Perkataan Imam Syafii yang Disalah fahami oleh wahabi
Ulama Sufi adalah mereka yang telah berma’rifat atau mereka yang telah mencapai muslim yang Ihsan (muhsin/muhsinin) sebagaimana hadits Jibril tentang Iman, Islam dan Ihsan. Namun kalangan di luar ahlussunnah bahkan di luar Islam selalu mengkampanyekan anti tasawuf dengan tujuan merusak akhlak kaum muslim karena tasawuf adalah jalan menuju muslim yang berakhlakul karimah.
Diantara dalih yang popular mereka gunakan adalah ini:
Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya dari Yunus bin Abdil A’la, dia berkata: Aku mendengar Imam Asy-Syafii berkata: “Kalau seorang menganut ajaran tasawuf (tashawwuf) pada awal siang hari, tidak datang waktu zhuhur kepadanya melainkan engkau mendapatkan dia menjadi dungu.”
(Manaqib Imam As-Syafii 2/207, karya Imam Al-Baihaqi)
KAMI MENJAWAB :
Perkataan Imam Asy-Syafi’i di atas bersumber kitab Manaqib Imam al-Syafi’I karya Imam Baihaqi. Setelah tim Santri.Net telusuri, ternyata wahabi dengan liciknya memotong penjelasan pengarang sendiri yakni Imam Baihaqi. Mereka menghalalkan segala cara untuk mencela ilmu tasawwuf ini.
Berikut penjelasan lengkap beserta sanadnya dalam kitab Manaqib al-Syafi’i lil-Imam Al Baihaqi:
“ Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah al Hafizh, berkata: Aku telah mendengar Abu Muhammad; Ja’far ibn Muhammad al Harits berkata: Aku telah mendengar Abu Abdillah al Husain ibn Muhammad ibn Bahr, berkata: Aku telah mendengar Yunus ibn Abd al A’la berkata: Aku telah mendengar asy-Syafi’i berkata: “Jika ada seseorang bertasawwuf di pagi hari maka sebelum datang zhuhur aku sudah mendapatinya telah menjadi orang dungu “.
Dan telah memberitakan kepada kami Abu Abdurrahman as-Sullami, berkata: Aku telah mendengarJa’far ibn Muhammad al Maraghi, berkata: Aku telah mendengar al Husain ibn Bahr, berkata: (lalu mengatakan apa yang dinyatakan oleh Imam Syafi’i di atas).
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad ibn Abdullah, berkata: Aku telah mendengar Abu Zur’ah ar-Razi, berkata: Aku telah mendengar Ahmad ibn Muhammad ibn as-Sindi, berkata: Aku telah mendengar ar-Rabi’ ibn Sulaiman, berkata:
“Aku tidak pernah melihat seorang -yang bernar-benar- sufi kecuali Muslim al-Khawwash “.
Perhatikan.. ! inilah penjelasan Imam Baihaqi yang sengaja dipotong oleh wahabi dari kitab tersebut.
قلت: وإنما أراد به من دخل في الصوفية واكتفى بالاسم عن المعنى، وبالرسم عن الحقيقة، وقعد عن الكسب، وألقى مؤنته على المسلمين، ولم يبال بهم، ولم يرع حقوقهم، ولم يشتغل بعلم ولا عبادة، كما وصفه في موضع آخر. وذلك فيما أخبرنا أبو عبد الرحمن السلمي قال: سمعت أبا عبد الله الرازي يقول: سمعت إبراهيم بن المولد يحكي عن الشافعي أنه قال: لا يكون الصوفي صوفيا حتى يكون فيه أربع خصال: كَسُولٌ أكُول، نئوم، كثير الفضول. وإنما أراد به ذمّ من يكون منهم بهذه الصفة، فأمّا من صفا منهم في الصّوفية بصدق التوكل على الله عز وجل، واستعمال آداب الشريعة في معاملته مع الله عز وجل في العبادة، ومعاملته مع الناس في العشرة – فقد حُكِيَ عنه أنه عاشرهم وأخذ عنهم.
Aku (al-Baihaqi) katakan: “Sesungguhnya yang dimaksud -oleh Imam Syafi’i-: adalah orang yang masuk dalam kalangan sufi yang hanya mencukupkan dengan “nama” saja sementara dia tidak paham makna intinya, dia hanya mementingkan catatan tanpa mendalami hakekatnya, hanya duduk dan tidak mau berusaha, ia menyerahkan biaya hidup dirinya ke tangan kaum muslimin, sementara dia tidak peduli dengan mereka, tidak pernah menyibukkan diri dengan mencari ilmu dan ibadah”
Sebagaimana maksud ucapan Imam Syafi’i ini ia ungkapkan dalam riwayat lainnya, yaitu riwayat yang telah dikabarkan kepada kami oleh Abu Abdirrahman al-Sullami, berkata: Aku telah mendengar Abu Abdillah ar-Razi berkata: Aku telah mendengar Ibrahim ibn al Mawlid berkata dalam meriwayatkan perkataan asy-Syafi’i: “Seseorang tidak akan menjadi sufi hingga terkumpul pada dirinya empat perkara; pemalas, tukang makan, tukang tidur, dan tukang berlebihan”.
Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini. Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan menggunakan adab syari’ah dalam mu’amalahnya kepada Allah Azza wa Jalla dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka.
Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdirrahman al-Sullami, berkata: aku mendengar Abdullah bin al-Husain Ibnu Musa al-Sullami, mengatakan: aku mendengar Ali bin Ahmad, mengatakan: aku mendengar Ayyub bin Sulaiman, mengatakan: aku mendengarkan Muhammad bin Muhammad bin Idris al-Syafi’i mengatakan: aku mendengarkan ayahku mengatakan: “Aku telah bersahabat dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka kecuali dua pesan ini,
”Waktu adalah pedang”
“termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu”
artinya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun terkadang Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, sehingga terhindar dari maksiat.
Syeikh Ibnul Qayyim, murid Ibnu Taimiyah justru memuji perkataan ulama sufi yang dihafalkan oleh Imam Syafii tersebut.
Berkata Ibnul Qayyim al-Jauziyyah :
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ : ﺻﺤﺒﺖ ﺍﻟﺼﻮﻓﻴﺔ ﻓﻤﺎ ﺍﻧﺘﻔﻌﺖ ﻣﻨﻬﻢ ﺇﻻ ﺑﻜﻠﻤﺘﻴﻦ ﺳﻤﻌﺘﻬﻢ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﺍﻟﻮﻗﺖ ﺳﻴﻒ ﻓﺈﻥ ﻗﻄﻌﺘﻪ ﻭﺇﻻ ﻗﻄﻌﻚ ﻭﻧﻔﺴﻚ ﺇﻥ ﻟﻢ ﺗﺸﻐﻠﻬﺎ ﺑﺎﻟﺤﻖ ﻭﺇﻻ ﺷﻐﻠﺘﻚ ﺑﺎﻟﺒﺎﻃﻞ . ﻗﻠﺖ – ﺃﻱ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻘﻴﻢ – : ﻳﺎ ﻟﻬﻤﺎ ﻣﻦ ﻛﻠﻤﺘﻴﻦ ﻣﺎ ﺃﻧﻔﻌﻬﻤﺎ ﻭﺃﺟﻤﻌﻬﻤﺎ ﻭﺃﺩﻟﻬﻤﺎ ﻋﻠﻰ ﻋﻠﻮ ﻫﻤﺔ ﻗﺎﺋﻠﻬﻤﺎ ﻭﻳﻘﻈﺘﻪ ﻭﻳﻜﻔﻲ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺛﻨﺎﺀ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻋﻠﻰ ﻃﺎﺋﻔﺔ ﻫﺬﺍ ﻗﺪﺭ ﻛﻠﻤﺎﺗﻬﻢ
“Aduhai inilah dua kalimat yang sangat manfaat dan mencakup banyak hal. Dua kalimat tersebut menunjukkan tingginya semangat dan ketajaman pikiran orang yang mengatakannya. Cukuplah hal ini sebagai pujian Imam Syafi’i pada ulama tasawuf…”
(Madarij As-Salikin juz 3 hal; 129).
Bagaimana pula Imam Syafii akan membenci tasawuf sedangkan guru-gurunya adalah tokoh pembesar tasawuf seperti Muslim bin kholid assanji, Sufyan bin Uyainah dan Fudhail bin iyadh sebagaimana disebut dalam Siyar A’lamin Nubala’.
Masih kurang bukti? Inilah anjuran Imam Syafii untuk ber-fiqih sekaligus bertasawuf
فقيهاً وصوفياً فكن ليسَ واحداً# فَإني وَحَقِّ الله إياكَ أَنْصَحُ
فذلك قاسٍ، لم يذق قلبه تُقًى# وهذا جهولٌ، كيف ذو الجهل يصلحُ؟
“Jadilah kamu seorang ahli fiqih yang sekaligus bertasawwuf. Jangan jadi salah satunya, sungguh dengan haq Allah aku menasehatimu.
Orang yang hanya ahli fiqih tanpa tasawuf, hatinya keras tak akan merasakan nikmatnya taqwa. Sebaliknya, orang yang bertasawuf tanpa mengerti hukum fiqih, maka sungguh dia orang teramat bodoh, Bagimana bisa orang bodoh berbuat baik ?“.
(Diwan Imam Syafi’i halaman : 19)
Inilah sumpah imam syafii dan nasehatnya kepada umat untuk berfiqh dan bertasawwuf. Namun lagi-lagi aliran sesat wahabi tidak puas, mereka dengan sengaja mencetak ulang Diwan as-Syafii namun menghapus dua bait tersebut.
Wala haula wala quwwata illa billah.