konteks pembahasan.
@Abdullah
Ketahuilah, sesungguhnya tidak semua amalan kebaikan itu harus selalu dicontohkan oleh Rasul saw dan mesti mendapatkan “persetujuan” terlebih dahulu dari Rasul saw.
Ada beberapa hadits dari Bukhari yg bisa menerangkan hal ini;
(1)Dari Abu Hurairah , dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Jangan hiraukan aku tentang sesuatu yang aku telah membiarkannya terhadap kalian. Sejatinya binasanya orang-orang sebelum kalian adalah disebabkan pertanyaan dan pertentangan mereka terhadap para Nabinya. Maka jika aku telah melarang kalian tentang sesuatu, maka jauhilah ia. Dan jika aku telah perintahkan kapada kalian untuk mengerjakan sesuatu, maka kerjakanlah ia selama kalian mampu.”
(2)Dari Amir bin Sa’ad bin Abu Waqqash, dari ayahnya. Sesungguhnya Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya sebesar-besar dosa orang-orang Islam ialah orang yang bertanya tentang sesuatu yang tidak diharamkan lantas diharamkan sebab dari pertanyaan itu”
(3)Dari Zaid bin Tsabit, sesungguhnya Nabi saw pernah membuat sebuah bilik di dalam masjid dari tikar. Rasulullah saw lalu mengerjakan shalat di dalamnya beberapa malam. Akhirnya orang-orang ikut berkumpul di masjid. Pada suatu malam mereka tdk lagi mendengar suara beliau. Mereka yakin bahwa beliau telah tidur. Di antara mereka ada yang sengaja batuk agar beliau keluar menemui mereka. Beliau bersabda: ”Yang selama ini kalian kerjakan aku melihatnya. Sampai aku khawatir hal itu akan diwajibkan atas kalian. Jika hal diwajibkan atas kalain niscaya kalian tidak akan mampu menunaikannya. Kerjakanlah shalat wahai manusia, di dalam rumah-rumah kalian. Sesungguhnya sebaik-baik shalat seseorang adalah di dalam rumahnya, kecuali shalat yang diwajibkan.”
Maulid adalah salah satu amalan yg tidak ada larangan kepadanya utk dilaksanakan. Jika Rasul saw sendiri tdk pernah mengisyaratkan pelarangannya, lantas mengapa kita merasa lebih paham daripada Rasul saw?
Pertanyaan:
(1) Berapa kalikah Rasul saw melaksanakan haji? 1X?
Lantas mengapa sekarang kita melaksanakannya hingga lebih dari yang yg dicontohkan Nabi saw?
(2) Berapa malamkah Nabi saw mengimami shalat malam berjama’ah di bulan Ramadhan? 3 malam?, 10 malam?
Lantas mengapa sekarg kita melaksanakannya penuh 29/30 malam?
(3) Bagaimanakah caranya Nabi menetapkan seorang pemimpin? Ditunjuk?
Lantas mengapa pimpinan pengganti Nabi saw dipilih berdasarkan musyawarah? Berdasarkan majelis syuro?
Mohon dapat dicamkan dan diambil hikmahnya
Salam
@ Abdullah, anda ini sudah tidak terkendali, ibarat orang yang hanyut, segalanya mau diraih agar selamat. Begitulah pembahasan anda, semua anda masukkan walaupun tidak dalam konteksnya. Sebenarnya klo anda gak mampu panggil aja orang2 wahabi lainnya untuk bergabung!!. Pembahasan ini bukan maulid atau bid’ah mas… tapi IbnTaimiyah tidak mengharamkan maulid secara mutlak seperti anda.
@ forsan salaf, tolong artikel bid’ah dan maulid segera ditampilkan supaya lebih terarah dan tidak mbulet seperti pembahasan Abdullah supaya kami tidak jenuh dengan debat yang muter2 ini.
waduh…kasian ni mas Abdullah, udah jauh2 pergi ke Mesir sampe punya titel, tapi gak memahami kitab bahasa Arab. Saran saya, mas belajar aja ama wong djowo, dia kan banyak meluruskan pemahaman anda n gak usah ke Mesir. selamat belajar……
@ forsansalaf, pembahasannya gak menarik lagi, tolong supaya diatur, kami udah mulai bosan dengan debat kusir Abdullah
Mas abdulloh,Sobri dkk. ke mana aja lu..
Ngumpet..(Ci lu..ba.a..)
Cuman segini Ilmunya murid syekh abdul wahab & al bany..??
Abdulloh dkk sudah NGGLIYER..NYERAH..??
KAPOK..??
@ all pengunjung, toyyib. Sebentar lagi akan kami tampilkan artikel dengan judul “ BID’AH DHOLALAH, APAKAH ITU ? ”, sabar duluan karena kami masih ada program2 yang harus kami selesaikan selain website ini.
@ abdulloh
Alkhamdulillah saya suda baca”cahayaasunah” hi..hi..lucu banget..ci..
Memang syekh fauzan ala solo itu lahir tahun berapa?
Masih hidup apa meninggal?
Kitabnya bahasa arab or indonesia?
Srimulat kalah lucu dech..
NB:ngarang kitab tidak menggunakan ASBABUL NUZUL.
Sebaiknya antum yang suka maulud tuh liat dl,kalo emang Nabi pernah menjalankannya tentu saja qta adalah umat yang terbaik yang menjalankannya.Beliau adalah panutan,jadi apa yng dicontohkannya itu teladan yang terbaik.Kembalikanlah kepada nash yang sudah ada,kalau emang gak ada.Ngapain qta bersusah payah diada-adakan.Allah itu menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan bagi hambaNya.
Kalo mo ngagungin Nabi SAW,ya harusnya ibadah2 antum2 itu dicek lagi.Udah bener ato belum.Jangan asal ikut-ikutan aja,dalilnya ga jelas?cuman ikutan,Trus diikutin?Rasul Saw sendiri kan prnh bersabda ‘Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak ada perintahnya dari aku(Muhammad),maka ia tertolak’.
kalo emang betul ada perintahnya dari Rasul tentu psti Rasul sampaikan.Betul tidak???
Untuk saudaraku penulis artikel di atas,kira2 yg antum inginkan adalah bahwa Perayaan Maulid Nabi bukan bid’ah karena Syaikhul Islam berpendapat begitu. Antum kira2 ingin menggugat kenapa salafi menghukuminya bid’ah padahal panutannya sendiri tdk menghukuminya bid’ah. Ana ingin mengingatkan, hukum perayaan maulid Nabi sangat jelas, yakni bid’ah, tercela, mungkar. Ini adalah ijma’ salafushaleh (sahabat, tabiin dan tabi’ut tabiin). Jadi kalau ada diantara mereka yang menemukan praktek ini terjadi, maka mereka akan segera melarangnya, sebagaimana pernah Ibnu Mas’ud ra melarang sekelompok orang yang berzikir di masjid berkelompok menggunakan kerikil. Jadi ada atau tidak ada pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam hal ini, tidak akan mengubah hukumnya menjadi sunnah. Ana yakin Syaikhul Islam tidak seperti yang antum duga, tapi kalau antum tetap menganggapnya begitu, toh beliau sudah wafat. Tentu saja beliau tidak akan bisa meluruskan kesalahpahaman antum. Penjelasan dari akhi Abdullah di atas sebetulnya sudah sangat memadai. Yang perlu antum dkk lakukan adalah memohon petunjuk kepada Allah SWT agar hati antum dilapangkan untuk menerima kebenaran, karena kebenaran hanya bisa diterima oleh hati yang lapang. Ana paham bahwa antum perlu waktu dalam hal ini karena merubah keyakinan yang sudah mendarahdaging tentu saja tidak mudah, bahkan sangat sulit sebagaimana yang ana pun telah mengalaminya. Intinya kalau sejujurnya yang kita inginkan adalah al-haq pasti Allah akan memberi jalan kepada kita, Insya Allah
Hasbiyallah wa nikmalwakiil………….
Lakum diinukuum wa liya diin………
BID’AH KHASANAH adalah sebuah ungkapan yang Sungguh yg menjijikan,nabi bersabda KULLU BIDATUN DHOLALAH,WA KULLU DHOLALATUN FII NAR.kalo saja ada bid’ah khasanah,niscaya rosul tidak menggunakan kata KULLU,fitnah yg besar mengingat ibnu taimiyah adalah seorang ulama besar,beliau tidak pernah menyatakan ada bid’ah khasanah.abdulloh bin umar berkata:… Lihat Selengkapnyakullu bidatun dholalah,wa ahanasu khasanah….setiap bid’ah adlah sesat,walaupun manusia menganggap itu baik….intinya pertama kita menyembah alloh sesuai dengan yg diajarkan rosul,tanpa penambahan dan pengurangan,kedua golongan yg menentang sunnah ini adalah sesat.termasuk di dalamnya adalah Team FORSANSALAF,dan seluruh orang”syiah rhofidhoh yg ada.ketga,klo gak tau fakta jangan berfatwa apa lg untk menyesatkan umat,seperti yg si bodoh ini lakukan.
@ abu faiqoh, memang artikel di atas memberikan satu di antara dua pilihan, Ibn Taimiyah benar atau salah dalam masalah mauled ? klo benar, berarti gak salah yang mengadakan maulidan, klo salah, berarti anda yang benar Ibn Taimiyah adalah tokoh ahli bid’ah karena telah menetapkan pahala besar bagi yang melakukan dengan niat yang baik dan untuk mengagungkan Rasul SAW.
Tidak ada satupun yang menyatakan perayaan mauled (itu hanya tuduhan orang2 wahhabi), akan tetapi peringatan mauled.
@ nona arab, Bid’ah hasanah menjijikkan, sebentar lagi akan kita bahas dan akan Nampak bahwa kebodohan anda yang menjijikkan. Forsansalaf bukan rofidhoh tapi ahlisunnah wal jama’ah yang bukan pengikut Muhammad bin Abdil wahhab. Silahkan baca artikel “ Asyura’, hari berkabung ?”.
@ Abdullah, anda mengucapkan lakum diinukum kepada orang muslim atau kepada orang kafir ?????. Surat itu didahului dengan qul yaa ayyuhal kaafirun, artinya ; anda sudah menganggap orang yang gak sama dengan anda adalah orang2 kafir termasuk Ibn Taimiyah. Laa haula walaa quwwata illa billahil aliyyil ‘adhim.
@ taufiq, sbentar lagi akan dibahas tentang bid’ah, tunggu dan sabar mas, kami juga siap kok mengahadapi anda.
@ anda yang di atas semuanya, katakan dengan tegas, Ibn Taimiyah adalah merestui mauled dan menyatakan mendapat pahala dengan syarat : bukan menjadikan hari kelahiran Nabi sebagai hari raya dan hari istimewa.
@ all pngunjung, judul artikel di atas kan “ WAHHABI-SALAFI MENENTANG IBN TAIMIYAH ”, kan terbukti sekarang, emang wahhabi/salafi menetang Ibn Taimiyah. Ibn Taimiyah meyatakan maulid bisa mendatangkan pahala yang besar tapi wahhabi/salafi menyatakan sebagai bid’ah sesat/dholalah masuk neraka. Anda liat aja, komentar2 mereka !! jelas sekali menunjukkan mereka berbeda jauh dengan syekh Ibn Taimiyah, apalagi komentar saudara Abdullah di atas, justru mengarahkan surat untuk orang kafir kepada orang2 yang membaca maulid. Dahsyat sekali…….. n sangat mengerikan….
terserah alasan apapun, anda mengatakan bukan semua fatwa dan keterangan Ibn Taimiyah anda terima atau Ibn Taimiyah ijtihadnya salah seperti komentar2 di atas, yang jelas anda menetang Ibn Taimiyah.
Ini baru satu point, masih tersisa 7 point lagi. gimana klo dibahas yang lainnya, tambah jadi mereka menentang Ibn Taimiyah.
Terima kasih forsansalaf, anda udah membuka tabir penutup mereka yang selama ini terselubung dengan label salaf yang sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah.
Forsan salaf terus maju…mudah2an Berjaya…
@ nona arab:
Sampean belajar ngaji masih IQRO berapa?
Sampean masih jau..u..h..untuk membahas BATHSUL MATSAIL..
Lajutkan ngaji iqronya(juz ama),trus al-qur’an binadhor+ hafalan suratan pendek,nahwu+shorof..dst..dst..
CATATAN:
Belajar/membaca buku(kitab) TANPA guru,
Berarti BELAJAR DENGAN SYAITON.
BID’AH KHASANAH adalah sebuah ungkapan yang Sungguh yg menjijikan,nabi bersabda KULLU BIDATUN DHOLALAH,WA KULLU DHOLALATUN FII NAR.kalo saja ada bid’ah khasanah,niscaya rosul tidak menggunakan kata KULLU,fitnah yg besar mengingat ibnu taimiyah adalah seorang ulama besar,beliau tidak pernah menyatakan ada bid’ah khasanah.abdulloh bin umar berkata:… Lihat Selengkapnyakullu bidatun dholalah,wa ahanasu khasanah….setiap bid’ah adlah sesat,walaupun manusia menganggap itu baik….intinya pertama kita menyembah alloh sesuai dengan yg diajarkan rosul,tanpa penambahan dan pengurangan,kedua golongan yg menentang sunnah ini adalah sesat.termasuk di dalamnya adalah Team FORSANSALAF,dan seluruh orang”syiah rhofidhoh yg ada.ketga,klo gak tau fakta jangan berfatwa apa lg untk menyesatkan umat,seperti yg si bodoh ini lakukan.
————–
AstaghfiruLlah..
1. Adakah Saidina Umar yang mengatakan ni’matil bid’ah hazihi ini menjijikkan bagi anda NONA ARAB ?
2. Menurut Al A’raj:
“Aku pernah bertanya Ibnu Umar berkenaan Solat Sunah Dhuha? Beliau menjawab: “Ia adalah bid’ah dan sebaik-baik bid’ah”
. (Fath al Bari: 3/52)
Adakah Ibnu Umar yang menyatakan perkataan demikian di atas adalah menjijikkan NONA ARAB ?
3. Adakah Saidina Uthman yang berijtihad agar azan dilaungkan 2 kali sebelum Solat Jumaat menjijikkan NONA ARAB ?
4. Adakah Bilal Bin Rabah yang melakukan Solat Sunat Wudhuk menjijikkan NONA ARAB ?
5. Adakah perbuatan Saidina Umar iaitu dalam menetapkan satu miqad baru iaitu Zatu Irq bagi jemaah Haji atau Umrah yang datang dari sebelah Iraq, Saidina Umar mengqiyaskannya dengan tempat yang setentang dengannya iaitu Qarn al Manazil. Sedangkan RasuluLlah sallaLlahu ‘alaihi wasallam hanya menetapkan empat tempat sahaja sebagai miqat tetapi Saidina Umar menambah satu lagi iaitu Zatu Irq (menjadi lima). (LIhat al Mughni, jld 3, m.s 3 258 dan Fath al Bari m.s 389) – adalah menjijikkan NONA ARAB ?
Saya berlepas diri dari orang/golongan seperti anda.
AbduLLah menyatakan :
Lakum diinukuum wa liya diin………
———————
Saya tidak tahu apa tujuan anda menyatakan begini, adakah sekadar lafaz biasa ataupun dari firmanuLlah sendiri dari Surah al Kafiruunn
Jika pada lafaz biasa iaitu untuk tidak mahu berbahas lagi dan terpulang pada pendapat masing-masing iaitu untuk golongan yang menerima dibolehkan sambutan maulid serta mengemukakan hujjah balas dari pendapat ibnu taimiyyah sendiri – bagi saya tiada masalah.
Tetapi sekiranya ayat Allah itu yang ditujukan kepada kafir musyrikin tetapi anda gunakan kepada umat Islam yang beriman kepada Allah. Dan bukan anda sendiri yang menentukan samada mereka ini masuk ke neraka atau ke syurga. Maka ingatlah hadith ini :
Dalam hadith yang dikeluarkan oleh Imam Tabrani dalam al Mu’jam al Kabir jilid 8 halaman 152 dari Abi Darda’, Abi Umamah, Watsilah bin al Asqa’ dan Anas bin Malik, RasuluLLah sallaLlahu ‘alaihi wasallam menjelaskan golongan yang selamat sebenarnya adalah tidak mengkafirkan ahli kiblat iaitu sabdanya yang bererti :
1.
Tinggalkan perbantahan kerana sesunguhnya Bani Isra’il telah berpecah menjadi 71 golongan dan orang-orang Nasrani berpecah menjadi 72 golongan, semuanya sesat kecuali as Sawadul A’zhom. Para sahabat bertanya : Wahai RasuluLlah siapakah sawadhul a’zhom itu? Nabi menjawab : mereka adalah orang-orang yang mengikuti aku dan para sahabatku, tidak berbantah-bantah dalam agama ALlah dan tidak mengkafirkan salah seorang di antara ahli tauhid sebab dosa yang sudah diampuni oleh ALlah. Kemudian Nabi bersabda : Sesungguhnya Islam itu datang dalam keadaan asing dan nanti akan kembali asing. Para sahabat bertanya : Wahai RasuluLlah siapakah orang-orang asing itu? Nabi menjawab : Mereka adalah orang-orang yang berbuat kebaikan dikala orang-orang berbuat kerosakan, tidak berbantah-bantahan dalam agama ALlah dan tidak mengkafirkan salah seorang di antara ahli Tauhid dengan sebab dosa yang telah dia lakukan.
2.
Hadith RasuluLLah yang terdapat dalam Sahih Bukhari no 5752 yang bererti :
“Barangsiapa mengatakan kepada saudaranya dengan Wahai Kafir, maka kekafiran itu kembali kepada salah satunya ”
3.
Dalam sahih Bukhari pada hadith nombor 2227 disebutkan bahawa Nabi sallaLLahu ‘alaihi wasallam telah bersabda yang bererti :
“Barangsiapa yang melaknat seorang Mukmin maka itu seperti membunuhnya dan barangsiapa yang menuduh seorang Mukmin dengan kekafiran maka itu seperti membunuhnya.”
————
Tersebut dalam kitab Hadith Bukhari, bahawa sahabat Nabi SallaLLahu ‘alaihi wasallam, bahawa sahabat Nabi Ibnu Umar radiyaLlahu ‘anhu berpendapat, bahawa orang-orang khawarij dan i’tiqadnya adalah orang-orang yang paling buruk. Kami nukilkan di bawah ini apa yang disebut dalam Kitab Bukhari yang bererti :
Dan adalah sahabat Nabi, Ibnu Umar radiyaLlahu ‘anhu berpendapat bahawa makhluk ALlah yang paling jahat, mereka mengambil ayat-ayat al Quran yang sebenarnya turun untuk orang kafir, tetapi digunakannya kepada orang Mukmin
(Fathul Bari XV halaman 313), Sahih Bukhari no 6531.
Dalam menerangkan perkataan Ibnu Umar ini, Imam Ibnu Hajar Asqalani menyatakan bahawa dalam hadith yang dirawikan oleh Imam Tabari menerangkan bahawa seorang Asyaj bertanya kepada Nafi’i – bagaimana pendapat Ibnu Umar tentang orang-orang Khawarij yang berkumpul di Hururiyah? AbduLlah bin Umar menjawab,
bahawa mereka adalah makhluk yang paling buruk, kerana mereka menggunakan ayat-ayat al Quran yang sebetulnya menerangkan hal-hal orang kafir dan digunakannya kepada orang Mukmin
(Fathul Bari Juzuk 15 halaman 313)
WaLLahua’lam
@nona arab
ana tambahi komentar dari jomfikir dengan sedikit pertanyaan ya : dengan perkataan yang diutarakan oleh abdullah LAKUM DIINUKUM WALIYADIN itu kan gak pernah diucapkan oleh Rosulullah dan juga para sahabatnya serta taabi’in bahkan mungkin ulama’2 mulai jaman dahulu sampai sekarang gak ada yang mengatakan seperti itu kepada orang2 muslim dan bisa dimungkinkan Abdullahlah yang pertama mengatakannya…APAKAH INI BUKAN BID’AH TERBARU yang diprakarsai oleh abdullah ??????.
dari dulu sampai sekarang, g pernah berhenti membahasa hal-hal yang usang. bagi jamaah yang mengklaim salafi silahkan lakukan apa yang menurut anda benar. begitu untuk forsansalaf, tolong angkat topik yang lebih mencerahkan misal soal mafia hukum, makelar kasus yang lagi booming di masyarkat. afwan ana g bisa komentar lebih jauh.
@ ali akbar : klo topik masalah politik berkaitan dgn masalah mafia hukum dan markus ikuti aj tvone atau metro tv atau An TV, BUKANNYA FORSANSALAF…
Maaf rupanya anda salah ketik dan salah kirim..
Alhamdulillah……… akhirnya bs berkunjung lg ke forsansalaf.
Khusus utk Abdullah., mhn maaf br skrg ana sempat mampir ke sini. Bs di bilang ana ketinggalan agak jauh perkembangan pembahasan ini. Tp setelah sy baca isi koemntar terakhir, khususnya dr akhi abdullah, sy rasa tdk perlu utk menanggapi posting abdullah yg ditujukan utk sy. Toh isinya jg sama dg yg kemaren2, percuma di ulang2 kalo gak paham maksud sy juga maksud dr pendapat Ibni Taymiyyah.
Jd… saran sy, khususnya utk akhi abdullah, baca lagi posting sy sambil telaah kembali pendapartibni taymiyyah, teriring dg do’a saya utk antum dkk “Allohu yahdik”.
Mau tau knp wahabiyun muter2 di masalah maulid?
karena mereka GAK BAKAL MAMPU nJAWAB TUJUH pernyataan IBNU TAIMIYAH BERIKUTNYA…
bisa dibuktikan!
