“Non Hanif” Santri dan Akademisi

“Non Hanif” Santri dan Akademisi.
Oleh : Moh Nasirul Haq

Mungkin sebagian kita sudah tidak asing dengan nama DR. H Hanif Saha Ghofur yang menurut orang Probolinggo lebih akrab dipanggil “Non Hanif”, sebutan bagi seorang Gus atau anak Kiai. beliau merupakan seorang santri sekaligus aktifis yang sudah melanglang buana di dunia pendidikan, selain itu beliau juga merupakan salah satu Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) organisasi terbesar di Indonesia.

Lahir di suatu desa kecil yang bernama Blado Wetan, pada 28 Desember 1960 di kecamatan Banyuanyar, kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Desa ini cukup terkenal mengingat disana terdapat suatu pesantren salaf bernama Nahdlatut Tholibin yang sangat terkenal dengan kealiman dan kezuhudan para pengasuhnya, yang tidak lain merupakan pesantren kakeknya sendiri.

Pesantren Nahdlatut Tholibin Blado merupakan pesantren salaf yang memiliki jumlah santri sekitar 1000 orang, dengan ciri khas tetap konsisten mempertahankan pelajaran salaf sejak awal pendiriannya. Didirikan oleh KH Khozin pesantren Blado mengemban Amanah dalam mendidik masyarakat probolinggo dan sekitarnya. Yang menarik dari pondok Blado adalah dahulu kiai Khozin sangat Sufi dan Zuhud, hingga dikisahkan pesantren Blado dahulu kala berusaha mandiri dengan tidak menggunakan listrik pemerintah, akan tetapi menggunakan listrik dari beberapa kincir air dari sungai yang berada tepat di depan pesantrennya.

Nun Hanif lahir dan besar disana, berada di lingkungan pesantren membuatnya tumbuh menjadi seorang anak yang agamis, Nun Hanif dimasa kecilnya juga terkenal memiliki kecerdasan yang melebihi teman-teman sebayanya saat itu.

Setelah menginjak remaja Nun Hanif diamanati oleh kedua orang tuanya untuk memperdalam ilmu Agama di pesantren Sidogiri Kraton Pasuruan, disana ia belajar dengan beberapa saudaranya. Nun Hanif belajar di Sidogiri hingga akhirnya lulus dari Madrasah Sidogiri.

Siapa sangka meskipun sejak kecil lahir dari keluarga yang salaf, Nampaknya setelah lulus dari pesantren Sidogiri, Nun Hanif nampaknya mulai memiliki ketertarikan dengan dunia akademis. dan iapun mengambil keputusan untuk kuliah. Memang keputusan itu terlihat cukup berani, dan frontal. sebab jarang sekali ada putra kiai salaf yang kemudian kuliah di perguruan tinggi, akan tetapi hal itu justru menjadikan motifasi baginya untuk menjadi orang sukses kelak.

Meskipun berasal dari background pesantren salaf, ia terbukti bisa bersaing dengan yang lain dan berhasil mendapatkan beasiswa di Universitas Indonesia jurusan Antropologi. Sementara saudara-saudara seperjuangannya di Sidogiri, ada yang memilih berkuliah di Undar Jombang dan kemudian menjadi anggota dewan maupun menjadi rektor suatu kampus di probolinggo.

Selama di Jakarta beliau sangat aktif dalam berbagai organisasi, beliau kemudian menikah dengan seorang wanita dari Kalimantan Yang juga merupakan salah seorang aktifis lulusan Eropa.

Nun Hanif memutuskan untuk terjun di dunia pendidikan, pengalamannya di dunia pendidikan sudah tidak perlu di pertanyakan lagi, ia juga merupakan asisten ahli Kemedikbud RI (kementerian pendidikan dan kebudayaan), Beliau juga dalam kesehariannya aktif sebagai dosen dan ketua jurusan pascasarjana Universitas Indonesia.

Perhatiannya kepada masa depan pendidikan dan next generation sangatlah besar, terbukti dalam beberapa kesempatan beliau memiliki pemikiran yang keren menurut saya. diantaranya, Dr. KH. Hanif Saha Ghofur Dalam seminar nasional yang bertajuk “Bonus Demografi, Pemuda, dan Penguatan Pilar Kebangsaan,”, menyatakan bahwa kemajuan atau kemunduran suatu bangsa ditentukan oleh kuantitas dan kualitas pendidikan yang diterima dan diperoleh rakyatnya.

Non Hanif yang saat itu menjadi narasumber juga menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) memiliki peran yang jauh lebih besar dan penting dibandingkan dengan kekayaan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki oleh suatu negara.
“Apabila SDA yang berlimpah-ruah di suatu negara tidak dikelola secara berkeadilan dan berkesinambungan oleh SDM yang profesional, terdidik dan berwawasan luas, ma

Om Christ, [11.03.17 16:37]
ka keberadaan SDA itu justru akan menjadi sumber konflik, kekacauan dan disintegrasi di negara tersebut !!” tegas kiai asal Probolingo ini.

Komentar saya ini sangat benar sekali, jepang bisa menjadi Negara maju yang memiliki banyak penemuan dan industri, tidak lain karena segenap penduduknya sangat memperhatikan pendidikan. Berbeda dengan Negara yang dulunya maju jika melupakan sector pendidikan maka dia akan menjadi Negara bangkrut dan bergantung pada Negara lain, seperti Negara Yunani misalnya yang saat ini bangkrut padahal dahulu adalah pusat adigdaya.

Dr. KH. