Rahasia Penciptaan Bulan

bulan bintang1

Ketika Allah menciptakan malam di dalam rangka membuat udara menjadi dingin serta menyediakan suasana  tentram bagi segenap manusia dan hewan, Dia tidak menjadikan malam sepenuhnya gelap gulita tanpa cahaya sama sekali. Suasana gelap gulita akan membuat sebagian pekerjaan menjadi sulit. Sekalipun sebagian besar pekerjaan  manusia dilakukan di siang hari, ada sebagian orang, yang karena alasan udara atau lainnya, masih membutuhkan malam ketika harus melaksanakan aktifitas mereka.

Maka diciptakanlah malam-malam tertentu dengan cahaya rembulan. Hikmahnya, mungkin agar manusia membatasi aktifitas mereka di malam hari. Rembulan yang menerangi bumi tidak pada setiap malam menjaga agar ketenangan dan ketentraman malam senantiasa masih dapat terjaga, dan kita dapat memanfatkan suasana ini untuk beristirahat.

Bintang-bintang pun dijadikan Allah penerang alam semesta ketika bulan tiada. Taburan bintang sekaligus diciptakan sebagai penghias langit agar manusia menjadi senang dan merenungkan kebesaranNya. Demikian sempurna proses ini sehingga kegelapan datang bergiliran dan berlangsung selama beberapa waktu sesuai dengan kebutuhan manusia. Perhatikan bukti kebesaran dan kesempurnaan Allah ini seperti terfirman di dalam surat Al-Furqan ayat 61:

تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيرًا

”Mahasuci  Allah yang telah menjadikan di langit gugusan –gugusan bintang dan Dia menjadikan pula matahari dan bulan yang bercahaya.” Tengoklah  betapa cermatnya Al-Qur’an menggunakan kata ’siraj’ untuk matahari dan kata ”muniir” untuk rembulan. Kata ”siraj” berarti cahaya dan  penerang dari sumber asli cahaya berasal. Menurut penelitian, cahaya matahari berasal dari matahari sendiri. Sementara itu, cahaya rembulan tidak berasal dari  rembulan melainkan ”pinjaman” dari sumber yang lain yakni matahari.

Ciptaan Allah di semesta alam ini memang tiada yang sia-sia. Semuanya diciptakan berdasarkan desain dan akurasi yang sempurna. Di dalam surat Yunus ayat 5 dan 6 Allah melukiskan betapa matahari dan rembulan diciptakan demikian sempurnanya dengan manzilah- manzilah agar manusia mengetahui perjalanan musim dan tahun.

Panas yang diciptakan Allah pada matahari terukur dengan presisi yang amat tinggi. Panas ini berubah dari pagi dan siang hari serta bermanifestasi seiring dengan pergantian musim. Panas matahari juga bervariasi di antara waktu fajar dan tengah hari tanpa melalui batas ekstrim yang telah ditentukanNya.

Coba sesaat kita bayangkan, apa yang akan terjadi apabila panas matahari melampaui batas yang telah ditetapkan. Seluruh isi bumi ini akan hangus terbakar olehnya. Sebaliknya, apabila panas ini berkurang dari ketentuanNya, pasti akan membekulah bumi dan semua yang ada di dalamnya. Kalau itu yang terjadi, tentu kehidupan ini akan berakhir sama sekali! Mungkin anda tidak pernah membayangkan bahwa sepotong roti yang saat ini dapat anda nikmati, atau seulas senyum yang dapat anda berikan kepada orang lain, tidak dapat dipisahkan dari keberadaan awan dan angin, dari  rembulan dan matahari!

Adakalanya kita bertanya bagaimana mungkin ada ilmuan yang tidak meyakini keberadaan Allah setelah menyaksikan bukti-bukti ciptaanNya yang luar biasa? Mungkin jawabannya adalah, orang-orang seperti mereka memandang sain sebagai jawaban mutlak terhadap seluruh kejadian alam semesta. Di mata mereka, setiap fenomena alam dapat dijelaskan dengan bukti-bukti yang ditunjukkan alam itu sendiri.

Yang tidak pernah mereka ketahui adalah, sain sendiri tidaklah akan pernah memadai. Pendekatan kebenaran harus datang dari mereka yang punya intensi dan niat, yang berangkat dengan motif yang berasal dari hati yang tulus mencari kebenaran dan realita. Dosa-dosa dan polusi yang ditimbulkan oleh dosa pada orang-orang semacam mereka akan menyisakan pengaruh negatif terhadap analisis dan pengamatan seseorang.