Assalamu`alaikum,
saya orang yang sedikit tau tentang agama islam dan pengen mendalaminya lebih jauh lagi
tapi bila membaca semua coment yang nada nadanya pada pake emosi kyak gitu ga` enak juga mo bacanya
semua mbok ya yang sabar, jangan saling tuduh dan jangan saling beranggapan paling benar sendiri, gunakanlah kaidah kaidah musyawarah yang baek jangan saling mengejek, kita sama sama muslim, jaga persatuan kaum muslimin jangan memecah belahnya, bila kita sesama muslim bertengkar orang orang non muslim akan bertepuk tangan ria
assalamualaikum..wah best juga perbincangan ini..baru pertama kali saya masuk sini..emangnya saya org malaysia..enggak paham sangat bahasa indon,tapi insyaALLAH 90 peratus boleh ngerti..apa yg saya suka tengok ialah respon dari saudara2 yg bermanhaj salaf,hujahnya jelas,pakek alquraan dan hadis…dan soalan tentang apakah maulid ini ada dalil yg membolehkannya dalam hadis,ya maka nggak dijawab2 lagi :) ..dulu ustaz sy pernah kata,nabi nggak suka puji pujian yg melampau ghuluw..ketika sahabat berkumpul2 di masjid,lalu mereka nampai nabi,lantas mereka semua berdiri tanda menghormati beliau..tapi aneh,malah rassullulah saw marah dan menyuruh mereka duduk ,sebab Rasullulah nggak mahu kalo mereka terlalu menyanjung2 ama rassullah kayak org nasrani memuji2 rahib2nya.. wahh jelas,sahabat baru aja berdiri udah nabi nggak suka,lebih2 lagi kalau memuji2 nabi ngan beteriak2,memuji2 nabi yg nggak ada dasarnya..siap mempercayai nabi dari cahaya bukan dari tanah wahhh…lucu banget nie…bukan aja bidaah dari segi caranya,tapi bidaah dan banyak unsur2 khurafat dalam isi berzanji itu hehe :)..cerita yg nggak ada asal usulnya..maaf ya kalau ana tekasar bahasa..
@Nona Arab:
percuma Nona, org2 ni dah tersesat jauh. yg dipakai hanya nafsux. yaa gini de jadinya..
Pendapat saya artikel di atas bukan berkenaan mencari Hadith mengenai Maulid. Tetapi ialah berkenaan Ibnu Taimiyyah yang membenarkan maulid.
Kasihan pula melihat baby fish.. Anda masuk baca atau enggak apa yang dibahaskan ? Atau memang ketinggalan keretapi sih ?
Baby Fish : wahh jelas,sahabat baru aja berdiri udah nabi nggak suka
—–
Anda ini dah habis menguasai hadith ? Ataupun emangnya baru belajar satu dua hadith sudah memandai membuat kesimpulan senteng ?
Hadith yang diriwayatkan oleh Al Bukhari daripada Abu Said Al Khudri radiyaLlahu ‘anhu bahawa ketika Banu Quraizah (satu puak Yahudi) selepas menyerah kalah sanggup menerima hukuman yang dijatuhkan oleh Saad bin Muaz radiyaLlahu ‘anhu, lalu RasuluLLah sallaLlahu ‘alaihi wasallam mengutuskan utusan untuk menjemputnya (Saad). Tak lama kemudian Saad pun tiba, lalu RasuluLlah bersabda: “Bangunlah berdiri untuk tuan kamu.” Atau di dalam satu riwayat:”….seorang yang terbaik di kalangan kamu.”
Arahan ini adalah jelas supaya berdiri bangun untuk Saad.
Menurut Imam An Nawawi di dalam kitabnya ‘Syarah Sahih Muslim’ (12/93): ‘Padanya anjuran memuliakan mereka yang memiliki kelebihan dan menyambut mereka dengan cara bangun berdiri ketika mereka tiba. Inilah dijadikan hujah oleh jumhur ulama untuk menyatakan sunatnya berdiri.
Al Qadhi berkata :
Ini bukanlah termasuk di dalam kategori berdiri yang ditegah, tetapi tegahan ditujukan kepada mereka yang mengarah orang lain berdiri untuknya sedangkan dia dalam keadaan duduk dan berdiri itu sepanjang masa dia duduk.” Saya (An Nawawi) berpendapat, bangun berdiri untuk seorang yang datang yang memiliki kelebihan adalah sunat. Anjuran itu dinyatakan dalam beberapa hadith, manakala larangan mengenainya tidak dinyatakan dengan jelas.”
Kesimpulan :
Seterusnya :
sebab Rasullulah nggak mahu kalo mereka terlalu menyanjung2 ama rassullah kayak org nasrani memuji2 rahib2nya
—-
Menyanjung Rasullah itu salah ? Sejak bila orang Islam yang beriman yang menyanjung RasuluLlah adalah sama seperti orang Kristian yang beraqidah trinity dan menuhankan Nabi Isa tersebut ?
Memang anda ini suka menyamakan orang islam dengan orang Kafir ? Jika beginilah sikap salafi. MEMANG SUDAH AMAT WAJAR DITOLAK!
Kayaknya baby fish ini sudah ada jaminan ke syurga! Dan sudah tercatat namanya ahli syurga!
p/s : Yang dijawab sampai komen 115 ini baru satu dari tulisan Ibnu Taimiyyah. Belum lagi 7 petikan yang lain. Itupun sudah lari dari tajuk dingobrol oleh pendokong salafi (salafi palsu). Baru terlihat mana yang lebih ilmiyyah. Yang benar mendetailkan setiap perbicaraan Ibnu Taimiyyah sendiri.
lebih2 lagi kalau memuji2 nabi ngan beteriak2,memuji2 nabi yg nggak ada dasarnya
——
Kamu pernah memuji manusia yang lain enggak ? Gimana cara memuji Ibu Dan Ayah mengikut Hadith Sahih lagi qot’ie ? Gimana cara memuji orang lain mengikut Hadith Sahih lagi qot’ie ?
Dan cara kamu menulis di dalam ruangan komen ini adakah ia mengikut HADITH SAHIH LAGI QOT’IE dan TIDAK BID’AH ?
Contoh Para salafussoleh berselawat ke atas Nabi yang tidak pernah diajar RasuluLlah :
1.
حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ بَيَانٍ حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ عَنْ عَوْنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي فَاخِتَةَ عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ
إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَحْسِنُوا الصَّلَاةَ عَلَيْهِ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُونَ لَعَلَّ ذَلِكَ يُعْرَضُ عَلَيْهِ قَالَ فَقَالُوا لَهُ فَعَلِّمْنَا قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلَاتَكَ وَرَحْمَتَكَ وَبَرَكَاتِكَ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَإِمَامِ الْمُتَّقِينَ وَخَاتَمِ النَّبِيِّينَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ إِمَامِ الْخَيْرِ وَقَائِدِ الْخَيْرِ وَرَسُولِ الرَّحْمَةِ اللَّهُمَّ ابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا يَغْبِطُهُ بِهِ الْأَوَّلُونَ وَالْآخِرُونَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Terjemahan: Abdullah bin Mas’ud berkata: Apabila kamu semua solawat kepada Rasulullah SAW, maka buatlah sesuatu yang bagus terhadap beliau, siapa tahu mungkin solawat kamu itu diberitahukan (disampaikan) kepada beliau. Lalu mereka bertanya: Ajarkanlah kami cara bersolawat yang bagus kepada beliau! Lalu beliau (Abdullah bin Mas’ud) menjawab: katakan, Ya Allah jadikanlah segala solawat, rahmat, berkahmu, kepada Sayyid para rasul, pemimpin orang-orang yang bertakwa, penutup para nabi, yaitu Muhammad Hamba dan Rasul-MU, pemimpin dan pengarah kebaikan dan rasul yang membawa rahmat. Ya Allah anugerahilah beliau maqam terpuji yang menjadi harapan orang-orang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian. TERUSKAN HADIS TERSEBUT.
Ini adalah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Ibn Majah, yang menarik disebutkan oleh Ibn Qayyim dalam kitab Jala’ al-Afham; Cairo Dar al-Hadis (p. 36 dan 72), Abdurrazaq dalam kitab al-Mushannaf (3109), Abu Ya’la di dalam musnadnya (5267), al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir (9/115), Ismail al-Qadli di dalam kitab Fadl al-Shalat ala Nabi SAW (p. 59).
2.
Sedangkan ulama salaf adalah seperti yang diceritakan dalam kitab Jala’ al-Afham page 230, dan al-Hafiz al-Sakhawi dalam kitabnya al-Qaul al-Badi’ page 254:
وقال عبد الله بن عبد الحكم: “رأيت الشافعي في النوم، فقلت. ما فعل الله بك؟ قال: رحمني وغفر لي وزفني إلى الجنة كما تزف العروس, ونثر علي كما ينثر على العروس، فقلت: بم بلغت هذه الحال؟ فقال لي قائل: يقول لك بما في كتاب الرسالة من الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم”. قلت: فكيف ذلك؟ قال: وصلى الله على محمد عدد ما ذكره الذاكرون، وعدد ما غفل عن ذكره الغافلون. قال: فلما أصبحت نظرت في الرسالة فوجدت الأمر كما رأيت: النبي صلى الله عليه وسلم”
Abdullah bin al-Hakam berkata: Aku bermimpi bertemu al-Imam al-Syafi’I setelah beliau meninggal. Aku bertanya: Apa yang Allah lakukan padamu? Beliau menjawab: Allah mengasihiku dan mengampuniku – sampai dengan- Lalu aku (Imam Syafi’i) bertanya kepada Allah: dengan apa aku memperoleh derajat ini? Lalu ada orang yang menjawab: dengan solawat yang kau tulis di dalam kitab al-Risalah:
صلى الله على محمد عدد ما ذكره الذاكرون وعدد ما غفل عن ذكره الغافلون .
Abdullah bin al-Hakam berkata: Pagi harinya aku tengok kitab al-Risalah, ternyata solawat di dalamnya sama dengan yang aku tenggok di dalam mimpiku.
WaLLahua’lam
“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).’”
(HR. Al-Bukhari (no. 3445), at-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Muhammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23, 24, 47, 55), ad-Darimi (II/320) dan yang lainnya, dari Shahabat ‘Umar bin al-Khaththab bukan saya yg bilang ,tapi nabi saw sendiri yg bilang begitu kan…‘Abdullah bin asy-Syikhkhir Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ketika aku pergi bersama delegasi bani ‘Amir untuk menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami berkata kepada beliau, “Engkau adalah sayyid (penghulu) kami!” Spontan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“Sayyid (penghulu) kita adalah Allah Tabaaraka wa Ta’aala!” jadi gimana kalau dalam maulid itu ada bilang begitu engkaulah penghulu,engkaulah pemberi petunjuk??? soal ibnu taimiyah membenarkan maulid itu udah jelas dijawab,hanya salah paham yg sengaja direka2 oleh pencinta hawa hafsu :),ya agar nggak lari dari perbincangan maka wajar juga disebut nama beliau itu ya :) …
Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sebagian orang berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, wahai orang yang terbaik di antara kami dan putera orang yang terbaik di antara kami! Wahai sayyid kami dan putera penghulu kami!’ Maka seketika itu juga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaitan, aku adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku.
[ HR. Ahmad (III/153, 241, 249), an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 249, 250) dan al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (no. 2675). Sanadnya shahih dari Sha-habat Anas bin Malik ..bukankah dalam maulid itu org memuji2 rasullulah dengan cara yg melebihi2 bahkan sedar atau tidak memuji nabi saw sampai menyamakan ama ALLAH?? bukan kah nabi sendiri melarang keras akan perbuatan itu ??Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka disanjung melebihi dari apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan dan Allah ridhai. Tetapi banyak manusia yang melanggar larangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut, sehingga mereka berdo’a kepadanya, meminta pertolongan kepadanya, ber-sumpah dengan namanya serta meminta kepadanya sesuatu yang tidak boleh diminta kecuali kepada Allah. Hal itu sebagaimana yang mereka lakukan ketika peringatan maulid Nabi j, dalam kasidah atau anasyid, dimana mereka tidak membedakan antara hak Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam..jgn bilang ibnu taimiyah membenarkan maulid ini :)..seperti yg akhie abdullah terangkan…itu udah cukup jelas bagi org yg mahu berpikir…kita kena tahu dan saya yakin ustaz2 disini udah tahu,tapi saje buat2 tak tahu..Setiap muslim wajib mengetahui bahwa di antara faktor yang menyebabkan manusia menjadi kafir dan meninggalkan agama mereka yaitu sikap berlebih-lebihan kepada orang-orang shalih, seperti yang terjadi pada kaum Nabi Nuh Alaihissalam
“Dan mereka berkata: ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, tidak juga suwaa’, yaghuts, ya’uq dan nasr.’” [QS. Nuh: 23]]
[Lihat Fat-hul Majid Syarah Kitabut Tauhid bab 18..
assalaamu’alaikum
setelah membaca artikel dan comment diatas. ada beberapa fakta yang perlu di analisa dan tentunya menjadi perbincangan (saya mengatakan perbincangan bukan perdebatan, berharap Allah menyatukan kita semua dalam barisan muslimiin di bawah pimpinan rasulullaah dan para sahabatnya)
1. Fakta bahwa syaikhul islam ibn taimiyah membolehkan maulid. Yang kemudian menjadi perbincangan menarik, khususnya comment dari abdullah. Dengan memohon taufik-Nya, tanggapan abdullah jelas lebih ilmiah dari artikel yang di bahas dan dari comment-comment yang mendukungnya. Wallaahu’alam.
2. Fakta bahwa rasul dan para sahabatnya tidak pernah mengerjakan maulid nabi. Sehingga menjadi perbincangan, apakah berarti maulid itu hal terlarang karena bid’ah atau boleh ? meski rasul dan para sahabat tidak mengerjakannya. Demi menyatukan barisan kaum muslimin, sebaiknya maulid tidak diadakan. karena tidak ada yang mengatakan maulid itu wajib, dan tidak ada yang mengatakan dosa bagi yang tidak mengerjakannya. Maka biidznillah wa bismillah, demi tegaknya kesatuan umat muslim yang saat ini sedang ditindas oleh kamu kuffar saya menyarankan untuk menghentikan polemik berkepanjangan ini dengan meniadakan maulid nabi shallallahu’alaih wa salaam
3. Pecahnya barisan kaum muslimin jauh lebih penting dari polemik ini. Maka bersatulah wahai kaum muslimin, dan tinggalkan polemik-polemik yang ada. Toh, meninggalkan polemik tidak berdosa.
Semoga masukan dari saya bermanfaat bagi mereka yang ingin mengambil manfaat.
wahhaby……..wahaby…….
jangankan ibnu taymiyah…….para sahabat Rasul saja yang mereka anggap salafus shalih’kalo tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka akan mereka sebut ahli bid’ah bahkan sesatttt…
contohnya sahabat Bilal Al Maziny yang disesatkan oleh Bin Bazz…
Kemudian tanpa malu2 mereka menisbahkan diri kepada salaf dengan menyebut diri salafiyyin?????,
kalo gak percaya goggling aja sendiri,capek aku nglayani orang ngeyel…….
BabyFish mengatakan :
Dan mereka berkata: ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) ilah-ilah kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, tidak juga suwaa’, yaghuts, ya’uq dan nasr.’” [QS. Nuh: 23]]
————–
Persoalan anda ini dah dijawab sebenarnya. Semak balik dan jika benar anda ini beriman dengan hadith RasuluLlah eloklah jangan jadi salah seorang yang mengkafirkan orang Islam yang beriman.
Sekali lagi diingatkan. Artikel di atas menyentuh beberapa fatwa dari Ibnu Taimiyyah sendiri bukan hanya sekadar maulidul Rasul. Itu sudah jelas.
Kata Baby Fish :
Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).’”
(HR. Al-Bukhari (no. 3445), at-Tirmidzi dalam Mukhtasharusy Syamaa-il al-Muhammadiyyah (no. 284), Ahmad (I/23, 24, 47, 55), ad-Darimi (II/320) dan yang lainnya, dari Shahabat ‘Umar bin al-Khaththab bukan saya yg bilang ,tapi nabi saw sendiri yg bilang begitu kan…‘Abdullah bin asy-Syikhkhir Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ketika aku pergi bersama delegasi bani ‘Amir untuk menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami berkata kepada beliau, “Engkau adalah sayyid (penghulu) kami!” Spontan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
“Sayyid (penghulu) kita adalah Allah Tabaaraka wa Ta’aala!” jadi gimana kalau dalam maulid itu ada bilang begitu engkaulah penghulu,engkaulah pemberi petunjuk???
—–
Betullah Nabi bilang begitu. Tetapi Kaum Nasrani yang anda sebutkan itu beriman kepada Allah kah ketika itu ? Atau sebenarnya sudah menyengutukan Allah dari hadith yang disebutkan itu ? Boleh anda berikan asbabun wurudnya ? jangan main pandai bagi hadith je..
Hadith yang kedua dari BABY FISH selengkapnya adalah begini:
Hadith riwayat Abu Nadhrah dari Mutharrif ibn AbdiLLah ibn Syikkhir beliau berkata, ayahku berkata :”Aku berangkat bersama rombongan utusan Bani Amr kepada Nabi sallaLlahu ‘alaihi wasallam, lalu kami katakan, “Kamu adalah tuan (SAYYID) kami. Baginda menyahut, “Tuan (AS SAYYID) adalah Allah subahanahu wa ta’ala. Kami katakan, “Dan kamu adalah orang yang paling utama bagi kami di dalam keistimewaan dan berkedudukan, dan orang yang paling luhur bagi kami dalam memberi dan membela” Baginda sallaLlahu ‘alaihi wasallam berkata, “KAtakanlah perkataan kalian (seluruhnya) atau sebahagian perkataan kalian. Dan jangan sampai syaitan membuat kalian terseret ke jalannya dan mengikut jejak langkahnya (Hadith riwayat Abu Daud. Sunan Abu Daud, vol 4, hlmn 254, dan Nasa’I, As Sunan al Kubra, vol 6 hlmn 70)
Penjelasan mengenai hadith ini : Hadith ini diletakkan oleh para periwayat kitab-kitab Sunan di dalam Bab Karaahah At Tamaaduh (Makruh memuji-muji) – bukan HARAM. Sebagaimana yang terdapat dalam Sunan Abu Daud dan selainnya. Daripada hadith ini ditafsirkan maksudnya bahawa Nabi sallaLlahu ‘alaihi wasallam mengajarkan agar jangan memuji-muji sebagaimana terdapat riwayat yang tegas melarang daripada memuji-muji.
Diriwayatkan dari Abu Ma’mar radiyaLlahu ‘anhu bahawa dia berkata :
“Seorang berdiri memuji-muji salah seorang penguasa (gabenor) sehingga Miqdad menaburkan debu-debu tanah kepadanya dan berkata, “RasuluLlah sallaLlahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkan kepada kami untuk menaburkan debu-debu tanah kepada para pemuji-muji” ((Hadith riwayat Muslim. Sohih Muslim vol 4. hlmn 2297)
Jadi jelaslah, sikap memuji dan menyanjung di hadapan orangnya sangat berkait rapat dengan perbuatan menjilat (orang Melayu kata bodek untuk dapatkan manfaat sesuatu demi kepentingan sendiri/gologan) ia merupakan akhlak tercela.
Pemahaman inilah yang difahami oleh para ulama seperti ibnu Katsir dalam kitab An Nihayah : “Sebenarnya RasuluLlah sallaLlahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang berhak untuk mendapatkan gelaran SIYAADAH (Penuanan). Namun Baginda menunjukkan bahawa tidak suka dipuji DI HADAPANNYA dan lebih memilih untuk bersikap tawadhu’.
Makna SAYYID : Ibnu Muflih berkata AS SAYYID digunakan utnuk menunjukkan kepada makna “rabb” (Tuhan), Raja (Penguasa), orang yang mulia, orang yang agung dan luhur, orang yang bijaksana, bertanggungjawab terhadap kaumnyya, suami, pemimpin (ketua) dan orang terdepan (panglima). – Ibnu Muflih, al Adab Asy Syar’iyyah wal al Minah Al Mar’iyah, vol 3, hlmn 456, cetakan ‘Alam Al Kutub.
Sebeb itulah dalam al Quran pun ALlah ada menyebut SAYYID kepada Nabi Yahya
“Sesungguhnya Allah mengembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putera) Nabi yahya ‘alahissalam yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah menjadi SAYYID (ikutan) menahan diri (dari hawa nafsu), dan seorang Nabi yang termasuk dari keturunan orang-orang yang soleh (Surah Ali Imran :39)
RasuluLlah pun pernah menggunakan perkataan SAYYID pada selain Allah. Contohnya : Perkataan Baginda tentang Sa’ad bin Mu’adz radiyaLlahu ‘anhu ketika mengatakan kepada kaumnya. al Ansor. “Berdirilah untuk SAYYID (tuan) kalian” – Hadith Riwayah Bukhari, Sahih Bukhari, vol 2, hlmn 900, Dan Muslim, sahih Muslim, vol 3, hlmn 1388.
Bahkan RasuluLlah sallaLLahu ‘alaihi wasallam pernah berkata kepada cucunya sendiri iaitu Saidina Hassan radiyallahu ‘anhu :
“Sesungguhnya anakku ini adalah seorang SAYYID (Pemimpin) – Hadith Riwayah Bukhari, Sahih Bukhari, vol 2, hlmn 962.
Dalam hadith RasuluLlah yang bererti :
dari Abi sa’id (al Khudri) beliau berkata :
“Berkata RasuluLlah sallaLlahu ‘alaihi wasallam : Saya penghulu (SAYYID) anak Adam pada hari kiamat, dan di tangan saya panji-panji kepujian, dan bukan membangga. Nabi-nabi dari Adam sampai ke bawah adalah di bawah naungan benderaku, dan akulah yang mula-mula muncul dari kubur” (Hadith Riwayat Tirmidzi. Sahih Tirmidzi XIII, halaman 102/103)
RasuluLlah bersabda yang bererti :
“Saya penghulu (SAYYID) sekalian anak Adam pada hari Kiamat (Hadith riwayat Muslim XV, halaman 37)
Penggunaan sayyidina di dalam Solat mahupun di luar solat dipersetujui oleh ramai Ulamak (apa status anda Baby Fish ? – sudah sampai darjat ulamak ke ?) seperti :
1. Syeikh Syamsuddin ar Ramli dalam Nihayatul Muhtaj.
2. Syeikh Muhammad al Fasi dalam Kitab Syarah Dalailul Khairaat
3. Syeikh Syihabuddin al Qaliyubi
4. Al Allamah Ibnu Qasim Al ‘Ubbadi dalam kitab Hasyiyah Tuhfah
5. Imam Izzuddin Abdissalam
6. Syeikh Hatthab Al Maliki
7. Imam Al Hashkafi dalam kitab Ad Durr al Mukhtar
9. Imam Syaukani
10.Asy Syarqawy
dan ramai lagi..
Sumber :
1. Prof Dr Ali Jum’ah, Penjelasan Terhadap Masalah-masalah KhilafiahAl Bayan – Al Qawin li Tashbih Ba’dhi al Mafahim
2. K.H Sirajuddin Abbas, 40 Masalah Agama
3. Sheikh AbduLLah bin al Siddiq al Ghumari, Itqan al San’ah fi tahqiq ma’na al Bid’ah
——
Baby Fish sebut lagi :
.bukankah dalam maulid itu org memuji2 rasullulah dengan cara yg melebihi2 bahkan sedar atau tidak memuji nabi saw sampai menyamakan ama ALLAH?? bukan kah nabi sendiri melarang keras akan perbuatan itu ??Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka disanjung melebihi dari apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan dan Allah ridhai. Tetapi banyak manusia yang melanggar larangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut, sehingga mereka berdo’a kepadanya, meminta pertolongan kepadanya, ber-sumpah dengan namanya serta meminta kepadanya sesuatu yang tidak boleh diminta kecuali kepada Allah. Hal itu sebagaimana yang mereka lakukan ketika peringatan maulid Nabi
Ulasan saya :
Boleh anda tunjukkan bahawa mereka yang merayakan maulidul rasul ini menyamakan Nabi Muhammad dengan ALlah ? Sila buktikan. Jika tidak saya anggap sahaja anda ini seorang penipu. Berdoa kepada RasuluLlah dan meminta pertolongan kepada baginda ada dalil dan hujjahnya yang lain.
WaLlahua’lam
@ muhibbin…..
ente perhatikan terjemahan ente… kita ikuti terjemhan ente :
lihat yang ane cetak tebal….
pernyataan Ibn Taimiyah yang anda tampilkan di atas :
والثاني : أنها من البدع . فما أحدث من المواسم و الأعياد هو منكر ، وإن لم يكن فيها مشابهة لأهل الكتاب
yang kedua : termasuk dari bid’ah, maka apa yang diada-adakan dari pada kebiasaan dan ied2 adalah munkar walaupun tidak ada keserupaan dengan ahlil kitab.
jelas bukan….
hihihihi…..
apa sebenarnya yang dikatakan oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah perihal Maulid Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berkata :
(( فصل . ومن المنكرات في هذا الباب : سائر الأعياد والمواسم المبتدعة ، فإنها من المنكرات المكروهات سواء بلغت الكراهة التحريم، أو لم تبلغه؛ وذلك أن أعياد أهل الكتاب والأعاجم نهي عنها؛ لسببين:
أحدهما : أن فيها مشابهة الكفار .
والثاني : أنها من البدع . فما أحدث من المواسم و الأعياد هو منكر ، وإن لم يكن فيها مشابهة لأهل الكتاب ؛ لوجهين :
أحدهما : أن ذلك داخل في مسمى البدع والمحدثات ، فيدخل فيما رواه مسلم في صحيحه عن جابر – رضي الله عنهما – قال : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذ خطب احمرت عيناه ، وعلا صوته ، واشتد غضبه ، حتى كأنه منذر جيش يقول صبحكم ومساكم ، ويقول : (( بُعثت أنا والساعة كهاتين – ويقرن بين أصبعيه : السبابة والوسطى – ويقول : (( أما بعد ،فإن خير الحديث كتاب الله ، وخير الهدي هدي محمد ، وشر الأمور محدثاتها ، وكل بدعة ضلالة )) وفي رواية للنسائي : ((وكل بدعة ضلالة في النار))
وفيما رواه مسلم – أيضاً – في الصحيح عن عائشة – رضي الله عنها – عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : (( من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد )). وفي لفظ في الصحيحين :(( من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد )).
وفي الحديث الصحيح الذي رواه أهل السنن عن العرباض بن سارية عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: (( إنه من يعش منكم فسير اختلافاً كثيراً فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين ،تمسكوا بها، وعضُّو عليها بالنواجذ ، وإياكم ومحدثات الأمور ، فإن كل محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة )).
وهذه قاعدة قد دلت عليها السنة والإجماع ، مع ما في كتاب الله من الدلالة عليها أيضاً . قال الله تعالى: {أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ…}. فمن ندب إلى شيء يتقرب به إلى الله أو أوجبه بقوله أو بفعله ، من غير أن يشرعه الله ، فقد شرع من الدين ما لم يأذن به الله ، ومن اتبعه في ذلك فقد اتخذ شريكاً لله ، شرع من الدين ما لم يأذن به الله………
”Pasal : Di antara kemunkaran yang terjadi pada bab ini adalah adanya perayaan dan upacara-upacara bid’ah. Semua itu merupakan kemunkaran yang dibenci, baik kebencian itu mencapai derajat haram atau tidak. Semua perayaan itu dilarang karena dua hal :
Pertama, Menyerupai apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir.
Kedua, termasuk bid’ah. Oleh karena itu, walaupun tidak ada keserupaan dengan Ahli Kitab, segala perayaan dan upacra itu adalah munkar karena dua hal :
1. Karena semua upacara itu termasuk dalam katagori bid’ah dan sesuatu yang baru, seperti yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya. Diriwayatkan Jabir bin Abdillah radliyallaahu ’anhuma ia berkata : ”Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam apabila berkhutbah, maka matanya memerah, suaranya meninggi, dan kemarahannya meluap hingga seakan-akan beliau seperti penasihat tentara yang berkata : ’Semoga Allah memberkahi kalian di waktu pagi dan sore’. Kemudian beliau melanjutkan : ’Aku diutus dan hari kiamat seperti ini’ – sambil mendekatkan antara dua jarinya, yaitu jari telunjuk dan jari tengah seraya bersabda : ’Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan dan sejelek-jelek urusan adalah yang diada-adakan. Dan setiap yang bid’ah adalah sesat’. Dalam riwayat An-Nasa’i : “Setiap bid’ah adalah sesat yang ada di neraka”.
Muslim juga meriwayatkan dari Shahih-nya dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa, dari Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam bahwa beliau berkata : “Barangsiapa yang mengerjakan satu perbuatan yang tidak ada perintah dari kami, maka ia tertolak”.
Dalam kitab Shahihain disebutkan hadits lain yang senada : “Barangsiapa yang mebuat-buat suatu yang baru dalam perkara kami yang tidak termasuk di dalamnya, maka ia ditolak”.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ashhaabus-Sunan dari ‘Irbadl bin Sariyyah, dari Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam, bahwasannya beliau bersabda : “Sesungguhnya siapa saja di antara kalian yang hidup setelahku, maka kelak ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah para khulafaur-rasyidin yang mendapatkan hidayah. Maka berpegang teguhlah kalian kepadanya dan gigitlah ia dengan gigi geraham. Jauhilah segala perkara yangbaru, karena setiap perkara yang baru itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat”.
Semua ini adalah kaidah yang ditunjukkan oleh As-Sunnah dan ijma’, yang dikuatkan oleh ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara adalah firman Allah : ”Apabila mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk agama mereka yang tidak diijinkan Allah ? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka tekal dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang dhalim itu akan memperoleh adzab yang pedih” [Asy-Syuuraa : 21].
Oleh karena itu, barangsiapa yang mendekatkan diri kepada Allah, baik berupakan perkataan atau perbuatan yang tidak disyari’atkan oleh Allah, maka dia telah membuat syari’at sendiri dalam agama, yang tidak diijinkan Allah. Barangsiapa yang mengambilnya, berarti telah menjadikan sekutu bagi Allah dan membuat syari’at agama yang tidak diijinkan oleh-Nya” [Iqtidlaa Ash-Shiraathil-Mustaqiim 2/581-583].
…….. فصل : قد تقدم أن العيد يكون اسماً لنفس المكان ، ولنفس الزمان ، ولنفس الاجتماع ، وهذه الثلاثة قد أحدث منها أشياً :
أما الزمان فثلاثة أنواع ، ويدخل فيها بعض أعياد المكان والأفعال :
أحدها : يوم لم تعظمه الشريعة الإسلامية أصلاُ ، ولم يكن له ذكر في السلف ولا جرى فيه ما يوجب تعظيمه ، مثل : أول خميس من رجب ، وليلة تلك الجمعة التي تسمى الرغائب…….
النوع الثاني : ما جرى فيه حادثة كما كان يجري في غيره ،من غير أن يوجب ذلك جعله موسماً، ولا كان السلف يعظمونه: كثامن عشر ذي الحجة الذي خطب النبي صلى الله عليه وسلم فيه بغدير خم مراجعة من حجة الوداع …..
وكذلك ما يحدثه بعض الناس: إما مضاهاة للنصارى في ميلاد عيسى-عليه السلام-،وإما محبة للنبي صلى الله عليه وسلم، والله قد يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد لا على البدع – من اتخاذ مولد النبي صلى الله عليه وسلم عيداً مع اختلاف الناس في مولده ، فإن هذا لم يفعله السلف مع قيام المقتضي له ، وعدم المانع فيه لو كان خيراً ، ولو كان خيراً محضاً أو راجحاً لكان السلف – رضي الله عنهم- أحق به منا ،فإنهم كانوا أشد محبة لرسول الله صلى الله عليه وسلم وتعظيماً له منا ،وهم على الخير أحرص،وإنما كمال محبته وتعظيمه في متابعته،وطاعته واتباع أمره، وإحياء سنته باطناً وظاهراً ، ونشر ما بعث به ، والجهاد على ذلك بالقلب واليد واللسان ، فإن هذه طريقة السابقين الأولين من المهاجرين والأنصار،والذين اتبعوهم بإحسان،وأكثر هؤلاء الذين تجدهم حرَّاصاً على أمثال هذه البدع-مع ما لهم فيها من حُسن القصد والاجتهاد الذي يرجى لهم بهما المثوبة – تجدهم فاترين في أمر الرسول صلى الله عليه وسلم عما أُمروا بالنشاط فيه ، وإنما هم بمنزلة من يزخرف المسجد ولا يصلي فيه ،أو يصلي فيه قليلاً ،وبمنزلة من يتخذ المسابيح والسجادات المزخرفة، وأمثال هذه الزخارف الظاهرة التي لم تُشرع ،ويصحبها من الرياء والكِبْر ،والاشتغال عن المشروع ما يفسد حال صاحبها)) ا.هـ .
Pasal : Telah dijelaskan di muka bahwa hari raya adalah sebutan untuk mengingat nama tempat, waktu, dan persitiwa secara bersama-sama. Ketiga hal ini telah menyebabkan banyak hal.
Tentang hari raya yang berkaitan dengan waktu sendiri terdiri dari tiga hal, yang masuk di dalamnya sebagian hari raya tempat dan peristiwa :
Pertama : Hari yang sama sekali tidak diagungkan syari’at Islam, tidak istimewa menurut para salaf, dan tidak terjadi peristiwa yang seharusnya diagungkan, seperti awal Kamis bulan Rajab, malam Jum’at pertama bulan Rajab yang disebut dengan malam Raghaaib…… [idem, hal. 617].
Kedua : Hari yang di dalamnya terjadi satu peristiwa yang juga terjadi pada hari-hari lainnya sehingga tidak bisa dijadikan sebagai musim tertentu, dan tidak diagungkan oleh para salaf. Misalnya, tanggal 18 Dzulhijjah dimana pada hari itu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah di Ghadir Khum, ketika beliau pulang dari haji Wada’…… [idem, hal. 618].
Begitu pula yang diadakan oleh sebagian manusia, baik yang tujuannya untuk menghormati orang-orang Nashrani atas kelahiran ‘Isa ataupun karena mencintai Nabi. Kecintaan dan ijtihad mereka dalam hal ini tentu akan mendapatkan pahala di sisi Allah, tetapi bukan dalam hal bid’ah – seperti menjadikan kelahiran Nabi sebagai hari raya tertentu – padahal manusia telah berbeda pendapat tentang tanggal kelahiran beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Perayaan seperti ini belum pernah dilakukan oleh para salaf, meski ada peluang untuk melakukannya dan tidak ada penghalang tertentu bagi mereka untuk melakukannya. Seandainya perayaan itu baik atau membawa faedah, tentu para salaf lebih dulu melakukannya daripada kita karena mereka adalah orang-orang yang jauh lebih cinta kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan lebih mengagungkannya. Mereka lebih tamak kepada kebaikan. Akan tetapi, perlu diingat bahwa kesempurnaan cinta dan pengagungan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan cara mengikutinya, mentaatinya, menjalankan perintahnya, menghidupkan sunnahnya – baik secara lahir maupun batin – menyebarkan apa yang diwahyukan kepadanya, dan berjihad di dalamnya dengan hati, kekuatan, tangan, dan lisan. Itulah cara yang digunakan oleh para salaf, baik dari golongan Muhajirin, Anshar, maupun orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, dalam mencintai dn mengagungkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Adapun orang-orang yang gigih dalam melakukan kegiatan bid’ah peringatan Maulid Nabi itu – yang mungkin mereka mempunyai tujuan dan ijtihad yang baik untuk mendapatkan pahala – bukanlah orang-orang yang mematuhi perintah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan semangat. Mereka adalah seperti kedudukan orang-orang yang memperindah masjid, tetapi tidak shalat di dalamnya, atau hanya melaksanakan shalat malam di dalamnya dengan minim, atau menjadikan tasbih dan sajadah hanya sebagai hiasan yang tidak disyari’atkan. Tujuannya adalah untuk riya’ dan kesombongan serta sibuk dengan syari’at-syari’at yang dapat merusak keadaan pelakunya” [idem, hal 619-620].
Silakan ikhwah perhatikan perkataan Ibnu Taimiyyah secara lebih luas di atas. Apakah yang dikatakan beliau ini untuk melegalkan dan meridlai amalan Maulid Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam ? Bahkan beliau rahimahullah mencelanya !! Adapun yang dikatakan bahwa para pelaku perayaan Maulid Nabi mendapatkan pahala karena kecintaannya adalah bagi ulama-ulama yang berijtihad dan kemudian mereka salah dalam ijtihadnya. Bukankah Ibnu Taimiyyah mengatakan : Kecintaan dan ijtihad mereka dalam hal ini tentu akan mendapatkan pahala di sisi Allah. Bukankah ijtihad itu hanya berlaku bagi para ulama yang memang layak berijtihad ? Lantas bagaimana keadaannya dengan para fanatikus, muqallid, dan pengekor hawa nafsu yang semangat keagamaan mereka enggan untuk mengikuti as-salafush-shaalih ? Enggan mengikuti al-haq hanya dikarenakan fanatikus madzhab ? Sungguh aneh ada orang yang memlintir ucapan Ibnu Taimiyyah agar sesuai dengan madzhabnya ! Mungkin dia melewatkan (atau menyembunyikan ?) perkataan Ibnu Taimiyyah di bagian akhir kutipan di atas : Adapun orang-orang yang gigih dalam melakukan kegiatan bid’ah peringatan Maulid Nabi itu – yang mungkin mereka mempunyai tujuan dan ijtihad yang baik untuk mendapatkan pahala – bukanlah orang-orang yang mematuhi perintah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dengan semangat. Apalagi jika dikaitkan secara komprehensif pembahasan di awal perkataan beliau sebagai nukilan di atas.
Dan ternyata, pemilik blog @salafytobat memalsukan terjemahan dengan mengatakan :
“Ia tidak dilakukan oleh salaf, tetapi ada sebab baginya, dan tiada larangan daripadanya”
Di kalimat mana Ibnu Taimiyyah mengatakan ini ? Padahal yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyyah adalah :
فإن هذا لم يفعله السلف مع قيام المقتضي له ، وعدم المانع فيه لو كان خيراً ، ولو كان خيراً محضاً أو راجحاً لكان السلف – رضي الله عنهم- أحق به منا
“Perayaan seperti ini belum pernah dilakukan oleh para salaf, meski ada peluang untuk melakukannya dan tidak ada penghalang tertentu bagi mereka untuk melakukannya. Seandainya perayaan itu baik atau membawa faedah, tentu para salaf lebih dulu melakukannya daripada kita…”.
Jelas beda antara perkataan beliau di atas dengan apa yang dipalsukan oleh Salafytobat. Atau memang Salafytobat tidak bisa berbahasa Arab ?
Salafytobat ternyata juga memotong kalimat, dimana ia menuliskan : dan mengagungkan baginda, dan Allah mengurniakan pahala kepada mereka atas kecintaan dan ijtihad ini…”. Padahal kalimat yang lengkap adalah :
“Kecintaan dan ijtihad mereka dalam hal ini tentu akan mendapatkan pahala di sisi Allah, tetapi bukan dalam hal bid’ah – seperti menjadikan kelahiran Nabi sebagai hari raya tertentu – padahal manusia telah berbeda pendapat tentang tanggal kelahiran beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam”.
Ini satu khianat !
Bahkan Ibnu Taimiyyah tetap memperingatkan bahwa amalan perayaan Maulid Nabi itu adalah amalan yang menyelisihi sunnah dan wajib untuk ditinggalkan. Amalan tersebut adalah amalan bid’ah yang tertolak menurut syari’at. Lebih jelasnya lagi, mari kita perhatikan perkataan beliau rahimahullah dalam kitab yang lain :
وأما اتخاذ موسم غير المواسم الشرعية كبعض ليالي شهر ربيع الأول ، التي يقال إنها المولد ، أو بعض ليالي رجب ، أو ثامن عشر ذي الحجة ، أو أول جمعة من رجب ، أو ثامن شوال الذي يسميه الجهال عيد الأبرار ، فإنها من البدع التي لم يستحبها السلف ، ولم يفعلوها ، والله سبحانه وتعالى أعلم
“Adapun mengadakan upacara peribadahan selain yang disyari’atkan, seperti malam-malam Rabi’ul-Awwal yang sering disebut Maulid (Nabi), atau malam-malam Rajab, atau tanggal 18 Dzulhijjah , atau awal Jum’at bulan Rajab, atau hari ke-8 bulan Syawwal yang dinamakan oleh orang-orang bodoh dengan ‘Iedul-Abraar; semuanya termasuk bid’ah yang tidak disunnahkan salaf dan tidak mereka kerjakan. Wallaahu subhaanahu wa ta’ala a’lam [Majmu’ Al-Fataawaa, 25/298].
Dr. Muhammad Rawwas Al-Qal’ahjiy telah melakukan penelitian di kitab-kitab Ibnu Taimiyyah untuk merumuskan faedah fiqh yang terkandung di dalamnya telah mengatakan bahwa perayaan Maulid Nabi termasuk perayaan bid’ah yang tidak disyari’atkan dalam Islam [lihat Mausu’ah Fiqhi Ibni Taimiyyah oleh Dr. Muhammad Rawwaas Qal’ahjiy, hal. 1040-1041; Daarun-Nafaais, Cet. 2/1422, Beirut].
Berikut saya sertakan scan kitab yang menjadi rujukan dalam tulisan ini.
Kitab Al-Iqtidlaa’ hal. 581 :
Kitab Al-Iqtidlaa’ hal. 582 :
Kitab Al-Iqtidlaa’ hal. 583 :
Kitab Al-Iqtidlaa’ hal. 617 :
Kitab Al-Iqtidlaa’ hal. 618 :
Kitab Al-Iqtidlaa’ hal. 619 :
Kitab Al-Iqtidlaa’ hal. 620 :
Kitab Majmu’ Al-Fataawaa, 25/298 :
Kitab Mausu’ah Fiqhi Ibni Taimiyyah Cover :
Kitab Mausu’ah Fiqhi Ibni Taimiyyah hal. 1040 :
Kitab Mausu’ah Fiqhi Ibni Taimiyyah hal. 1041 :
@ adi, sifat anda ini sama dengan orang2 wahhabi lainnya, mengambil sepenggal dalil yang sesuai dengan otaknya sendiri, lalu meninggalkan yang lainnya. Apa memang karena semua orang2 wahhabi didoktrin semacam ini oleh guru2nya ?.
Mas, perhatikan baik-baik penjelasan ana berikut :
• Peryataan Ibn Taimiyah yang anda ambil sepenggal aja dalam kitab iqtidho’ sirotil mustaqim, selengkapnya adalah :
فصل . ومن المنكرات في هذا الباب : سائر الأعياد والمواسم المبتدعة ، فإنها من المنكرات المكروهات سواء بلغت الكراهة التحريم، أو لم تبلغه؛ وذلك أن أعياد أهل الكتاب والأعاجم نهي عنها؛ لسببين:
أحدهما : أن فيها مشابهة الكفار .