Kembali kepada pokok bahasan dalam tulisan ini, diciptakannya bintang-bintang tentu di dalamnya terkandung berbagai manfaat bagi kehidupan manusia dan alam semesta. Sebagian dari manfaat ini adalah bukti dan tanda yang menunjukkan waktu untuk bekerja, seperti bertani dan bertanam. Dengan tanda-tanda itu, manusia yang melakukan perjalanan di laut dan di darat akan pula memperoleh petunjuk. Sementara itu, cahaya rembulan dapat menjadi pemandu kondisi bumi seperti tanah yang becek, berlubang atau bahkan tempat yang bisa membawa petaka. Amati isyarat Allah dalam surat Al-An’aam 97 :

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ

”Dan Dia lah yang menjadikan bintang-bintang bagimu agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut.”

Bintang-bintang diciptakan Allah agar manusia dapat mengambil berbagai maslahat dari cahaya yang dipancarkannya, dari posisinya di tengah kegelapan gurun dan lautan sehingga manusia dapat terhindar dari kesesatan. Sebagian bintang berada di depan, sebagian di belakang, ada yang posisinya di kanan kita, dan ada yang jauh di kiri kita. Bintang-bintang ini menjadi pemandu arah Ka’bah, mendeteksi waktu di malam hari dan menjadi kompas arah di padang pasir dan samudra luas.

Seorang komentator bernama Balkhy bahkan memberikan komentarnya terhadap frase                  (agar dengan bintang-bintang itu kamu mendapat petunjuk). Menurut dia, frase ini tidak semata-mata mengacu pada pengertian bahwa bintang-bintang diciptakan hanya sebagai petunjuk arah. Lebih dari itu, menurut dia, Allah telah menciptakan bintang-bintang ini dengan sejumlah besar manfaat. Jika seseorang mencoba merenungkan dan mengamati taburan bintang besar dan kecil, posisi bintang-bintang ini di cakrawala, keorbitan, gerakan-gerakannya, dan juga peranan matahari dan rembulan bagi kehidupan dan pertumbuhan manusia, binatang dan tanaman, maka ia pun akan meyakini maslahat tak ternilai yang dibawa oleh ciptaan ini.

Kiranya komentar Balkhy di atas sama sekali tidaklah berlebihan. Jika bintang diciptakan hanya sebagai petunjuk semata, mengapa harus ada bintang-bintang tertentu yang lebih besar dari yang lain? Mengapa orbit bintang satu dengan lainnya berbeda? Mengapa ada bintang-bintang yang cahayanya lebih cemerlang dari lainnya? Mengapa ada yang teramat jauh letaknya dan ada pula yang tidak seberapa? Demikian itulah maka  di akhir Al- An’aam 97, Allah menegaskan bahwa tanda-tanda itu dijelaskan agar manusia dapat mengenalnya. Artinya, melalui kontemplasi atau perenungan, manusia akan dapat membaca tanda-tanda ini dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Diantara sekian banyak rahasia dan keajaiban rembulan dan bintang, Allah menjadikan sebagian bintang hanya tampak pada saat tertentu, dan sebagian lainnya tiada tampak. Bintang-bintang seperti Thurayya, Al-Jauza’, dan Al-Shi’ra adalah sebagian dari sekian banyak contoh yang bisa kita jadikan pengamatan. Seandainya saja seluruh bintang-bintang ini tampak dalam waktu bersamaan, niscaya manusia tidak akan dapat mengambil maslahat darinya sebagai petunjuk. Muncul dan tidaknya bintang-bintang di sebagian waktu tertentu dijadikan Allah sebagai tanda bagi manusia di bumi, seperti layaknya pengetahuan yang dimiliki manusia.

Isyarat dan petunjuk yang diperoleh manusia dari benda-benda angkasa ini juga disebabkan karena adanya pergerakan dan peredaran dari benda langit ini. Seandainya seluruh planet beredar secara bersamaan, tentu tempat-tempat edarnya dan tanda-tanda tersebut tidak dapat diukur. Rute perjalanan, pengembaraan dan jejak-jejak yang dilalui manusia tidak akan dapat diperkirakan. Bintang, matahari, rembulan dan seluruh planet dan satelitnya berputar di seputar alam dengan melalui jalur yang telah ditentukan Allah. Putaran ini berlangsung terus menerus selama setahun dengan meninggalkan jejak berupa empat musim

Diantara keagungan hikmah yang terkandung adalah diciptakannya galaksi-galaksi yang menjaga kestabilan alam sampai pada batas waktu yang telah ditetapkan. Kestabilan ini berlangsung tanpa henti dan tanpa perubahan. Seandainya saja posisi satelit dan bintang-bintang berubah, adakah kekuatan dan kemampuan yang dapat memperbaikinya kecuali Allah?