والثاني : أنها من البدع . فما أحدث من المواسم و الأعياد هو منكر ، وإن لم يكن فيها مشابهة لأهل الكتاب ؛ لوجهين :
أحدهما : أن ذلك داخل في مسمى البدع والمحدثات ، فيدخل فيما رواه مسلم في صحيحه عن جابر – رضي الله عنهما – قال : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذ خطب احمرت عيناه ، وعلا صوته ، واشتد غضبه ، حتى كأنه منذر جيش يقول صبحكم ومساكم ، ويقول : (( بُعثت أنا والساعة كهاتين – ويقرن بين أصبعيه : السبابة والوسطى – ويقول : (( أما بعد ،فإن خير الحديث كتاب الله ، وخير الهدي هدي محمد ، وشر الأمور محدثاتها ، وكل بدعة ضلالة )) وفي رواية للنسائي : ((وكل بدعة ضلالة في النار))
Coba anda perhatikan ! pernyataan yang anda tampilkan itu adalah cabang dari pembahasan tentang “ied2 ahli kitab dan orang2 ‘ajam “ dilarang karena dua sebab :
1. Menyerupai dengan orang2 kafir.
2. Termasuk dari bid’ah.
Maka jelas sekali, jika memang menjadikan maulid sebagai ied , maka hukumnya bid’ah, sebagaimana komentar ana sebelumnya tentang kesimpulan dari hasil diskusi pada tanggal 20 January 2010 at 16:21.
• Kesimpulan dari pernyataan Ibn Taimiyah dari kedua kitabnya adalah sebagai berikut :
Peringatan maulid bisa menjadi bid’ah dan munkar karena dua sebab :
1. Jika menyerupai ritual orang2 kafir.
2. Jika menjadikannya sebagai ied, walaupun ritualnya tidak menyerupai orang2 kafir.
Adapun jika tidak ada dua sebab di atas, maka bukanlah termasuk bid’ah, bahkan mendatangkan pahala yang besar jika didasari atas kecintaan dan pengagungan terhadap Rasulullah SAW, sebagaimana pernyataan Ibn Taimiyah dalam kitab iqtidho’ sirotil mustaqim :
وكذلك ما يحدثه بعض الناس ، إما مضاهاة للنصارى في ميلاد عيسى عليه السلام ، وإما محبة للنبي صلى الله عليه وسلم ، وتعظيمًا . والله قد يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد ، لا على البدع- من اتخاذ مولد النبي صلى الله عليه وسلم عيدًا
“ Begitu juga, apa yang diada-adakan oleh sebagian manusia, adakalanya menyerupai orang Nasrani pada kelahiran Nabi Isa, dan adakalanya karena kecintaan dan pengagungan kepada Rasulullah SAW, maka kalanya Allah memberikan pahala atas kecintaan dan ijtihad ini, bukan atas bid’ahnya yaitu menjadikan hari kelahiran Nabi sebagai ied “
Dan pernyataan Ibn Taimiyah yang lainnya :
فتعظيم المولد ، واتخاذه موسمًا ، قد يفعله بعض الناس ، ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده ، وتعظيمه لرسول الله صلى الله عليه وسلم
“ maka pengagungan terhadap maulid dan menjadikannya sebagai kebiasaan, dilakukan oleh sebagian manusia, maka baginya pahala yang besar karena niat yang baik dan pengagungannya terhadap Rasulullah SAW “
Gimana mas penjelasannya, sangat jelas kan ?. makanya jangan gampang menerima pernyataan guru2 wahhabi anda atau cuman copypaste aja, tapi kaji ulang pernyataan mereka karena sudah menjadi tabiat mereka hanya mengambil sepenggal dalil yang cocok dengan pemikiran mereka.
Assalamua’laikum wbt
kepada saudaraku seislam sekalian. berakhlak lah kita dlm mencari kebenaran!!! krn akhlak sesama muslim lebih dituntut (ikram muslimin).
kepada yg alim (mempunyai pengetahuan dan diberi faham agama) jdlah anda seperti awan yg membawa hujan..krn awan pergi kepada semua jenis tanah dan menurunkan hujan yg dpt diambil manfaat oleh makhluk dibumi. jgnlah kalian menjadi seperti perigi (telaga air) yg hanya menunggu org dtg mengambil air. inilah perumpamaan yg org2 alim buat utk mereka yg bergelar ulama…kalian perlu jumpa ummat utk ajar ummat tentang agama, bukan menunggu ummat datang..walaupon ada yg dtg…yg dtg itu sudah pasti yg ada kemahuan pada agama…tetapi yg x ada kemahuan pd agama siapa mahu ajarkan??
janganlah kalian bergaduh hnya disebatkan perkara2 furu’.
dlm hal ehwal dunia pn begitu bnyak khilaf, inikan agama yg begitu luas..dan hanya org yg diberi kefahaman oleh ALLAH akan faham mengikut kehendak ALLAH dan Rasul.
misalnya perkataan ‘balance’; kalau diberi kepada seorang akauntan, balance bermaksud baki. kalau diberi kepada seorg engineer kereta, balance bermaksud balance body kereta atau tayar kereta, kalau diberi kepada seorang arkitek, balance bermaksud kestabilan bangunan, kalau diberi kepada seorang penari ballet, balance bermaksud menstabilkan badan….
saudaraku,
ALLAH sengaja wujudkan khilaf dikalangan ulama agar setiap inci sunnah Nabi saw itu hidup sehingga hari kiamat, contonhya isu qunut: dalam mazhab syafie org berqunut, manakala dalam mazhab hanafi org x berqunut, tetapi dua2 mazhab ada hujjah masing2.
seandainya semua ummat hanya ikut mazhab syafie, maka satu sunnah telah luput dr muka bumi iaitu tidak berqunut, manakala seandainya semua ummat ikut mazhab hanafi, maka satu sunnah telah luput dr muka bumi iaitu berqunut.
dalam hadis ada Nabi berqunut dan dalam hadis juga ada Nabi x berqunut..bukankanh itu semua sunnah Nabi..dan ALLAH telah pelihara sunnah Nabi utk kekal sehingga kiamat. itulah maksud “rahmatan lil a’lamin”…rahmat utk sekelian alam sehingga kiamat..sedangkan jasad Nabi sudah tidak ada..tetapi setiap inci kehidupan Nabi ALLAH hidupkan sehingga hari kiamat agar agama ini terus bersinar di muka bumi.
wallahua’lam.
asalamualaikum ana pendatangbaru.buat yg kurng ngerti tentang makna bidah, pertama bidah menurut bahasa= sesuatu yang baru yg belum ada sebelumnya cnthnya pada zaman nabi belum ada motor dan skarang sudah ada ini termasuk bidah tapi ini tidak tercela karna bukan termasuk ibadah tapi hnya sbagai sarana. kdua menurut istilah=sesuatu yg baru yg diada2kan didalam agama, nah inilah bidah yg dilarang agama, dimana seseorang beribadah tidak sesuai atau tidak pernah dicontohkan oleh nabi yg kita mengharapkan pahaladari ibadah trsbt. orng yng melakukan bidah ini diancam oleh allah tidak dapat mendekati telaga rasullullah sallallahualaihiwassallam apa lagi minum air didalamnya. syukron.
@ furqon yang tidak mengerti, jika anda tidak mengerti gak usah sok mengerti lalu menganggap orang lain bodoh, tapi belajarlah lagi di pesantren biar anda mengerti.
tanyakan ama ustad2 wahhabi ente, jika pengertian bid’ah secara istilah adalah sesuatu yg baru yg diada2kan didalam agama secara mutlak, bagaimana dengan perbuatan para sahabat yang telah melakukan apa yang tidak dilakukan oleh Rasulullah SAW seperti perbuatan syd Utsman menjadikan adzan Jum’ah menjadi dua kali ? Apakah perbuatan mereka dinyatakan bid’ah ?
Alkamulillah..Wis kadong isin
Mendeng ngeyel..
Dari pada tambah isin..
Dalilnya ngga’ pas,sekali ngeyel tetap ngeyel koyo gurune ALBANI..!!
WIS NYERAH WAE,ngaku SALAH..
Lebih terhormat!!
@ forsan
Ganti topik saja ALBANI fans club sudah kehabisan dalil tersirat menyatakan MENYERAH..
HIDUP AKHLUSSUNAH WAL JAMA’AH!!!
Trims
MAULID ITU SAMA DENGAN HAUL TOH!
HAUL ITU SAMA DENGAN HAPPY BIRTH DAY TOH!
BERARTI HAPPY BIRTHDAY SAMA DENGAN MAULID, BENAR APA BENAR?
Makanya jangan maulid karena maulid sama dengan perayaan sekali setahun atau Ulang Tahun!
Wong ndak ada sunnahnya koq dikerjakan
@meldim: nt jgn ngawur…
klo udh tau bedanya maulid sama haul baru nt ikut debat
@ muhibbin…
hahaha…..
apakah perayaan maulid bukan seperti yang anda bilang…
Jika menjadikannya sebagai ied, walaupun ritualnya tidak menyerupai orang2 kafir.
apakah maulidan bukan sebagai ied bagi anda…..
hihihi…
gimana yang wahabi???? punya dasaran untuk nentang lagi pa ngga’???? cepetan!!
@meldim:wan ana mau nanyak nt tau g bedanya haul sama maulid…?,kalo nt g tau ahsan nt g usah ikutan dari pada salah semua tamnah malu semdiri nt nantinya…
Perhatian perhatian,buat para wahabi atau salafi harap perhatikan..!
Dithoriqohnya wahabi atau salafi kan ndak boleh maulud katanya nggak ada ajarannya atau tuntunannya(bid’ah).Dan sebentar lagi orang-orang mukmin dan mukminat,dan orang muslim dan muslimat akan merayakan maulud itu dengan suka cita dan gembira(kecuali orang2 yg g suka dengan ini,yaaa g tau lah sapa yang ngerasa ja).Yang katanya di thoriqohnya nt (orang wahabi atau salafi) itu peringatan maulud nabi itu sama dengan memperingati hari kelahiran yesus anak tuhan,
sekarang ana mau nanyak sama nt para wahabi atau salafi,Nabi Muhammad S.A.W itu anak tuhan atau bukan…?,apakah anda tidak mengetahui bahwa Rasullah itu adalah kecintaannya Allah S.W.T…?,apakah kita sebagai Hamba Allah haram atau bid’ah mencintai Makhluk yang paling dicintai oleh Allah S.W.T( Nabi Muhammad S.A.W)…?,apakah kita haram atau bida’ah kalo kita memuji Rosulullah yang dimana kita tau keluhuran dan akhlaknya yang begitu dangat mulia dan dangat terpuji…?,dan apakah anda juga tidak mengerti apa yang dikatakan Rasullah pada waktu Rasulullah ditanyai perihal puasa hari senin dan kamis,belia hanya menjawab pada hari senin aku(Rasulullah S.A.W) dilahirkan.?,dan pada hari kamis amalanku di tunjukan kepada Allah S.W.T dan aku senang kalo amal ibadahku diperlihatkan kepada Allah aku dalam keadaan berpuasa(g udah dijelasin ini hadits Riwayatnya sapa buat orang wahabi atau salafi mereka kan katanya c lebih pinter dan lebih mengetahui masalah agama)
Dan ana juga mau nanyak sama orang wahabi,apakah mereka itu pernah membaca kitab-kitab maulid…?,koq mereka itu dengen gampangnya mereka itu mengatakan atau mendoktrin bah itu kitab bid’ah…?
Kalo belum pernah baca dlu baru komentar,jangan kita ini bertingkah laku itu seperti bodoh…
Dan perayaan Maulid Nabi diperingai oleh pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193),yang dimana tujuannya untuk megobarkan semangat jihad para mujahidin untuk mengusir para tentara salibis.Dan akhirnya Komando yang dipimpin oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi telah memenagkan pertempuran itu.Dengan ini kita bisa berpikir dengan hati yang jernih,kits bisa mengetahui…
“Sedikit diatas Sunnah itu lebih baik daripada banyak tapi diatas bid’ah” Apalah susahnya meninggalkan daripada melakukan amalan yang ndak ada contohnya dari Rasulullah shalalahu alaihiwassallam dan para sahabatnya?
@ muhammed sabri (Pertanyaannyya pernahkah Nabi merayakan hari kelahirannya? kalu tidak maka itulah yang di katakan bid’ah) ini adalah pertanyaannya nt.Katanya anda Nabi Muhammad S.A.W tidak pernah memperingati ataupun merayakan atau hal yang menyerupai itu.Sekarang ana mau nayak satu pertanyaan sama nt,Nabi pernah ditanya tentang perihal puasa senin kamis,trus apa yang dijawab oleh Nabi Muhammad S.A.W tentang puasa senin dan kamis itu…?
Nabi menjawab aku puasa pada hari senin karena pada hari itu aku(Nabi Muhammad S.A.W) dilahirkan,dan seterusnya…
Nabi hanya menjawab aku puasa pada hari senin karena pada hari itu aku(Nabi Muhammad S.A.W) dilahirkan,dan seterusnya…
Apakah anda tidak mengetahui kenapa nabi Muhammad S.A.W puasa senin kamis…?,kalo masalah kecil aja nt udah teledor apalagi masalah yang besar….
Ini masalah agama bung,jangan dibikin senaknya hati kita,g enak kita buang enak kita pakai……………….
Dan kalo anda beranggapan kalo Nabi Muhammad tidak pernah merayakan Hari kelahirannya itu salah besar bung…
@ abuqnan: percuma saja,dia itu masih bingung nyari buku tentang membidahkan orang seperti halnya khawarij yang tugasnya hanya mengkafirkan orang yang g sefaham dengannya…
@Yek Saudi: Sejarah maulid nabi saw.
dlm catatan buku2 sejarah, generasi terbaik pertama, (Rasulullah saw. Dan sahabat), generasi terbaik kedua (tabi’in) dan generasi terbaik ketiga (tabi’ut tabi’in), maupun generasi sesudahnya, blm prnh mengadakan Maulud Nabi saw. Padahal mrk sangat mencintai Nabi saw. Dan orang2 yg paling tahu tentang sunnah, dan orang2 yg … Lihat Selengkapnyapaling giat mengikuti syari’atnya.(kalo nt mengatakan g pernah ada seorang arifin atau sholihin yang g pernah merayakan atau memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W anda salah besar bung.Anda tau kan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi,dialah orang dan sekaligus pencetus peringatan maulid Nabi Muhammad S.A.W pertama kali,yang dimana itu untuk mengobarkan semangat jihad para mujahidin melawan para Pasukan Tentara Salibis(Laknatullah Alaih) yang dimana ingin menumbagkan pemerintahan islam.Tapi usaha dari para Pasukan Tentara Salibis(Laknatullah Alaih) itu sia-sia belaka.Sehabis para mujahidin yang dipimpin langsung oleh Panglima besar Sultan Salahuddin Al-Ayyubi memenangkan pertempuran itu yang dimana semngat jihat para mujahidin itu berkobar setelah panglima mereka (Sulthan Salahuddin Al-Ayuubi) merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W yang diperayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W itu dijelaskan tentang gimana sejarahnya Rasululah S.A.W dan para sahabat-sahabat beliau R.A memperjuangkan islam dan menyebarkan islam yang dimana semangat juang mereka semakin berkobar dan tak takut mati dimedan perang dan Alhamdulillah mereka memenangkan pertempuran itu,
Secarah historis-sosiologis tanggal kelahiran Sasulullah saw. Tidak diketahui secarah pasti. Bahkan, sebagian ahli sejarah di masa kini yg mengadakan penelitian (research) menyatakan bhw tgl kelahiran Nabi saw. Adalah 9 Rabiul Awwal bukan 12 Rabiul Awwal. Dengan demikian perayaan memperingati Maulid Nabi saw. Pada tgl 12 Rabiul Awwal dari sisi sejarah tidak ada dasarnya.(ini juga dari antum)para ulama juga ada yang berpendapat bahwa Nabi Muhammad S.A.W lahir pada tanggal 2 rabiul awwal buat tambahan bagi nt supaya faham yang dimana nt suka membid’ahkan orang sampai lupa sumuanya……
Orang yg pertama kali mengadakan bid’ah ini, peringatan Maulid Nabi saw. Adalah kelompok aliran Bathiniyah yg ingin mengubah agama manusia dan memasukkan di dalamnya apa yg tidak termasuk bagian darinya, untuk menjauhkan manusia (umat islam) dari agama mereka, lalu menyibukkan mereka dengan bid’ah, suatu jalan yg paling mudah untuk mematikan sunnah dan menjauhkan mereka dari syari’at Allah yg mudah dan sunnah Rasulullah yang suci.Baca lagi testimony ana diatas bro….?
Jika tujuan mrk mengadakan perayaan Maulid Nabi adalah untuk mengagungkan Rasulullah dan mengingatnya, mencintainya, mengenangnya tidak diragukan lagi bahwa caranya tidaklah seperti itu (berkumpul, tertawa, makan makanan disertai tari-tarian bercampur-baur laki-laki dengan perempuan, walaupun disertai dengan muatan ceramah dan do’ah bersama). Ini fitnah,katanya wahabi yang katanya thoriqohnya salaf koq memfitnah,gimana c…?,padahal ana ikut maulud g ada acara acara tertawa disertai tari-tarian bercampur-baur laki-laki dengan perempuan ini fitnah,katanya salaf kok menyebarkan fitnah ce…?
@Salaf Tulen: anda semua yg mendukung maulid..bersiap siaplah menyiapkan tempat duduk anda di neraka…..
Homen nt jal,kayak Tuhan aja dengan gampang mengatakan begitu kepada orang…?
Sadar,Istighfar yang banyak…!
@Gadis Arab: @Nona Arab:
percuma Nona, org2 ni dah tersesat jauh. yg dipakai hanya nafsux. yaa gini de jadinya..
@Abu Faiqoh: Untuk saudaraku penulis artikel di atas,kira2 yg antum inginkan adalah bahwa Perayaan Maulid Nabi bukan bid’ah karena Syaikhul Islam berpendapat begitu. Antum kira2 ingin menggugat kenapa salafi menghukuminya bid’ah padahal panutannya sendiri tdk menghukuminya bid’ah. Ana ingin mengingatkan, hukum perayaan maulid Nabi sangat jelas, yakni bid’ah, tercela, mungkar. Ini adalah ijma’ salafushaleh (sahabat, tabiin dan tabi’ut tabiin)ini kan testimoninyaantum,sekarang ana mau nanya sama antum siapa nama sahabat yang mengatakan bahwa mauled nabi itu bid’ah(sesat)
@Nona Arab: BID’AH KHASANAH adalah sebuah ungkapan yang Sungguh yg menjijikan,nabi bersabda KULLU BIDATUN DHOLALAH,WA KULLU DHOLALATUN FII NAR.kalo saja ada bid’ah khasanah,niscaya rosul tidak menggunakan kata KULLU,fitnah yg besar mengingat ibnu taimiyah adalah seorang ulama besar,beliau tidak pernah menyatakan ada bid’ah khasanah.abdulloh bin umar berkata:… Lihat Selengkapnyakullu bidatun dholalah,wa ahanasu khasanah….setiap bid’ah adlah sesat,walaupun manusia menganggap itu baik….intinya pertama kita menyembah alloh sesuai dengan yg diajarkan rosul,tanpa penambahan dan pengurangan,kedua golongan yg menentang sunnah ini adalah sesat.termasuk di dalamnya adalah Team FORSANSALAF,dan seluruh orang”syiah rhofidhoh yg ada.ketga,klo gak tau fakta jangan berfatwa apa lg untk menyesatkan umat,seperti yg si bodoh ini lakukan.(apakah anda tidak mengenal seorang imam madzhab Al Imam Syafi’i
Imam Syafi’e Berkata Tentang Bid’ah
Al-Hafidz Abu Nu’aim rahimahullah meriwayatkan sanadnya dari Ibrahim al-Junaid yang berkata, Harmalah bin Yahya berkata kepada kami; aku mendengar Imam Syafi’e berkata,
“Bid’ah itu ada dua, bid’ah yang mahmudah (terpuji) dan bid’ah yang mazhmumah (tercela). Apa yang menepati dengan sunnah maka ia terpuji dan apa yang menyelesihi sunnah maka ia adalah tercela.” Kemudian Imam Syafi’e berhujjah dengan perkataan Umar al-Khaththab tentang solat terawih di bulan ramadhan, “Bid’ah yang terbaik adalah ini.” (Al-hilyatul auliya’ 3/119 –Syamilah-)
Perkataan Imam Syafi’e ini menyatakan bahawa bid’ah itu terbahagi kepada dua. Apa-apa yang menepati/selaras dengan as-sunnah maka ianya bid’ah yang terpuji dan tidak dicela, dan apa-apa perkara yang menyelisihi as-sunnah maka ianya tercela. Ini apa yang difahami oleh saya dari perkataan Imam Syafi’e.
Ada baiknya kita merujuk kepada perkataan ulama yang ahli dalam ilmu dan lebih mengerti perkataan ulama yang lain kerana kapasiti ilmu yang dimiliki oleh mereka dan juga ribuan helaian muka surat kitab-kitab yang telah ditelaah oleh mereka dalam memahami cabang-cabang ilmu syari’e ini.
Saya bawakan perkataan al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali ketika menjelaskan makna perkataan Imam Syafi’e. Ibnu Rajab berkata
“Apa yang kami sebutkan tentang perkataan Imam Syafi’e sebelum ini, ushul bid’ah mazhmumah (yang tercela) itu adalah, apa saja yang tidak mempunyai asal-usul (landasan hukum) di dalam syariat. Itulah bid’ah dari segi makna (yang dimaksudkan) syariat –atau dikenal disebut dengan bid’ah syar’iyah-. Dan bid’ah mahmudah (terpuji) pula adalah apa yang menepati sunnah yakni apa saja yang mempunyai asal (landasan hukum) dari sunnah maka ia dikembalikan kepada makna bid’ah lughawi bukan dengan makna bid’ah syarie kerana ia selaras/menepati dengan sunnah.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam 1/267)
Bid’ah lughawi ini adalah bid’ah yang dibenarkan untuk diamalkan serta dilaksanakan dan inilah yang dinamakan bid’ah mahmudah. Ianya tidak tercela sebagaimana bid’ah syar’iyah iaitu perkara-perkara yang bertentangan dengan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di mana bid’ah syar’iyah ini sangat dicela dan ditolak sama sekali di dalam islam.
Namun sebahagian manusia menjadikan setiap perkara baru atau amalan-amalan yang tidak terdapat di dalam sunnah bahkan bertentangan dengannya, mereka memasukkan bid’ah yang mereka lakukan ini ke dalam ruang lingkup bid’ah mahmudah dengan beralasan dengan perkataan Imam Syafi’e.
Di sini kita dapat melihat kesalahfahaman mereka memahami maksud Imam yang agung ini berkaitan dengan bid’ah kerana apabila sebahagian ulama atau du’at (pendakwah) menasihati amalan-amalan bid’ah yang tertolak ini supaya jangan dilakukan, maka mereka mencela nasihat para ulama dan du’at tersebut bahkan mereka menambah-nambahkan lagi segala macam bentuk amalan yang didaftarkan atas nama bid’ah mahmudah.
Golongan seperti ini sangat benci terhadap orang-orang yang mengajak untuk berpegang kepada sunnah nabawiyah yang suci dan sebaliknya mereka mengajak umat islam untuk berkutat (bergelumang) dengan bid’ah ‘mahmudah’nya atau istilah yang sering digunakan sekarang bid’ah hasanah.
Telah diriwayatkan dari Imam asy-Syafi’e perkataan yang menjelaskan lagi maksud beliau perkataan bid’ah mahmudah dan mazhmumah, dia berkata
“Hal-hal yang baru yang diada-adakan terbahagi kepada dua. Perkara baru yang menyelisihi Kitab atau sunnah, atau atsar (perkataan para sahabat) atau ijma’, maka inilah bid’ah dholalah (sesat). Dan perkara-perkara kebaikan yang tidak menyelisihi satu pun dari apa yang telah disebutkan, maka inilah bid’ah yang tidak tercela(bid’ah hasanah).” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam 1/267)
Perkataan Imam Syafi’e ini diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam Manaqibu asy-Syafi’e 1/468-469 dan beliau mensahihkannya. Perkataan yang sama dinukilkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqalani di dalam kitab nya Fathul Bari ketika mensyarahkan hadits Imam Bukhari di Kitab al-I’tishom bil kitabi was sunnah dalam bab ‘Qauluhu babun al-Iqtidaa`u bisunani rasulillahi shallallahu ‘alaihi wa sallam’ 13/253.
Dan Insya Allah orang-orang yang masih beranggapan bahawa wujud bid’ah hasanah dalam segala macam bentuk ibadah berfikir sejenak dan mau rujuk kembali kepada kebenaran, bahawasanya tidak ada bid’ah hasanah di dalam ibadah.
Jika ada yang bertanya: Kedua-dua perkataan Imam Syafi’e yang dinyatakan tadi masih lagi tidak menolak perbuatan bid’ah hasanah yang dilakukan oleh orang kebanyakan pada hari ini contohnya seperti Zikir jama’ie, yasinan dan lain-lain kerana seluruhnya adalah kebaikan. Bukankah amalan-amalan tadi mengajak kepada mengingati Allah dan menambahkan lagi ibadah kepada-Nya.
@ muhammed sabri (Pertanyaannyya pernahkah Nabi merayakan hari kelahirannya? kalu tidak maka itulah yang di katakan bid’ah) ini adalah pertanyaannya nt.Katanya anda Nabi Muhammad S.A.W tidak pernah memperingati ataupun merayakan atau hal yang menyerupai itu.Sekarang ana mau nayak satu pertanyaan sama nt,Nabi pernah ditanya tentang perihal puasa senin kamis,trus apa yang dijawab oleh Nabi Muhammad S.A.W tentang puasa senin dan kamis itu…?
Nabi menjawab aku puasa pada hari senin karena pada hari itu aku(Nabi Muhammad S.A.W) dilahirkan,dan seterusnya…
Nabi hanya menjawab aku puasa pada hari senin karena pada hari itu aku(Nabi Muhammad S.A.W) dilahirkan,dan seterusnya…
Apakah anda tidak mengetahui kenapa nabi Muhammad S.A.W puasa senin kamis…?,kalo masalah kecil aja nt udah teledor apalagi masalah yang besar….
Ini masalah agama bung,jangan dibikin senaknya hati kita,g enak kita buang enak kita pakai……………….
Dan kalo anda beranggapan kalo Nabi Muhammad tidak pernah merayakan Hari kelahirannya itu salah besar bung…
@ abuqnan: percuma saja,dia itu masih bingung nyari buku tentang membidahkan orang seperti halnya khawarij yang tugasnya hanya mengkafirkan orang yang g sefaham dengannya…
@Yek Saudi: Sejarah maulid nabi saw.
dlm catatan buku2 sejarah, generasi terbaik pertama, (Rasulullah saw. Dan sahabat), generasi terbaik kedua (tabi’in) dan generasi terbaik ketiga (tabi’ut tabi’in), maupun generasi sesudahnya, blm prnh mengadakan Maulud Nabi saw. Padahal mrk sangat mencintai Nabi saw. Dan orang2 yg paling tahu tentang sunnah, dan orang2 yg … Lihat Selengkapnyapaling giat mengikuti syari’atnya.(kalo nt mengatakan g pernah ada seorang arifin atau sholihin yang g pernah merayakan atau memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W anda salah besar bung.Anda tau kan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi,dialah orang dan sekaligus pencetus peringatan maulid Nabi Muhammad S.A.W pertama kali,yang dimana itu untuk mengobarkan semangat jihad para mujahidin melawan para Pasukan Tentara Salibis(Laknatullah Alaih) yang dimana ingin menumbagkan pemerintahan islam.Tapi usaha dari para Pasukan Tentara Salibis(Laknatullah Alaih) itu sia-sia belaka.Sehabis para mujahidin yang dipimpin langsung oleh Panglima besar Sultan Salahuddin Al-Ayyubi memenangkan pertempuran itu yang dimana semngat jihat para mujahidin itu berkobar setelah panglima mereka (Sulthan Salahuddin Al-Ayuubi) merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W yang diperayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W itu dijelaskan tentang gimana sejarahnya Rasululah S.A.W dan para sahabat-sahabat beliau R.A memperjuangkan islam dan menyebarkan islam yang dimana semangat juang mereka semakin berkobar dan tak takut mati dimedan perang dan Alhamdulillah mereka memenangkan pertempuran itu,
Secarah historis-sosiologis tanggal kelahiran Sasulullah saw. Tidak diketahui secarah pasti. Bahkan, sebagian ahli sejarah di masa kini yg mengadakan penelitian (research) menyatakan bhw tgl kelahiran Nabi saw. Adalah 9 Rabiul Awwal bukan 12 Rabiul Awwal. Dengan demikian perayaan memperingati Maulid Nabi saw. Pada tgl 12 Rabiul Awwal dari sisi sejarah tidak ada dasarnya.(ini juga dari antum)para ulama juga ada yang berpendapat bahwa Nabi Muhammad S.A.W lahir pada tanggal 2 rabiul awwal buat tambahan bagi nt supaya faham yang dimana nt suka membid’ahkan orang sampai lupa sumuanya……
Orang yg pertama kali mengadakan bid’ah ini, peringatan Maulid Nabi saw. Adalah kelompok aliran Bathiniyah yg ingin mengubah agama manusia dan memasukkan di dalamnya apa yg tidak termasuk bagian darinya, untuk menjauhkan manusia (umat islam) dari agama mereka, lalu menyibukkan mereka dengan bid’ah, suatu jalan yg paling mudah untuk mematikan sunnah dan menjauhkan mereka dari syari’at Allah yg mudah dan sunnah Rasulullah yang suci.Baca lagi testimony ana diatas bro….?
Jika tujuan mrk mengadakan perayaan Maulid Nabi adalah untuk mengagungkan Rasulullah dan mengingatnya, mencintainya, mengenangnya tidak diragukan lagi bahwa caranya tidaklah seperti itu (berkumpul, tertawa, makan makanan disertai tari-tarian bercampur-baur laki-laki dengan perempuan, walaupun disertai dengan muatan ceramah dan do’ah bersama). Ini fitnah,katanya wahabi yang katanya thoriqohnya salaf koq memfitnah,gimana c…?,padahal ana ikut maulud g ada acara acara tertawa disertai tari-tarian bercampur-baur laki-laki dengan perempuan ini fitnah,katanya salaf kok menyebarkan fitnah ce…?
@Salaf Tulen: anda semua yg mendukung maulid..bersiap siaplah menyiapkan tempat duduk anda di neraka…..
Homen nt jal,kayak Tuhan aja dengan gampang mengatakan begitu kepada orang…?
Sadar,Istighfar yang banyak…!
@Gadis Arab: @Nona Arab:
percuma Nona, org2 ni dah tersesat jauh. yg dipakai hanya nafsux. yaa gini de jadinya..(g terbalik ta,nt udah ngedengerin g penjelsasan diatas tadi.Nt faham g apa yang dijelasin diatas tadi kalo nt g faham ahsan g usah bahas masalah ini daripada nt salah ucap malah menyesatkan ummat saja…
Persamaan Wahaby dan Khawarij
Tidak semua kelompok Wahabi (Salafi) rela jika disebut Wahabi, walaupun mereka semua sepakat untuk menjadikan Muhammad bin Abdul Wahab sebagai tempat rujukan dan pemimpin. Hanya beberapa gelintir orang Wahaby saja yang rela jika dirinya disebut sebagai Wahaby. Selain sebutan Wahaby memiliki konotasi negatif berupa panggilan celaan, mereka juga bersikeras untuk disebut sebagai kelompok Salafy –sebagai pengganti sebutan Wahaby- agar terhindar dari sebutan negative tadi dan supaya mendapat tempat di sisi golongan Ahlusunah wal Jamaah. Padahal jika kita teliti lebih dalam lagi niscaya akan kita dapati bahwa ajaran dan prilaku mereka sama sekali tidak mencerminkan ajaran dan keyakinan para Salaf Saleh sebagai pendiri Ahlusunah. Akan tetapi ajaran dan prilaku kaum Wahaby lebih cocok jika disandingkan dan disejajarkan dengan kaum Khawarij yang telah dikutuk dalam lembaran sejarah kaum muslimin. Hal itu dikarenakan Rasul sendiri pun telah mencela mereka. Dan pada kenyataannya, terbukti sebagian orang telah menyamakan kaum Wahabi (Salafi) dengan kelompok Khawarij dengan melihat beberapa kesamaan yang ada.
Melihat dari sejarah yang pernah ada, kelompok Khawarij adalah kelompok yang sangat mirip sepak terjang dan pemikirannya dengan kelompok Wahabi sekarang ini. Oleh karenanya, bisa dikatakan bahwa kelompok Wahabi adalah pengejawantahan dan kelanjutan dari kelompok Khawarij di masa sekarang ini. Secara global dapat disebutkan beberapa sisi-sisi kesamaan antara kelompok sesat Wahabi dengan golongan Khawarij yang dicela oleh Rasulullah saw.
Rasul pernah memberi julukan golongan sesat (Khawarij) tersebut dengan sebutan “Mariqiin”, yang berarti “lepas” dari Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya.[Lihat: Musnad Imam Ahmad bin Hanbal jilid :2 halaman:118] Sedikitnya terdapat enam sisi-sisi kesamaan antara dua golongan ini yang tentu meniscayakan vonis hukuman dan konsekuensi yang sama pula. Adapun enam sisi kesamaan tadi mencakup:
Pertama: Sebagaimana kelompok Khawarij dengan mudah menuduh seorang muslim dengan sebutan kafir, kelompok Wahabi pun sangat mudah menuduh seorang muslim sebagai pelaku syirik, bid’ah, khurafat dan takhayul yang semua itu adalah ‘kata halus’ dari pengkafiran (Takfir), walaupun dalam beberapa hal sebutan-sebutan itu memiliki kesamaan dengan kekafiran itu sendiri jika dilihat dari konsekwensi hukumnya. Oleh karena itu, kaum Wahaby juga layak dijuluki dengan sebutan Jama’ah Takfiriyah (kelompok pengkafiran), suka dan hoby menyasatkan dan mengkafirkan kelompok muslim lain selain kelompoknya. Mereka (Wahaby dan Khawarij) sama-sama merasa hanya ajarannya saja yang benar-benar murni dan betul. Abdullah bin Umar dalam mensifati kelompok Khawarij mengatakan: “Mereka menggunakan ayat-ayat yang diturunkan bagi orang-orang kafir lantas mereka terapkan untuk menyerang orang-orang beriman”.[Lihat: kitab Sohih Bukhari jilid:4 halaman:197] Ciri-ciri semacam itu juga akan dengan mudah kita dapati pada pengikut kelompok Salafi palsu (Wahabi) berkaitan dengan saudara-saudaranya sesama muslim. Bisa dilihat, betapa mudahnya para rohaniawan Wahabi (Muthowi’) menuduh para jamaah haji -tamu-tamu Allah (Dhuyuf ar-Rahman)- sebagai pelaku syirik dan bid’ah dalam melakukan amalan yang dianggap tidak sesuai dengan akidah dan keyakinan mereka. Padahal semua orang muslim datang menuju Baitullah Ka’bah dengan tetap meyakini bahwa “tiada tuhan melainkan Allah swt dan Muhammad saw adalah utusan Allah swt”.
Kedua: Sebagaimana kelompok Wahabi telah disifati dengan “Pembantai kaum muslim dan perahmat bagi kaum kafir (non-muslim)”, hal itu sebagaimana yang tercantum dalam hadis Nabi: “Mereka membunuh pemeluk Islam, sedang para penyembah berhala mereka biarkan”,[Lihat: kitab Majmu’ah al-Fatawa karya Ibnu Taimiyah Jilid: 13 halaman: 32] maka sejarah telah membuktikan bahwa kelompok Wahabi pun telah melaksanakan prilaku keji tersebut, terkhusus di awal-awal penyebarannya. Sebagaimana yang tercatat dalam kitab-kitab sejarah berupa pembantaian beberapa kabilah Arab muslim yang menolak ajaran sesat Wahabisme. Hal itu pernah dilakukan pada awal penyebaran Wahabisme oleh pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab an-Najdi. Ia dengan dukungan Muhammad bin Saud -amir wilayah Uyainah- yang mendapat bantuan penuh pasukan kolonialis Inggris yang kafir sehingga akhirnya dapat menaklukkan berbagai wilayah di dataran Arabia. Pembantaian berbagai kabilah dari kaum muslimin mereka lakukan di beberapa tempat, terkhusus di wilayah Hijaz (sekarang Arab Saudi) dan Irak kala itu, dikarenakan penolakan mereka atas ajaran sesat Muhammad bin Abdul Wahab.
Ketiga: Sebagaimana kelompok Khawarij memiliki banyak keyakinan yang aneh dan keluar dari kesepakatan kaum muslimin seperti keyakinan bahwa pelaku dosa besar dihukumi kafir yang darahnya halal, kaum Wahabi pun memiliki kekhususan yang sama. Mereka menuduh kaum muslim yang berziarah kubur Rasulullah dengan sebutan syirik, bid’ah, khurafat dan takhayul yang semua itu sama dengan pengkafiran terhadap kelompok-kelompok tadi.
Keempat: Sebagaimana kelompok Khawarij memiliki jiwa Jumud (kaku), mempersulit diri dan mempersempit luang lingkup pemahaman ajaran agama, maka kaum Wahabi pun mempunyai kendala yang sama. Banyak hal mereka anggap bid’ah dan syirik namun dalam penentuannya mereka tidak memiliki tolok ukur yang jelas dan kuat, bahkan mereka tidak berani untuk mempertanggungjawabkan tuduhannya tersebut dengan berdiskusi terbuka dengan kelompok-kelompok yang dianggapnya sesat. Kita dapat lihat, blog-blog dan situs-situs kelompok Wahaby tidak pernah ada forum diskusi terbuka. Sewaktu jamaah haji pergi ke tanah suci tidak diperkenankan membawa buku-buku agama dan atau buku tuntunan haji melainkan yang sesuai dengan ajaran mereka. sementara di sisi lain, mereka menggalakkan dakwah dan penyebaran akidahnya melalui berbagai sarana yang ada –seperti penyebaran buku, brosur, kaset dan sebagainya- kepada para jamaah haji.
Kelima: Sebagaimana kelompok Khawarij telah keluar dari Islam dikarenakan ajaran-ajarannya yang telah menyimpang dari agama Islam yang dibawa oleh Muhammad Rasulullah saw, Wahabi pun memiliki penyimpangan yang sama sehingga keislaman mereka pun layak untuk diragukan. Pengkafiran kelompok lain yang selama ini dilakukan oleh kaum Wahaby cukup menjadi bukti konkrit untuk meragukan keislaman mereka. karena dalam banyak riwayat disebutkan bahwa barangsiapa yang mengkafirkan seorang muslim maka ia sendiri yang terkena pengkafiran tersebut. Dalam sebuah hadis tentang Khawarij yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahih-nya, yang dapat pula diterapkan pada kelompok Wahabi dimana Rasul bersabda: “Beberapa orang akan muncul dari belahan Bumi sebelah timur. Mereka membaca al-Quran, tetapi (bacaan tadi) tidak melebihi batas tenggorokan. Mereka telah keluar dari agama (Islam) sebagaimana terkeluarnya (lepas) anak panah dari busurnya. Tanda-tanda mereka, suka mencukur habis rambut kepala”.[Lihat: kitab Shahih Bukhari, kitab at-Tauhid Bab:57 Hadis ke-7123] Al-Qistholani dalam mensyarahi hadis tadi mengatakan: “Dari belahan bumi sebelah timur” yaitu dari arah timur kota Madinah semisal daerah Najd. [Lihat: kitab Irsyad as-Saari Jil:15 Hal:626] Sedang dalam satu hadis lain disebutkan, dalam menjawab perihal kota an-Najd: “Di sana terdapat berbagai goncangan, dan dari sana pula muncul banyak fitnah”. [Lihat: kitab Musnad Ahmad bin Hanbal jilid: 2 halaman:81 atau jilid: 4 halaman: 5] Atau dalam ungkapan lain yang menyebutkan: “Disana akan muncul qorn setan”. Dalam kamus bahasa Arab, kata “qorn” berartikan umat, pengikut ajaran seseorang, kaum atau kekuasaan. [ Lihat: kitab Al-Qomuus jilid:3 halaman:382, asal kata: qo-ro-na] (kalo bukan wahabi/salafy trus siapa lagi lha wong markas besarnya mereka disitu). Sedang kita tahu bahwa kota Najd adalah tempat lahir dan tinggal Muhammad bin Abdul Wahab an-Najdi, pendiri Wahabisme. Selain kota itu sekaligus sebagai pusat Wahabisme dan dari situ pulalah pemikiran Wahabisme disebarluaskan dan diekspor ke segala penjuru dunia, termasuk Indonesia. Dari semua hadis tadi dapat diambil benang merah bahwa di kota Najd-lah tempat munculnya pengikut ajaran wahabi/salafy. Banyak tanda zahir dari kelompok tersebut. Selain mengenakan celana, gamis atau sarung hingga betis, suka mencukur pendek rambut kepala sedangkan jenggot dibiarkan bergelayutan tidak karuan adalah salah satu ciri-ciri zahir pengikut kelompok ini. Tanda-tanda yang lebih nampak lagi ialah, mereka sangat lancar dan fasih sewaktu menuduh kelompok selainnya dengan sebutan pelaku syirik, bid’ah, khurafat dan takhayul.
Alasan kewaspadaan kita juga dikarenakan kaum Wahaby (Salafy palsu) itu selalu menganggap mazhabnya adalah mazhab yang paling benar, dirinya sebagai orang yang paling bertauhid dan ajarannya adalah ajaran yang paling bersih dari syirik, bid’ah, takhayul dan khurafat. Sehingga dari situlah akhirnya mereka mudah menuding golongan lain –selain golongannya- dengan sebutan ahli bid’ah, penganut syirik, berkeyakinan khurafat dan takhayul. [Lihat: kitab Ar-Rasail al-Ilmiyah karya Muhammad bin Abdul Wahab Hal: 79] Padahal jika kita lihat, dalam ajaran Islam dan prilaku Salaf Saleh membuktikan bahwa menuduh seseorang dengan julukan-julukan tadi bukanlah perbuatan mudah, perlu ada dasar yang kuat dan bukti yang konkrit dari al-Quran dan as-Sunah yang sahih. Dan terbukti Rasulullah dan para Salaf Saleh tidak pernah melakukan pengkafiran semacam itu kecuali terhadap orang-orang yang terlibat dalam gerakan Khawarij.