Perubahan yang kita bayangkan itu seandainya benar-benar terjadi, maka pastilah akan timbul dampaknya pada bumi, sebab kestabilan bumi tempat manusia, hewan dan tumbuhan hidup tak dapat dipisahkan  dari kestabilan tata surya alam semesta. Yang pasti dan jelas, semua persoalan yang terjadi di alam semesta ini berjalan sesuai dengan kehendak dan iradah serta kekuasaan Allah, Zat Yang Maha Pengatur! AturanNya tidak mengalami penyusutan dan perubahan serta tidak melanggar ketentuan waktu yang telah digariskan.

Di dalam surat al-Anbiyaa’ ayat 33 Allah menegaskan bagaimana Dia telah menciptakan malam dan siang, matahari dan rembulan, yang masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. Perhatikan pula bagaimana Allah memperjelas hal ini di dalam surat Yaa Siin ayat 39:

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ

Allah menetapkan jarak-jarak tertentu bagi peredaran bulan, sehingga pada setiap jarak tersebut ia mengalami perubahan, baik dalam bentuk, ukuran dan kekuatan sinarnya. Mula-mula bulan timbul kecil dengan cahaya yang lemah. Kemudian ia berubah menjadi bulan sabit dengan wajah melengkung dan sinar yang lebih terang. Akhirnya bentuk rembulan pun menjadi semakin sempurna, bulat purnama dengan sinar kemilau menerangi alam semesta.

Tetapi, perlahan rembulan pun mulai menyusut, dan akhirnya ia menyerupai sebuah tandan kering berbentuk melengkung. Cahaya yang dikandungnya semakin pudar, kembali kepada keadaan semula. Bumi pun kembali menjadi gelap. Peranan rembulan kini digantikan oleh taburan bintang agar malam tidak sepenuhnya gulita, dan agar manusia masih bisa mengambil maslahat darinya.

Menurut Jalalain, ada dua puluh delapan manzilah atau peredaran dalam sebulan jika jumlah hari tiga puluh. Dua hari lainnya adalah ketika rembulan sembunyi. Kalau jumlah hari hanya dua puluh sembilan, maka yang satu hari dipakai bulan bersembunyi.

Kemudian, pada ayat berikutnya Allah menegaskan sunnatullah yang demikian akuratnya sehingga tidaklah mungkin terjadi geseran atau tabrakan antara matahari dan rembulan, atau datangnya malam mendahului siang. Semuanya berjalan menurut dan sejalan dengan apa yang Ia tetapkan. Benda-benda angkasa ini senantiasa bergerak menurut manzilahnya yang telah diatur Allah dengan ketepatan yang luar biasa!

Alangkah tiada berartinya kemampuan manusia jika dibandingkan dengan kemampuan Allah. Pengaturan lalu lintas di muka bumi diatur dengan segala bentuk peralatan dan peringkat canggih, rambu-rambu dan polisi terlatih, namun yang terjadi, kecelakaan lalu lintas tiada hentinya terjadi dengan korban besar baik jiwa atau pun harta benda.

Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi, di ruang angkasa, di kedalaman tanah dan samudra akan selalu berada di bawah ilmu dan kekuasaan Allah. Tak satu pun dari peristiwa alam semesta yang luput dari pengawasanNya. Bukankah Dia tahu setiap helai daun yang terlepas dan jatuh ke tanah ……..? Maha Sucilah Dia…….!

Sebarkan Kebaikan Sekarang
loading...

Avatar

Forsan Salaf has written 242 articles

Forsan Salaf adalah situs yang dikelola Yayasan Sunniyah Salafiyah. Memuat bahasan-bahasan ilmiah yang mendalam dan bisa dipertanggungjawabkan. Seluruh isi telah disaring dan dikaji ulang oleh sebuah tim yang berada di bawah pengawasan Habib Taufik bin Abdulkadir Assegaf.

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>