Mereka ternyata hanya menyandarkan pendapatnya pada fatwa-fatwa para ulama Wahaby yang mayoritas berasal dari Saudi Arabia (seperti para anggota Lajnatul Ifta’), negara muslim kaya minyak yang sangat royal dan loyal terhadap semua kepentingan USA, namun kikir terhadap kepentingan sesama muslim. Bahkan beberapa tahun yang lalu Arab Saudi -yang konon- bertujuan untuk melindungi al-Haramain as-Syarifain (Makkah dan Madinah) pun harus mendatangkan bala tentara yang jelas-jelas kafir (tentara USA) ke tanah suci umat Islam sehingga beberapa kasus pelecehan pun terjadi di sana-sini. Apakah semua ini adalah hakekat pemraktekkan ajaran Salaf Saleh yang mereka dengung-dengungkan selama ini? Jika mereka benar akan menegakkan ajaran Salaf Saleh niscaya mereka tidak akan merendah dan menghamba terhadap USA yang kafir. Mana akidah tauhid murni yang konon mereka dapati dari al-Quran, as-Sunnah dan prilaku Salaf Saleh yang hendak mereka tebarkan, namun pada kenyataannya ternyata mereka tidak konsekuen karena terbukti mereka masih berlindung di bawah ketiak manusia-manusia kafir tentara USA, padahal penjagaan Masjidil Haram telah dijamin sebagaimana yang disinyalir dalam al-Quran surat al-Fiil (kisah Abrahah)? Apakah mereka sudah tidak mengimani lagi al-Quran sehingga harus mengundang tentara Kafir ke tanah suci, ataukah ada maksud lain? Atau kenapa mereka harus menggunakan metode “pengkafiran” kelompok lain yang tidak sepaham dengannya, apakah hal itu yang diajarkan oleh para Salaf Saleh? Bukankah para Salaf Saleh –Nabi, Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ Tabi’in- adalah orang-orang mulia yang tidak mudah menuduh orang lain yang tidak sependapat dengan mereka dengan tuduhan-tuduhan busuk semacam itu? Pendustaan atas nama Salaf Saleh model apakah ini? Masih layakkah mereka mengaku-ngaku sebagai penghidup ajaran Salaf Saleh yang berdasar al-Quran dan as-Sunnah as-Shahihah sedang mereka masih terus melakukan mengatakan orang-orang yang tidak sepemahaman dengan mereka.Tapi mereka terus bermesraan dengan golongan kafir seperti USA beserta sekutunya?
@ El-Muhibbin, komentar2 mereka memang ingin keluar dari inti pembahasan. Artikel hanya membahas sikap mereka yang tidak sama dengan Ibn Taimiyah yang diakui sebagai imam mereka, dan sampai sekarang tidak ada satupun jawaban yang persis dan meyakikan untuk mengelak karena mereka hanya bisa copypaste dari guru2 mereka yang tidak ada kaitan sama sekali dengan artikel di atas.
Kini semua pengunjung benar2 telah bisa ngebuktiin bahwa wahhabi hanya pandai berkoar2 tapi tidak dapat berdiskusi secara ilmiah.
Bravo forsansalaf…….!!
@ all pengunjung, mohon anda bersabar, jangan terburu-buru membahas tentang maulid. Tunggu artikel kami dengan judul “ Maulid Dalam Al-Qur’an Dan Hadits”. Dan bersiap-siaplah untuk berdiskusi ilmiah !
@taubat: “Sedikit diatas Sunnah itu lebih baik daripada banyak tapi diatas bid’ah” Apalah susahnya meninggalkan daripada melakukan amalan yang ndak ada contohnya dari Rasulullah shalalahu alaihiwassallam dan para sahabatnya?(ini adalah testimoni nt),
kalo nggak ada manfaatnya,ulama2 dulu nggak akan memperinati peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W orang-orang dlu g sembarangan mau mengatakan ini itu bukannya orang janman sekarang udah hafal hadits sedikit saja udah ngerti ilmu sedikit saja udah berani mengeluarkan fatwa.Kita liat saja Seorang Shulthon sekaligus Panglima Besar Perang melawan Tentara salibis yang dimana dia itu untuk mengobarkan semangat jihad para mujahidin melawan para Pasukan Tentara Salibis(Laknatullah Alaih) yang dimana ingin menumbagkan pemerintahan islam.Tapi usaha dari para Pasukan Tentara Salibis(Laknatullah Alaih) itu sia-sia belaka.Sehabis para mujahidin yang dipimpin langsung oleh Panglima besar Sultan Salahuddin Al-Ayyubi memenangkan pertempuran itu yang dimana semngat jihat para mujahidin itu berkobar setelah panglima mereka (Sulthan Salahuddin Al-Ayuubi) merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W yang diperayaan Maulid Nabi Muhammad S.A.W itu dijelaskan tentang gimana sejarahnya Rasululah S.A.W dan para sahabat-sahabat beliau R.A memperjuangkan islam dan menyebarkan islam yang dimana semangat juang mereka semakin berkobar dan tak takut mati dimedan perang dan Alhamdulillah mereka memenangkan pertempuran itu,Barakallah
@elfasi: ana faham,soalnya mereka ini terlalu sibuk mengatakan orang pelaku bid’ah sirik khurafat,takhayuyul dan laen laen seperti halnya orang khawarij yang kegemarannya suka mengkafirkan orang yang diluar pemahamannya(golongannya)jadi mereka sekarang ini bingung untuk menjawab pertanyaan2 ini…
Kalo masih kurang,ntar ana kasih lagi……………………..
Ana mau nanya sesuatukepada wahaby/salafy ,apakah Rasulullah S.A.W pernah memrintahkan untukmembubuhkan tanda pada bacaan pada Mushaf…?
‘Abdullah Bin Mas’ud R.a adalah salah seorang sahabat yang menghafal 70 surat Al-Qur’an secara langsung dari Rasulullah S.A.W.Rasulullah S.A.W bersabda:
Barangsiapa ingin membaca Al-Qur’an seperti ketika diturunkan,maka hendaknya dia membaca sesuai dengan cara baca Ibnu Ummi Ma’bud(julukan ‘Abdullah bin Mas’ud)
Beliau menigikuti pertemputran badar dll.Meriwayatkan 848 Hadits dan wafat pada tahun 32H dalam usia 60 tahun leibih(Liha Sayyid ‘Abbas Al-Maliki Ibanatul Ahkam,Juz I,DIratus Tsqafati Islamiyyah ,Beirut, Hal 163.
‘Abdullah Bin Mad’ud ,seorang sahabat yang mulia bahkan berkata:
Jangan beri Al-Qur’an titik maupun harakat.
Tapi tanda baca dalam Mushaf yang dibubuhkan tersebut baru ada pada akhir abad pertama.Dan orang yang pertama kali memberi tanda pada Mushaf adalah Yahya Bin Mas’ud Bin Ya’mar(wafat pada tahun 90H)
Lihat Ahmad bin Syu’aib Abu ‘Abdurrahman An-Nasa’I, As-Sunan Al-Kubra, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Cet.1,Jus.6, Hal 240.Dan lihat juga Sulaiman Bin Ahmad bin Ayyub Abdul Qasim Ath-Thabrani, Al-Mu’jamul Kabir , MAktabul ‘Ulum Wal Hikam, Mushil, Cet. 2, Juz. 9, Hal.353.
Ucapan Sayyidina ‘Abdullah Bin Mas’ud R.a dan kenyataan bahwa tidak ada seorang sahabat yang mencontohkan.membuat ulama dimana itu me-makruh-kan usaha pemberian tanda pada mushaf.Mereka khawatir dengan pemberian tanda pada mushaf akan merubah isi Al-Qur’an.Namun setelah menyadari kemunduran ummat,dan terbukti bahwa pemberian tanda pada Al-Qur’an Al-Karim terbukti tidak akan pernah merubah isi daripada Mushaf (Al-Qur’an) para ulama akhirnya menyetujui pemberian tanda pada Mushaf.
Imam Ghazali Rahimahullah Ta’ala Wa Ardha berkata Mekiopun pemberian titik dalam huruf-huruf mushaf itu sebuah perkara yang baru(muhdats),tetapi iti tidak terlarang. Seba ,betapa banyak perbuatan baru yang baik penyelenggaraan shalat tarawih secara berjamaah(dimasjidselama sebulan) adalah salah satu perbuatan baru(muhdats),bid’ah) khaifah ‘Umar R.a dan perbuatan tersebut adalah bid’ah yang baik (bid’ah hasanah). Bid’ah yang tercela adalah segala perbuatan baru yang bertentangan dengan Sunah terdahulu atau dapat merubah sunah.(Muhammad Bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Darul Fikr, Beirut, hal.259)
Jels bukan,ternyata bahwa apa yang tidak dicintohkan atau diperintahkan oleh Nabi Muhammad S.A.W secara langsung itu sesat. Dari penjelasan disini anda para pembaca yang beraliran apapun bias dan dapat menyimpulkan bahwa sesuatu yang tidak dicintohkan atau diperintahkan oleh Nabi Muhammad S.A.W secara langsung itu sesat selama tidak meyimpang daripada Al-Qur’an dan Sunnah.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W ternyata dicontohkan oleh Nabi Muhammad S.A.W sendiri
Ini kata-kata tadi anda mungkin tersentak kaget,terheran heran,ataupun kayak orang kebakaran jenggot.Soalnya selama ini banyak orang yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad S.A.W tidak pernah mencontohkan perayaan hari kelahirannya.Mari kita bahas islam dengan hati yang bersih dan jernih,karena islam adalah agama yang bersih dan suci.Pernah Nabi Muhamaad S.A.W ditanya tentang puasa hari senin dan kamis.Diriwayatkan dalah sebuah Hadits Shohih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,Abu Dawud,dan Ahmad disebutkan bahwa ketika Rasullah ketika ditanya tentang puasa hari senin , Rasulullah S.A.W bersabda:
Di hari itu aku dilahirkan dan dihari itu pula aku memperoleh wahyu(Al-Quran).(HR.Imam Muslim,Abu Dawud, dan Ahmad).
Lihatlah dari Hadits yang shohih diatas,akankah kita mengingkari hadits yang keluar dari mulut seorang Nabi yang sangat dicintai oleh Allah S.W.T. Nabi Muhammad S.A.W yang suci,akankah kita mengingkari hadits yang keluar dari mulut seorang Rasulullah S.A.W yang suci…?.Ketika kita Rasulallah ditanyai tentangb puasa hari senin beliau Rasulullah S.A.W hanya menjawab, Di hari itu aku dilahirkan dan dihari itu pula aku memperoleh wahyu(Al-Quran),Rasulullah S.A.W tidak menerangkan pahala ataupun fadilah puasa hari senin kamis namum nabi malah berkata : Di hari itu aku dilahirkan dan dihari itu pula aku memperoleh wahyu(Al-Quran).
Dan Mungkin anda pernah diberi tau oleh seseorang yang mengatakan bahwa nabi Muhammad S.A.W juga meniggalpada hari senin…?. Tidakah mungkin kesedihan dan kebahagiaan berlangsung jadi satu…?
Itu adalah propaganda yang dibut oleh orang-orang yang sukanya membuat propaganda dalam islam,dan kita jangan sampai terkecoh oleh propaganda itu…!
Dalam Kitab Al-Hawi Lil Fatawa, Imam Ass-Suyuthi Rahimahullahu :
Sesungguhnya kelahiran Rasulullah S.A.W merupakan nikmat terbesar yang diberikan Allah S.W.T kepada kita dan wafatnya beliau S.A.W adalah musibah teramat agung bagi kita. Syariat telah memerintahkan kita untuk menampakkan rasa syukur dan nimat yang kita peroleh serta bersabar dan tenang dalam menghadapi musibah, dan tidak mengungkit-ungkitnta. Hanya saja, syariat memerintahkan kita untuk melakukan Sunnah aqiqah gabi bayi yang lahir sebagai perwujudan rasa syukur dan senang atas bayi yang lahir tersebut dan ketika kematian tiba syariat tidak memerintahkan kita untuk meyembelih kambing maupun yang laein. Bahkan syariat melarang kita untuk meratapi mayat dan menampakan keluh kesah. Bergabai kaidah syariat seperti diatas menunjukkan bahwa pada bulan kelahiran Nabi ini seharusnya kita tunjjukan rasa senang dengan kelahiran beliau S.A.W dan tidak menampakkan rasa sedih atas wafatnya beliau S.A.Wdibukan ini.(Abdurrahman Bin Abu Bakar As-Suyuthi, Al-Hawi Lil Fatawa, Darul Fikr, Juz.1, Hal.226.)
Kiranya didalam kitab karangan Imam As-Suyuthi diatas nampak jelas .Mereka yang berniat untukmencari kebenaran(bukan pembenaran) akan mendapatkan pencerahan dan menerima uraian singkat beliah R.h dengan senang dan lapang dada.
Pendapat Imam Hasan Al-Bashri R.a tentang Maulid Nabi Muhammad S.A.W
Al-Imam Hasan Al-Bashri R.a adalah seorang tabi’in yang lahir dikota Madinah pada dua tahun terakhir pemerintahan Khalifah ‘Umar Bin Khattab R.A.
Khalifah ‘Umar Bin Khattab R.A. mendoakan beliau Al-Imam Hasan Al-Bashri R.a :
Ya Allah,jadikan dia sebagai seseorang yang memiliki pemahaman terhadap agama dan dicintai oleh masyarakat.
Dan kesholehan daripada Al-Imam Hasan Al-Bashri R.a menarik hari para sahabat nabi,sehingga para Sayyidina Anas Bin Malik R.A berkata:
Bertanyalah kepada Al-Hasan (tidak lain adalah Al-Imam Hasan Al-Bashri R.a) sebab dia masih ingat sedangkan kami telah lupa.(Lihat Adz-Dzahabi, Siar A’lam Nubala, Darul Fikr, Beirut-Lebanon, Juz3,Hal.410).
Mari kita lihat pendapat Al-Imam Hasan Al-Bashri R.a terhadap peringatan Maulud Nabi Muhammad S.A.W. dalam sebuah riwayat disubutkan bahwa beliau Al-Imam Hasan Al-Bashri R.a berkata:
Andaikata aku memiliki emas sebesar bukit Uhud,maka akan kudermakan semuanya untuk penyelenggaraan pembacaan maulid Rasul.(Lihat kitab Abu-Bakar bin Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I’anathuth Thalibin,Darul Fikr, Juz.3,Hal.255.).
Pendapat Syeikh Sirri As-Saqathi(wafat pada 253H)
Syeikh Sirri As-Saqathi adalah paman sekaligus dari Imam Junaid dan juga sekaligus murid dari Syekh Ma’ruf Al-Karhi. Kesalehan dan kegigihan Syeikh Sirri As-Saqathi dalam beribadah tidak diragukan lagi. Imam Junaid(paman Syeikh Sirri As-Saqathi) berkata: Aku tidak melihat seseorang yang lebih hebat ibadahnya dari Sirri (Syeikh Sirri As-Saqathi). Selama 98 tahun beliau tidak pernah berbaring kecuali pada saat sakit menjelang wafatnya supaya pada waktu dia tidur diposisi duduk tidak membatalkan Wudlunya sampai mejnelang wafatnya(inilah contoh dari pada ajaran salaf yang selalu dipegang dan tidak diremehkan oleh Syeikh Sirri As-Saqathi meskipun ini adalah permasalah yang sepele)( lihat dikitab Abul Qashim ‘Abdul KArim Bin Hawazin, Ar-Risalatul Qusairiyyah, Darul Khair,Hal.417-418).
Dan beliau adalah orang yang sangat mencintai Akan Majelis Maulid Nabi Muhammad S.A.W.
Dalam sebuah kesempatan beiau berkata : Barang siapa mendatangi sebuah tempat simana disana dibacakan Maulid Nabi(sejarah Nabi Muhammad S.A.W), makadia telah mendatangi sebuah taman surga. Sebab tujuannya mendatangi iti tidak laen adalah untuk mengungkapkan rasa cinta kepada Rasulullah S.A.W,sedangkan Rasulullah S.A.W bersabda:
Barangsiapa mencintaiku, maka dia besamaku di surga.(Lihat kitab Abu Bakar bin Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I’anathuth Thalibin,Darul Fikr, Juz.3,Hal.255.).
Perhatikan perkataan Syeikh Sirri As-Saqathi tersebut,bahwa barang siapa yang duduk dimajlis maulid Nabi Muhammad S.A.W berarti dia seperti duduk di taman surga.dan ucapan beliau ini beliau ucapkan setelah beliau mendalami Al-Qur’an dan Hadits serta mengamalkannya.Sekarang terserah kepada anda,dan mana yang anda ikuti pendapat lama salaf yang pendapatnya telah kamu kemukakan atau sebagian orang diakhriw zaman yang keluasan ilmu,pengetahuan,dan pengamalan tentang agama g terbukti.
@meldian: MAULID ITU SAMA DENGAN HAUL TOH!
HAUL ITU SAMA DENGAN HAPPY BIRTH DAY TOH!
BERARTI HAPPY BIRTHDAY SAMA DENGAN MAULID, BENAR APA BENAR?
Makanya jangan maulid karena maulid sama dengan perayaan sekali setahun atau Ulang Tahun!(ini kan testimoninya antum), sekarang ana mau nanyak pertanyaan ana sangat gampang.
Haul itu apa c…?
Maulid Nabi Itu artinya apa c…?
Dan Happy Birth Day itu apa c…?
Tolong dijawab,ini adalah pertanyaan yang sangat gampang sekali,akalo anda tidak bisa menjawab 3 pertanyaan dari ana ini ahsan nt nggak usah ikutan,daripada g ngerti ikut2an,trus mengatakan yang g tau,trus bisa2 Menyesatkan Ummat
Ini mana para wahaby/salafi koq pada diem semuanya,kenapa udah klepek2 ya kenak testimoni dari ana…?
@babyfish: “Wahai manusia, ucapkanlah dengan yang biasa (wajar) kalian ucapkan! Jangan kalian terbujuk oleh syaitan, aku adalah Muhammad, hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak suka kalian mengangkat (menyanjung)ku di atas (melebihi) kedudukan yang telah Allah berikan kepadaku.
[ HR. Ahmad (III/153, 241, 249), an-Nasa-i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 249, 250) dan al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (no. 2675). Sanadnya shahih dari Sha-habat Anas bin Malik ..bukankah dalam maulid itu org memuji2 rasullulah dengan cara yg melebihi2 bahkan sedar atau tidak memuji nabi saw sampai menyamakan ama ALLAH?? bukan kah nabi sendiri melarang keras akan perbuatan itu ?(ini kan testimoni antum),apkah antum g pernah mendengar sebuah hadits:tidak aku utus engkau wahai muhammad kecuali untuk Rahmat untuk seluruh alam.
Apakah anda udah meneliti betul-betul membaca testimoni ana itu yang ada kata RAHMAT,nama RAHMAT itu Nama-Nya Allah S.W.T didalam asmaul husna,tapi kenapa ALlah S.W.T memberikan Nama-Nya kenapa Seorang Rasul yang sangat dicintai oleh Allah.Allah sendiri menyebut dan memberikan namnanya dan sampai memuji nabi Muhammad S.A.W seperti itu,apakah kita yang sebagai ummatnya yang sangat mencintai beliau apakah kita salah jika kita memuji beliau sebagaimana Allah S.W.T memuji kekasihnya Rasulullah S.A.W…?
Tolong dijawab,jangan ngomong seperti tadi tapi g bisa njawabnya kan lucu…………………………
* Firman Allah : “(Isa berkata dari dalam perut ibunya) Salam sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkan” (QS Maryam 33)
* Firman Allah : “Salam Sejahtera dari kami (untuk Yahya as) dihari kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan” (QS Maryam 15)
* Rasul saw lahir dengan keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain hadits no.4177)
* Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yg menjadi pembantunya Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat saat melahirkan, ia (ibu utsman) melihat bintang bintang mendekat hingga ia takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya terang benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang benderangnya kamar dan rumah (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
* Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam)
* Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat melahirkan Nabi saw melihat cahaya yg terang benderang hingga pandangannya menembus dan melihat Istana Istana Romawi (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
* Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran Persia yg 1000 tahun tak pernah padam. (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
Kenapa kejadian kejadian ini dimunculkan oleh Allah swt?, kejadian kejadian besar ini muncul menandakan kelahiran Nabi saw, dan Allah swt telah merayakan kelahiran Muhammad Rasulullah saw di Alam ini, sebagaimana Dia swt telah pula membuat salam sejahtera pada kelahiran Nabi nabi sebelumnya.
Rasulullah saw memuliakan hari kelahiran beliau saw Ketika beliau saw ditanya mengenai puasa di hari senin, beliau saw menjawab : “Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan” (Shahih Muslim hadits no.1162).
Dari hadits ini sebagian saudara2 kita mengatakan boleh merayakan maulid Nabi saw asal dg puasa. Rasul saw jelas jelas memberi pemahaman bahwa hari senin itu berbeda dihadapan beliau saw daripada hari lainnya, dan hari senin itu adalah hari kelahiran beliau saw. Karena beliau saw tak menjawab misalnya : “oh puasa hari senin itu mulia dan boleh boleh saja..”, namun beliau bersabda : “itu adalah hari kelahiranku”, menunjukkan bagi beliau saw hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah dari hari hari lainnya, contoh mudah misalnya zeyd bertanya pada amir : “bagaimana kalau kita berangkat umroh pada 1 Januari?”, maka amir menjawab : “oh itu hari kelahiran saya”. Nah.. bukankah jelas jelas bahwa zeyd memahami bahwa 1 januari adalah hari yg berbeda dari hari hari lainnya bagi amir?, dan amir menyatakan dengan jelas bahwa 1 januari itu adalah hari kelahirannya, dan berarti amir ini termasuk orang yg perhatian pada hari kelahirannya, kalau amir tak acuh dg hari kelahirannya maka pastilah ia tak perlu menyebut nyebut bahwa 1 januari adalah hari kelahirannya, dan Nabi saw tak memerintahkan puasa hari senin untuk merayakan kelahirannya, pertanyaan sahabat ini berbeda maksud dengan jawaban beliau saw yg lebih luas dari sekedar pertanyaannya, sebagaimana contoh diatas, Amir tak mmerintahkan umroh pada 1 januari karena itu adalah hari kelahirannya, maka mereka yg berpendapat bahwa boleh merayakan maulid hanya dg puasa saja maka tentunya dari dangkalnya pemahaman terhadap ilmu bahasa. Orang itu bertanya tentang puasa senin, maksudnya boleh atau tidak?, Rasul saw menjawab : hari itu hari kelahiranku, menunjukkan hari kelahiran beliau saw ada nilai tambah pada pribadi beliau saw, sekaligus diperbolehkannya puasa dihari itu. Maka jelaslah sudah bahwa Nabi saw termasuk yg perhatian pada hari kelahiran beliau saw, karena memang merupakan bermulanya sejarah bangkitnya islam.
Rasulullah saw memperbolehkan Syair pujian di masjid Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yg lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dg doa : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : “betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)
Ini menunjukkan bahwa pembacaan Syair di masjid tidak semuanya haram, sebagaimana beberapa hadits shahih yg menjelaskan larangan syair di masjid, namun jelaslah bahwa yg dilarang adalah syair syair yg membawa pada Ghaflah, pada keduniawian, namun syair syair yg memuji Allah dan Rasul Nya maka hal itu diperbolehkan oleh Rasul saw bahkan dipuji dan didoakan oleh beliau saw sebagaimana riwayat diatas, dan masih banyak riwayat lain sebagaimana dijelaskan bahwa Rasul saw mendirikan mimbar khusus untuk hassan bin tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan syair syairnya (Mustadrak ala shahihain hadits no.6058, sunan Attirmidzi hadits no.2846) oleh Aisyah ra bahwa ketika ada beberapa sahabat yg mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata : “Jangan kalian caci hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah saw”(Musnad Abu Ya’la Juz 8 hal 337).
@ sufi, komentar anda lebih pas di artikel berjudul “MAULID DALAM AL-QUR’AN DAN HADITS”. syukron.
aku pilih membaca kitab2 salafussoleh& imam bukhori.
dari pada almarhum al bani the gank yang hidup di ZAMAN MODERN ZAMAN PENUH KEPALSUAN.iri dan kedengkian.
Firman Alloh, “Dan berilah peringatan, karena sesungguhnya peringatan sangat bermanfaat bagi kaum yang beriman.” (QS. Adz Dzariyah:55)
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku(nabi Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.( QS Ali Imran : 31 )
Kenapa yach Para sahabat Nabi, tabi’in dan tabi’ut Tabi’in termasuk Imam yg Empat(Imam Abu hanifah,Malik,Syafi’i dan Ahman bin hanbal) tidak pernah merayakan Maulid Nabi?
Nabi dan para sahabatnya serta tabi’in dan tabiut tabi’in termasuk Imam yg empat tidak pernah merayakannya!
kalau itu baik pasti mereka lebih dulu merayakannya krn mereka adalah orang2 shalih terdahulu yg haus akan kebaikan2!!!
Lebih paham mana,lebih pintar siapa? kita atau Nabi dan Para sahabat nya?
Jawab dg hati yg Ikhlas dan jujur!!!
Allah akan merekam jawaban kalian!!!
Payahnya bila bercakap dengan orang yang jahil bab ijtihad ini. Atau Ridwan AbdiLlah ini menolak ijtihad para ulamak ?
Jangan anda sebut nama sahabat-sahabat dan para salafussoleh yang sudah banyak berijtihad dalam amalan ibadah yang kemungkinan besar bagi anda akan menjawab TIDAK PERNAH DIBUAT OLEH RASULULLAH.
Sepatutnya persoalan itu anda boleh baca dalam artikel Bid’ah dholalah.
Sekarang ini jawab sahaja fatwa ibnu taimiyyah yang sudah dipaparkan agar tidak lari tajuk. Sungguh saya malu dengan respon yang hanya menuju kepada MAULIDAN semata-mata padahal fatwa ibnu taimiyyah yang lain tidak dijawab!.
aku nimbrung …. dimana-mana orang yang ngaku SALAFI .. sok pintar,menganggap yang bukan golonganya Bida’ah,dan memang benar salafy hobynya mengkafirkan ulama dan golongan lain, padahal ..pengajian mereka kebanyakan Taklid (duduk mendengar) aku dah pernah ikut kajian mereka tapi lama2 neg juga .. para anggotanya suka menjelek2kan golongan lain, terutama mereka memfitnah Jamaah Tablig sesat,… apa salahnya mereka (Jamaah Tablig) apa pernah memaksa kaum salafi untuk ikut mereka?? Justeru dakwah Jamaah Tablig yang menurut aku nich…lebih sukses karena banyak Preman atau orang yang dulunya sesat mendapat Hidayah, aku nich mantan Preman tapi USt. Fauzi dari Jamaah tabligh yang selalu getol mengajak aku ke jalan kembali Allah,tanpa memvonis aku dah sesat,tapi dengan lemah lembut beliau memberikan aku siraman Rohani ,sehingga aku bisa bertaubat dan sekarang alhamdulillah bisa menjaga sholat berjaah,dan Setahu saya cara Dakwah Jamaah tabligh dengan Bil hikmah, Silaturaahim Door to Door, saling mengingatkan, tidak kaku seperti Salafi yang langsung mengatakan” Haram,Bid’ah,Sesat,” he..he.he.. Aku ga bisa bayangkan kalo yang dakwah orang Salafi,lha wong orang ngelihat saja mereka sudah NEGHHH… apalagi mendengar dakwahnya,..kalo jalan tuh sok kayak dia saja yg paling benar, ga mau bergaul dan bermasyarakat..masih baru tau satu dua hadis atau ayat tapi berlagak ustad yang tau banyak ilmu ,……
Akhi jomfikir yg ana cintai krn Allah? kenapa anda tidak menjawab apa yg saya tanyakan?
ini ana ulang pertanyaannya?
Kenapa yach Para sahabat Nabi, tabi’in dan tabi’ut Tabi’in termasuk Imam yg Empat(Imam Abu hanifah,Malik,Syafi’i dan Ahman bin hanbal) tidak pernah merayakan Maulid Nabi?
akhi jomfikir yg pintar,tolong yach jawab pertanyaan ana yg jahil ini!! kl ngga bisa coba tolong tanyakan ke saudar2 yg lain!! sukran jazzakumullah khairan katsiran, semoga Allah memberi hidayahNya kepada kita semua wahai saudara2 ku se Islam!! wahai saudara2ku yg mencintai Allah, Wahai saudara2ku yang mencintai Rasulullah !!!
@ RIDWAN :
anda berkata : Kenapa yach Para sahabat Nabi, tabi’in dan tabi’ut Tabi’in termasuk Imam yg Empat(Imam Abu hanifah,Malik,Syafi’i dan Ahman bin hanbal) tidak pernah merayakan Maulid Nabi?
dijawab oleh ibnu hajar al-asqolani : Adalagi yg mengatakan bahwa maulid itu g prnah dilakukan oleh nabi n para sahabat2nya. Yg berkata demikian ini Berarti g tau usul fiqh,krn meninggalkan sesuatu tanpa didasari oleh nash atas keharoman yg ditinggalkan maka tidak bisa dijadikan nash atau langsung memvonis harom.tapi faedahnya meninggalkan perbuatan tadi masyru’. Dan jika perbuatan yg ditinggalkan tadi bisa menyebabkan keharoman maka itu bukanlah faedah dari sesuatu yg ditinggalkan oleh nabi.kecuali jika ada dalil yg memperkuat atas keharomannya.ketika tidak ada dalil atas keharomannya maka jatuhlah pengingkaran spt ini.
>>> TANYA KENAPA? <<<
1. KENAPA yach Ibnu Taimiyah mengakui wali qutub dan wali abdal seperti dlm Majmu Fatawa 4/379 sedangkan wahabi sekarang tdk mengakuinya?
2. KENAPA yach Ibnu Taimiyah mengatakan orang-orang sufi itu ahli mukasyafah dan ahli tasarruf bahkan melebihi para malaikat
(Majmu’ Fatawa jilid 3 /363-377)dan jilid 4/379)
3. masih adakah SATU saja ustad wahabi yang meneladani Ibnu Taimiyah
(sekedar coba2, sebetulnya saya sudah pesimis pertanyaan ini akan mrk jawab)
@ ridwan : jika para imam empat tidak mengerjakan bukan berarti yg dilakukan oleh orang setelah nya harom.para imam 4 ini kan punya pengikut masing2,contohnya pengikut dr imam syafi’i spt imam suyuti,imam ibnu hajar al-asqolani dll nya.mrk tlah berpendapat bahwa maulid itu boleh2 aja semenjak tdk dibarengi dg sesuatu yg harom.jgn kan pengikut dari imam 4 ini yg mengatakan boleh.imam anda imam ibnu taimiyah menyatakan dg jelas ttg kebolehannya bahkan di do’kan lg yg mengamalkannya.ni saya tampilin lg pendapat ibnu taimiyah : iqtidho’ sirotil mustaqim hal 266
“وكذلك ما يحدثه بعض الناس ، إما مضاهاة للنصارى في ميلاد عيسى عليه السلام ، وإما محبة للنبي صلى الله عليه وسلم ، وتعظيمًا . والله قد يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد……. فإن هذا لم يفعله السلف ، مع قيام المقتضي له وعدم المانع منه
Apa pendapat ini msh kurang ????????????
buat mohammed sabri.nt kan ngajak debat lwt YM , itu sih sembunyi2.mau nggak debat lewat forum terbuka di cirebon.aku tunggu jawabannya klo nt brani…afwan klo ada kata2 yg kurang berkenan.
Mengapa Para Imam Mazhab itu tidak merayakan Maulidul Rasul ? Sebagaimana jawapan para sahabat yang lain. Mungkin anda tidak belajar perbezaan pendapat ijtihadiyyah di antara para ulamak dan BERADAB dengannya.
Jika anda sebutkan demikian, maka mungkin juga boleh anda jawabkan – cuba lihat pada IJTIHAD Imam Mazhab di atas mengenai ibadah. Dan seterusnya takkan anda tidak belajar bahawa di dalam mazhab itu pun ada ulamak mujtahid fatwa, mujtahid mazhab dan sebagainya :)
Anda hendak menolak maulid silakan (tapi janganlah memandai-mandai kata ia adalah SESAT). Dan jika nak ikuti pun silahkan.
Banyak PERKARA YANG KITA LAKUKAN SEKARANG inipun tidak pernah dibuat oleh IMAM 4 yang anda sebutkan itu bukan ? Anda sendiri boleh memikirkannya.
APA YG DI AJARKAN ROSULULLAH S.A.W IKUTI AJA G USAH RAGU,KEBENARAN TU YANG HAQ….SUKRON.
saya pernah membaca kitab iqtidho ash shirotol mustaqim karya ibnu taymiyyah, dan saya baca berkali-kali bersama kyai saya, memang ibnu taymiyyah sempat memuji peraya’an mauilid nabi, tetapi anda semua harus fair ketika membaca kitab, anda harus membaca terusan dari penggalan isi kitab tersebut, jangan sepotong potong, ntar malah jadi rancu, kasihan umat, saya juga sepakat bahwa wahhaby adalah aliran sesat dan menyesatkan, dan harus dikeluarkan dari bumi indonesia tercinta, tapi kita harus meneladani ulama kita yang terhormat, seperti al imam asy syafi’ie al quraysy, dan al imam ahmad, pernah suatu hari al imam ahmad bertamu ke kediaman al imam syafi’ie, pada saat shalat shubuh al imam as syafi’ie malakukan qunut yang menjadi ciri khas madzhab al imam asy syafiie, sedangkan al imam ahmad tidak melakukan hal tersebut tetapi apakah kedua imam pada saat itu bertengkar dan saling mencemo’oh? ternyata tidak, mereka saling bertoleran dan saling menghargai, inilah ciri seorang yang ‘alim ketika menyikapi sebuah khilafiyyah, selama khilaf itu berdasarkan dalil maka sah sah saja, karena khilaf itu terbagi bagi, salah satunya khilaf dalam memahami sebuah dalil, khilaf dalam menyikapi sebuah kedudukan hadits, jadi selama khilaf itu masih berada didalam koridor syari’at islam, sah sah saja, saya mengikuti mulai awal sampe akhir ternyata perdebatan yg terjadi tak berujung, saya prihatin yang satunya dengan semangat, yang satunya dengan emosi, yang satunya fanatik, yang satunya taklid, akhirnya tambah kacau forum ini, coba dengan ilmiah insya allah bisa ditemukan titik terang, jangan seperti para fanatikus madzhab hambali dengan fanatikus madzhab syafi’ie, saking bencinnya mereka sampe mengeluarkan hadits palsu untuk membenarkan madzhabnya, secara fiqhiyyah empat imam memang berbeda, tak ada dari mereka yang saling mencela, bahkan mereka saling memuji, dan saling mendo’akan, untuk semua para komentator yang menisbahkan pada santri suniyyah salafiyyah kalian juga harus lebih banyak belajar tentang ilmu agama ini, berkata seorang ulama: apabila kalian mempelajari ilmu seumur hidupmu niscaya kalian tidak akan pernah bisa menyelesaikannya, coba bayangkan beri contoh kitab shohih al bukhari setelah disyarah oleh al hafidz ibnu hajar al asqolani yang berjilid jilid saya yakin kalau dikaji rutin tiap hari tidak selesai selama 5tahun, itu baru satu judul kitab, trus apa faedahnya kalo trus debat kusir, gak ada, kita ambil ibrah lagi dari al imam malik, ketika dia didatangi seseorang untuk berdebat, apa yang dilakukan oleh al imam malik, apa ia langsung menuruti untuk berdebat ternyata tidak, imam malik balik bertanya: klo seandainya aku kalah dalam berdebat lalu aku harus bagaimana, jawab orang itu: berarti kau harus ikut pemahamanku, trus imam malik bertanya, klo seandainya diluar sana ada orang yang bisa mengalahkan kita berdua lalu bagaimana, jawab orang tersebut: ya berarti kita ikut pemahaman orang itu, akhirnya al imam malik langsung menyanggah orang tersebut: bergabunglah kau bersama dengan orang2 yang kebingungan, karena aku yakin dengan apa yang ada di dalam hatiku ini, maaf tulisan ini bukan untuk menggurui semua tetapi kita harus tahu bahwa kita itu miskin, kita faqir dihadapan allah, tolong baca kembali surat albayinnah, untuk introspeksi diri, jangan gegabah mengkafirkan orang atau menuduh bid’ah, selama khilaf itu ada dalilnya dan contoh dari para ulama aswaja, mari kita berlomba lomba menuju maghfirah allah. ya’tabiru ya ulil albab (aba rozaz al habsy)
OOOalamak…aku ini orang bodoh,tp aku tinggal di Saudi Arabia sepuluh tahun lebih,aku juga bingung bila mengkaji perselisihan pendapat antara salafy Saudi n Indonesia,aku pernah tinggal di Dammam,Makkah, Madinah sebagai kuli stir ban,aku banyak baca artikel mendengar dakwah mengamatinya…ternyata di Saudi sendiri juga ada perbedaan pendapat…yang kurasakan hingga sekarang kenapa adzan jum at di masjidil haram makkah n madinah di adakan 2x knapa juga sholat tarweh masjidil haram makkah madinah diadakan 20 rekaat apakah itu bukan bid ah…? dan pernah juga aku disuruh ngantar majikan di Madinah di daerah auwali tuk mmemperingati maulud nabi diperumahan saudara majikan,dan yang datang hanya kerabat majikan aku di undang tuk naik ke atas (apartement) tapi aku nggak mau…hanya nunggu di mobil di bawah…lalu salah satu saudara majikan nanya knapa km ngga naik ke atas,itu kan bc kalam kalam toyibah,aku hanya diem,senyum ngga bs jawab krn aku hanya orang bodoh pertanyaanku sbg orang bodoh…BAGAIMANA sebenarnya ISLAM ini…….????? aku binguuuuuuuuung,akhirnya ku jwb sendiri pertanyaanku yang penting aku Sholat,zakat, puasa, haji wes yang lain lain aku pasrahkan pd ALLOH yang maha Benar
@ forsan
terus berjuang, !!!
penjajah wahabi harus keluar dari tubuh islam,
tapi sayang para ustadz wahabi ngga’ mau keluar dari sarangnya, umat telah tertipu oleh titel LC mereka.
UMAT BELUM BISA MEMBEDAKAN mana LC wahabi dan LC ahlussunah wal jama’ah.
@ all syiah & salafi wahabi/al bani
SEPANJANG SEPENGETAHUAN SAYA:
” tidak ada satupun blog golongan syiah dan wahabi yang berani menampilkan scan kitab asli sebagai rujukan.”
tanya kenapa…?????
kalau orang2 Islam selalu bertengkar,cekcok tak mau saling mnghormati…,berpecah belah,orang diluar islam akan mudah beretepuk tangan dan menjalankan smua misinya….ketahuilah saudara2ku kebenanaran MUTLAQ hanya milik Alloh
@ WONG MADIUN : SAYA SANGAT BSETUJU DG ANDA, NAMUN PERLU ANDA KETAHUI BAHWA WAHABI DULU LAH YG MENYERANG KITA DG MEMBID’AHKAN MAULID DAN MENYALAHKAN ULAMA’2 YG MEMBOLEHKAN. SURUH MEREKA MINTA MAAF KPD AHLIS SUNNAH KRN MEREKA TLAH MEMBID’AHKAN MAULID , TAHLIL DLL NYA. SAYA SETUJU DG ANDA COMMENT ANDA ” KITA SALING MENGHORMATI “….. , TAPI ORANG WAHABI LAH YG TIDAK MENGHORMATIX, MALAH MEREKA MENGATAKAN/MENGANGGAP SAUDARAX YG MUSLIM SYIRIK KRN MEMBACA MAULID, ZIARAH KUBUR DLL.
kasihan yang pada tertipu dan sungguh…kedustaan yang besar terhadap agama yang mulia ini akan dimintai pertanggungjawabannya…takutlah kepada Alloh As samii’ul Aliim…bagi yang ingin kebenaran…bersikap kritislah dan carilah semua sumber yang shohih…kemudian buktikan mana yang menipu dan tidak…Allohu musta’an…
semoga kebencian yang tidak berdasar dalil shohih mendapatkan kebenarannya…walloohu mutimmu nuurihi walaw karihal munaafiquun…
si sabri itu emang wahabi,… biar keren make istilah SALAFI,,,
artinya salaf gadungan,yang ngerasa lebih hebat dan lebih super dari para ulama penyebar islam di NUSANTARA, he, he, he,
kok demen debat ya?
dari sononya wahabi / salafy ya gitu mau diapakan?
dari sononya aswaja/sufi ya gitu mau diapakan?
dari sononya syiah ya gitu mau diapakan?
jangan ruwet-ruwet teliti saja semua ajaran, mana yg baik dan cocok ambil yg tidak biarkan diambil pengikutnya.ga usah pusing2
yg syahadat yg amalnya sholeh. baik sama Allah dan baik sama hamba2-Nya pasti masuk surga. di surga ga ditanya Ibnu Taimiyah, imam ini, imam itu, habib ini dan habib itu.
dah pegangin ini, jangan lupa 5 waktu dan amal sholeh. insya Allah lulus ujia masuk Surga
@ tenang tentrem :
Saya berdiskusi di sini krn ada anjuran dari allah s.w.t, bkn kah allah berfirman : وجادلهم باالتي هي أحسن
Yg kedua :saya mengikuti syari’at islam, yg mana imam nawawi dlm ktb nya “ minhajut tolibin” menyebutkan :
وَمِنْ فُرُوضِ الْكِفَايَةِ الْقِيَامُ بِإِقَامَةِ الْحُجَجِ وَحَلِّ الْمُشْكِلَاتِ فِي الدِّينِ.
Yg termasuk dari fardhu kifayah adalah menegakkan hujjah2 dan menyelesaikan permasalahan2 dlm agama.
Jadi saya ikiutan diskusi disini atas dasar dua hal ini. Klo anda g bisa ngikuti diskusi disini ya g usah ikut comment !!! lbh baik jadi pengamat aja ya…….
saya gak gontok2an kok maz,,, saya Cuma ingin melindungi kesucian agama ini dari kebodohan orang2 yg seenaknya aja mengkafirkan/melaknat sesame muslimnya.
klo saya sih sangaaaaaaaaaaaaat mencintai rasulullah..klo rasulullah gak ngarayain maulidnya ya saya tidak juga..mau ibnu taimiyah, mau ulama-ulama lain membolehkan ya terserah..saya cuma cintaaaaaa rasulullah..gk cinta ulama lain…saya gak mau pusing dengan para ulama yang membolehkan maulid…lha wong mereka bukan nabi kok…saya ya gak mau taqlid…only rasulullah panutan saya..jika ibnu taimiyah bilang ngrayain maulid dapat pahala besar ya..saya gk mau ngikutin..tapi jika rasulullah yang bilang ngrayain maulidnya bakal dapat pahala…wah saya bakal ikut barisan pertama yang ngerayain nya…sekarang yang Rasul tu siapa? ibnu taimiyah kah? ulama2 nusantara kah?
@ kharel
Kharel mulai gemblunge kumat,baca hadist tanpa guru…
Merasa diri paling ahli hadist..
@Kharel,
Kalau sampean cinta Rasulullah,kenapa sampean benci org yg ngerayain maulid nabi.
PINJAM PERKATAAN CIK JOM PIKIR..Payahnya bila bercakap dengan orang yang jahil bab ijtihad ini. Atau Ridwan AbdiLlah ini menolak ijtihad para ulamak ?
Jangan anda sebut nama sahabat-sahabat dan para salafussoleh yang sudah banyak berijtihad dalam amalan ibadah yang kemungkinan besar bagi anda akan menjawab TIDAK PERNAH DIBUAT OLEH RASULULLAH.
Sepatutnya persoalan itu anda boleh baca dalam artikel Bid’ah dholalah.
Sekarang ini jawab sahaja fatwa ibnu taimiyyah yang sudah dipaparkan agar tidak lari tajuk. Sungguh saya malu dengan respon yang hanya menuju kepada MAULIDAN semata-mata padahal fatwa ibnu taimiyyah yang lain tidak dijawab!.
nie jawapan saya umur kamu berapa ya ?? ngapa bepikir macam budak2 kecik yg ngak bisa paham cakap….udah dijawab donk…udah dijawap..tapi saya tahu kenapa dia ulang2 perkataan begitu,,supaya ingin mengaburi ama org2 yg org2 yg bermanhaj salaf nggak mampu menjawapnya :) lucu bangat..hanya org2 yg mahu membuka mata dan tidak membaca di tempat yg gelap aja bisa ngerti..itupun kalau hatinya nggak buta..nie saya sebenarnya malas mau posting disini..nnt dibilang keluar dari tajuk yg dibincangkan :)
nggak perlu mahu dibilang pintar dalam debat donk..nggak perlu mau menang dalam perdebatan..kok itu bukan mahu kami..kami mahu jalan penyelesaian aja…hidayah kerja Allah bukan kerja manusia..kita menyampaikan aja,,ya mau terima nggak,ya terserah..udah sy bilang hidayah kerja Allah…. pelik dan hairan,,,KENAPA SUSAH MAU PAHAM..TIDAK PUTUS2 CAKAP IBNU TAIMIYAH MEMBENARKAN..UDAH DIJAWAP BILANG BELUM DIJAWAB HEHE..SAYA TIDAK MAU KOMENTAR LAGI..SEBAGAI PENUTUP DARI SAYA… DEBAT INI SUDAH TIDAK BETUL..IBARAT PEPATAH MELAYU ADA MENGATAKAN MELUDAH KELANGIT KENA MUKA SENDIRI..DAN INI SAYA TUJUKAN KHUSUS BUAT ORG2 YG SUKA MEMUTAR BELIT :)
.
Maaf ya smua saya org bodoh,nyaris DO kuliah teknik…satu satunya hadits yg saya tau cmua Imam Mahdi bakal kluar dijazirah Arab dan memerangi…hadits shahihnya Bukhori Muslim,Imam mahdi dikejar pasukan dipadang Pasir Al Baida Madinah…artinya musuh Imam Mahdi kelak itu Kerajaan saudi yg asli Wahhabi…Yg salah tentu wahhabi dan ma Imam Mahdi itu diperangi…Yg dukung Wahhabi bakal mampus…mskpn skrg ustazd wahhabi jago debat dan dalil,itu smua mubazir krn aliran ini jd Musuh dan dihancurkan Imam Mahdi kelak…Hayoo bo bilang apa..!!
lha orang orang ini gimana to, katanya kalau amalan yang diniati
ibadah itu katanya harus sesuai dicontohkan oleh nabi, dan
pastinya sahabat pun melakukannya.
dan kalau tidak sesuai yang dicontohkan, ya tidak usah
dilakukan.
gitu aja kok repot ……
ngga ada urusan, apa wahabi, wahabu, wahabe, tapi kalau sesuai
nabi, ya benar to,
juga ngga ada urusan, apa aswaja sekalipun, tapi ibadahnya tidak
sesuai nabi, ya salah. hanya nama tok, kedok tapi dalamnya malah
bukan sunnah.
jangan tertipu nama kawan, penting isinya.
terima kasih pada para pejuang aswaja
Salam kenal……….
Thanx atas masukan2 dr semua temen2 baik yg pro maulid maupun yg kontra maulid.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Ya Allah, berkatilah Syam kami dan berkatilah Yaman kami”, mereka berkata: Ya Rasulullah, juga Najd kita..?, (Beliau diam tapi kemudian kembali berdoa): “Ya Allah, berkatilah Syam kami dan berkatilah Yaman kami” , mereka berkata: Ya Rasulullah, juga Najd kita..? ,( Rasulullah diam dan kembali berdoa ): “Ya Allah, berkatilah Syam kami dan berkatilah Yaman kami” , mereka berkata : Ya Rasulullah, juga Najd kami..??, beliau saw kemudian menjawab: “dari sana (Najd) akan muncul goncangan dan fitnah!, dan dari sana (Najd) akan muncul tanduk setan!.” ( Shahih Al Bukhari)
Dan Sabda Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasalam terbukti benar, bahwa fitnah itu akan muncul dari wilayah ‘’Najd’’ seperti halnya (Ibn Abdul wahab pendiri wahabi adalah dari Najd dan lahir di Najd) dan hal itu diketahui oleh sayyidina Muhammad 14 abad yang silam .
abdullah kaya suporter yang tim nya kalah tanding, karena kesal mereka berteriak teriak menghina. dan itu lah sebaik baiknya pecundang.
apa maksud ente bilang sesama muslim, lakum dinakum waliyadin, ente ngaku belajar di al Azhar tapi kaya murid Tk.
Menurut aq analisisnya belum pada epistemologi yang obyektif !!!
Dalam pemikiran Islam, bisa dimungkinkan perbedaan itu..bisa menurut satu versi benar, menurut versi lain berlainan :
Hal ini terjadinya ikhtilaf dikalangan ‘Ulama terhadap persoalan dien sudah sejak lama terjadi. Perbedaan muncul setelah wafatnya Rasulullah saw wafat. ketika Rasul masih hidup, semua persoalan umat Islam diputuskan melalui wahyu Allah swt melalui LISAN Kanjeng Nabi Muhammad S.A.W. namun setelah beliau wafat para sahabat melakukan IJTIHAD sendiri berdasarkan Qur’an dan Sunnah. Namun perlu diketaui perbedaan itu terjadi dalam masalah furuiyyah, bukan pada iqtiqodiyah. dan ikhtilaf biasanya terjadi karena didasari oleh argumentasi yang sama-sama mafhum menurut ilu yang mereka fahami/miliki.
Menyadari perbedaan dikalangan Ulama (Baik Ulama dari kalangan Ibnu Taymiyah-M.Abd.Wahab atau Ulama As ariyah, adalah sesuatu yang tidak bisa dielekan, para ulama Ushul merumuskan sebuah kaidah yang berbunyi ” KEBENARAN DALAM PERKARA FUR’IYYAH ITU BANYAK:.
Ini berarti menunjukan bahwa kebenaran dalam perkara itu tidak bisa/mampu diseragamkan menjadi satu oleh ribuan ulama. MAKA sikap yang ahsan adalah mencontoh mereka dalam menyikapi perbedaan.
Berikut ini aq tuliskan adab-adab yang sebaiknya dimiliiki oleh setiap muslim baik yang mengaku ASWAJa ataupun yang Melaksanakan sesuai Qur’an dan Sunnah al maqbulah, dalam menyikapi perbedaan :
1. Setiap orang harus memberishkan diri dari ta’sub (fanatik) mazhab secara berlebihan, karena mazhab bukanlah penyebab pemecah belah umat (apalagi Ibnu Taymiyah maupun M. Abdul Wahab atau As’Ariyah).
2. Tidak boleh memaksa orang lain menerima pandangan kita dalam masalah pendapatnya.
3. Tidak mencelah dan menentang amalan khilafiyah..termasuk juga Ulamanya..yang kita anut. Imam AL Shatibi menulis “, Sesungguhnya perbedaan pendapat terjadi pada jaman Sahabat hingga saat ini berlaku dalam masalah Ijtihadiyah. Pertama kali Zaman Kholifaur Rosyidin dan sahabat-sahabat lain sampai jaman tabiin. namun mereka tidak saling mencela diantara satu sama lainnya.
4. harus memiliki adab terhadap Ulama yang berbeda pandangan dengan kita, dengan tidak menuduh mereka bid’ah dholalah atas amalan yang ikhtilaf.
5.Bagai para dai. atau tukang blog harus bersikap bijak dalam menangani perbedaaan.
6. Bagi Tukang Blog atau Dai.., sebaiknya memfokuskan isi nasihatnya /ceramahnya atau blognya untuk membentengai umat islam dari aliran sesat yang telah disesat fatwa MUI sperti ; Ahmadiyah,Lia Eden, al Qiyadah Musadek..
Demikian maslah ini jangan menjadikan umat ini lemah sebab musuh-musuh Islam nanti akan mempermainkan umat ini yang terbaik (ISlam).
Trims.
Balas
@ santoso, Sebenarnya berbeda pendapat itu adalah hal biasa, bahkan seharusnya menghargai perbedaan pendapat. Akan tetapi, orang2 wahabi mengklaim kebenaran adalah dari golongan mereka sendiri, dan hnya merekalah yang benar2 mengikuti al-Qur’an dan sunnah, bahkan yang lebih ekstrim lagi , yang tidak sepaham dengan mereka dinyatakan syirik dan kafir. Dapatkah anda menyatukan orang yang mempunyai kriteria demikian ?. seandainya mereka berjalan dengan pahamnya sendiri tanpa menvonis yang tidak sama dengan mereka dengan kekufuran dan kesyirikan, maka wajar2 saja.
Klo semisal ahmadiyah, lia eden, dan almusaddek sudah jelas dengan paham mereka telah keluar dari ajaran islam. Maka Apa yang akan di bahas lagi karena mereka udah kufur…???. justru kami sekarang membela orang2 islam yang dikafirkan secara paksa tanpa dalil yang jelas, bukankah ini lebih penting.??
Kalau Wahabi mengklaim bahwa Ahlus sunnah waljama’ah adalah pelaku bid’ah yang menurut pengertian mereka bahwa semua bid’ah adalah sesat dan nerakalah tempat mereka kembali (bagi pelaku bid’ah), maka surga mau dimonopoli Wahabi dong.Pokoke selagi masih melakukan persaksian dengan membaca dua kalimah syahadat berarti mereka masih ummat islam dan harus kita hormati. Jangan sok suci dhewek, enak aja.
Sebenarnya simple saja.
Untuk yang tidak pro Maulid.
Bagaimana anda menerjemahkan fatwa Syaikhul Islam Ibn Taimiyah berikut ini:
ويكون له فيه أجر عظيم
……Menurut terjemahan Google:
“Dan memiliki pahala yang besar”
Sedangkan kami menerjemahkannya sbb:
“Dalam (mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutinan) dia mendapatkan pahala yang besar”.
Kalau anda menerjemahkannya bagaimana ?
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
U/ bang yek saudi & kroninya, maaf sebelumnya. Saya hanya lulusan SMK nda ngerti apa apa. kalu tidak khilaf maulid itu sudah di baca dari nabi Adam As.
Terima Kasih
Perselisihan tak akan berhenti meski semua telah jelas, karena memang sulit untuk percaya bahwa kita begitu bodohnya hingga ditipu sebuah keyakinan selama bertahun-tahun lamanya tanpa disadari. kebenaran telah jelas, bahwa dakwah islam itu damai dan ilmiyah,pedang ada dalam halaman terakhir dakwah ini. maka aliran yang dipenuhi laknat, cacian, iri, benci, pengkafiran, dan lainnya hanyalah benalu dalam islam.
alafu, telah jelas dalil mengenai maulid, kalau alasan melarang karena tidak ada contoh dari Rasul maka Rasul sendiri merayakannya dalam bentuk puasa hari senin,. dan bla bla bla.
Alasan kita masih sulit percaya adalah dogma tak jelas yang sudah terlalu dalam menjalari tubuh. lalu apakah dengan dogma tank jelas ini kita berani mencaci saudara kita?
Abdullah@
setau saya saudara Abdullah sejauh ini belum mengkonfirmasi tuduhan curang dari “wong djowo” sama sekali. padahal saudara janji “adapun dalih-dalih wong djowo akan saya jawab berikutnya. Karena saya lagi ada janji.” saya takut saudara lupa, saya juga takut menganggap saudara pur-pura lupa.
sy hanya mencoba mengingatkan, demi informasi yang berimbang. hehe..
ulama’ warosatul anbiya’
“ulama’ahli waris para nabi”
ikuti ulama’ aja, sudah banyak ulama’2 yang merayakan maulid!!! gitu aja kok repot
andalan hadist mereka “Sesungguhnya setiab bid’ah sesat dan setiap kesesatan tempatnya dineraka” cuman itu-itu thokk.. dan satu2 andalannya.. ape gak ada yg laen…mereka bs mengartikan tapi gak paham blass!!..terlalu kaku dan pinginnya persisis kehidupan jaman dulu..padahal mereka skrg ngakunya generasi murni tp suka nonton tv,dengar radio2 sekutu mereka, buka internet,dll…itu nabi gak pernah mencontohkan tp mengapa mereka membuat2 sesuatu yg baru padahal dalam paham mereka bid’ah tidak di bagi2..tentunya isi radio mrk jg ada ceramah dan baca alquran..berarti mereka menghujat kelakukan mereka sendiri…hehe..lucu…neh ane mau membahas dari sudut pandang laen..misalkan tahlil,wiridan kumpul2 dan syiar islam yg bisa mengumpulkan jamaah umat muslim ribuan dengan gema sholawat n takbir yg bisa menggetarkan menyatukan dan memberi kekuatan umat islam itu dilarang, berarti anda mengharapkan umat islam sebaiknya wiridan sendiri2 dirumah aja atau dengan lingkaran kelompok kecil2,…akhirnya tidak ada kekuatan n ukhuwah islamiyah hingga tdk kenal ama tetangga atau jamaah dari daerah lain maka dampaknya umat islam saling mencurigai dan mudah dipecah belah,…..inilah harapan kaum kafir zionis yahudi…misi mereka agar masjid menjadi di tinggal jamaah dan mereka sengaja menjauhkan dan menghilangkan umat islam dari sejarah2 dan kisah2 nabi dan anti ahlul bayt sehingga lama2 kita lupa dan tidak cinta akan nabi saw dan keluarga nabi kita…akibatnya fatal..misalkan lagi dalam kalender kita pemerintah memberi tgl merah dalam peringatan maulid ini kalo di hapus bahaya bikin generasi muda jd lupa dan tdk tahu nabine dewe..,kelompok yahudi zionis pernah bilang bahwa menghancurkan islam lewat fisik tidak bisa mereka akhirnya pake cara halus yaitu dengan masuk islam itu sendiri dengan bikin aliran2 sesat sehingga islam bisa rusak n pecah belah..dan dalam sejarah perang salib umat islam selalu menang dlm pimpinan solehudin alayubi karena di motivasi dengan bacaan sholawat dan maulid nabi sehingga menjadi tentara yg tidak takut mati…jaman n iklim sudah berubah..musuh sudah semakin pintar bikin bom atom tp anda cm bikin pedang..kalo dgn fatwa anda dampaknya umat islam mau bikin bom n pesawat takut tar di kira bid’ah..tp anda tidak berusaha merangkul para ulama malah menghujat mereka..pemikiran anda masih primitif padahal islam sangat global dan permasalahan2 sekarang sudah sangat global..maka pahami lg hadist di atas jangan asal nyebut bid’ah saja kalo mau menafsirkan alquran n hasdist itu banyak sekali rujukan ilmunya jgn hanya bisa mengartikan saja…n hormati para ulama dan sesama muslim jgn asal hujat..telusuri dulu sejarah wahabi jgn2 bentukan……..pesan saya :banyak belajar lg ya pada ulama’ yg sanadnya mash nyambung dengan rosulullah saw!!?.syukron..
ayo kita gairahkan semangat syiar islam dengan maulid nabi,ente org wahabi ga bs ngelak,dgan negri sa ud skrang kalau ente jljh ditanah haram mlli internt pemrintah itali bkln mndrikan gereja di tanah haram cb ente semua cari di paman google maskn kt konci saudi arabia..buka semua and ente komen disana..jgn maulid dipertntgkn disalahkan….MAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA SSSSSSSSYYYYYYYYYYYYYYYYYYAAAAAAAAAAAAAAAAAA ALLOH GUSTI.
Yang bingung…
ibnu taimiyah seumur hidupnya dipenjara …lalu fatwanya diimani melebihi kitab Hadits Imam Bukhari & Imam Muslim , bahkan melebihi Keimanannya kepada Sang Maha Pencipta.
Bin Baz itu tuna netra , kemudian diangkat menjadi Mufti agung kemudian berfatwa , dan fatwanyapun lebih manjur dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan Pohon Kelapa……apakan Bin Baz akan setenar dan seterhormat sekarang …apabila dia dilahirkan bukan dari keturunan WAHABI LALIM. ( apakah hal yang macam ini pernah dikerjakan oleh Rasulullah saw ).
AlBani…Seorang yang Arogan ..Fatwanya yang ( diantaranya ) banyak yang bertentangan dengan Jumhur Muhaditsun….kemudian diangkat menjadi OElama tanpa batas ….bahkan lebih mulya dari para Sahabat Rasulullah saw ….HWY….whai…wai….( kenapa )…
Utsaimin…Pauzan..dan banyak lagi dari mereka yang dari celah gerahamnya keluar ucapan mengkafirkan kelompok diluar dari kelompoknya….apakah Rasulullah saw …atau mungkin para Sahabatnya yang Mulya …pernah mengkafirkan orang yang telah mengucapkan Syahadattain….
Apa mungkin benar …mereka itu punya Surga Sendiri…sehingga Surga yang ditempati oleh Umat Islam non Wahabi yang letaknya dibawah Arasy….tidak pernah mereka kenal…wassalam.
sebenarnya wahaby itu orang bandel …jangan di ajak berdebat…kasih hadist nabi yang sohih sudah bingunglah dia
Lihat lah makam Ibnu Taimiyah yang menggunakan nisan dan di pagari sbg penghormatan para kaum wahabi kpd nya….
bandingkan Makam sahabat, keluarga dan Mujahid Islam di Baqi???!! yang mereka (Wahabi) ratakan??!! dengan alasan Bid’ah????
mana yang lebig tinggi dan lebih Salaf??? Sahabat nabi dan Keluarga nya atau Ibnu Taimiyah???
wahabi banyak bicara..
sok2 an bicara kafir , bid’ah..
baru gede dikit aja udah nentang ulama terdahulu..
fucking
masa bodo.sok pinter
masa bodo..
Assalamualaikum…
Bismillahirrahmaanirrahim…
Saya bukan cerdik pandai, sekolah saja tidak sampai tinggi, mengaji saja tidak sampai katam, tp karna rajin menyimak disitulah datag nya pelajaran.
” Sebenar nya masalah luas, malahan masalah bid’ah ini yg paling runyem di islam…
” Jujur melihat argumen2, devinisi2, pemahaman2 diatas berlapang dadalah…
1. kalau tidak suka maulid ya sudah, tp jgn dikatakan orang bid’ah sesat. Karna masalah ini masih diperdebatkan oleh ulama2…
2. Kalau enak kata Ibnu Taimiyah pasti enak tu, tidak bisa model itu. memang Ibnu Taimiyah sudah tinggi disisi Allah dgn ilmu nya, bukan berarti kita makan saja apa kata beliau. kita punya hak juga memertimbangkan dengan pendapat imam2 yg lain.
Saya pernah juga mengikuti acara maulid, karna saya menjadi pengurus suatu masjid, tp saya meng-angap itu tdk suatu amalan atau ibadah. jujur sekarang ini pemahamam saya adalah untuk tdk melakukan maulid karna main aman saja. karna maulid tidak ada anjuran nya.
” jadi tujuan saya ini apa..?
Supaya bapak2 berlapang dada, mungkin yg mengatakan maulid nabi tidak pernah dilakukan dalam contoh nabi muhammad dahulu disampaikanlah, itu niat nya baik, toh masih ada ibadah2/amalan2 lain yang lebih jelas dasarnya. mencintai nabi bukan berarti memperingati hari lahir nya, “..maka JALANI segala sunah2nya…yang dicontohkan dari nabi itu yang kita lakukan, meski tak semuanya..lalu tafaquri…tak salah bahkan bagus jika anda banyak2 bershalawat, karena Beliau membalas sgala salam, keberkatan, dan shalawat itu kepada yg membacanya..maka koneksi inilah yg memberikan berkah ilmu, insya Allah dari beliau. Beramal tidak bisa berjalan diatas keragu2-an, berbuatlah amalan itu berdasarkan keyakinan. haram tetap haram, halal tetap halal.
Allahu ta’alam…
aq mau naya buat kaum wahabi yg bilang y ngikuti alsunah dan Alqur an,kalian melarang maulid Nabi Muhamad,dan kalian bilang bid ah merayakan maulid nabi Muhamad….,tapi knp kalian merayakan maulid si abdul wahab?????? mulia mana Nabi Muhamad atau si abdul wahab???? apa dahlil atau hadist y yg melarang Maulid Nabi Muhamad ???dan apa dahlil atau hadis yg boleh meryakan maulid si abdul wahab si pendiri wahabi????? tunjukan dahlil kalian,jangan koment kalau gak ada dahlil atau hadist ya,dan jangan koment keluar dari pertayaan saya,,,,ok wahaber silahkan baca baik baik pertayaan saya,saya tunngu jawaban kalian wahabi ,trims
Itu hujah imam SYIAH SESAT KAFIR.
PELAKU BID’AH LAH YANG WAJIB MEMBERI HUJAH DALIL HADIS DIATAS SEGALA KESESATAN BID’AH DAN KEKUFURAN YANG MEREKA LAKUKAN.
Janganlah kita disesatkan oleh ANTI HADIS, ahli bid’ah, kapir berkedokkan Islam terutamanya SYIAH.
AWAS!!! SYIAH (KAPIR BERKEDOKKAN ISLAM) SENTIASA MENCARI JALAN MENYESATKAN UMAT YANG BERPANDUKAN QURAN DAN SUNNAH.
INGAT!!! “BID’AH PEMUSNAH SUNNAH”
آللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وآلِ مُحَمَّدٍ
Alhamdulillah.. Insyaallah sya sudah tahu,stlh mmbca coment” diatas mna yg haq n mna yg bathil..
Hidup trus ASWAJA n fronsalaf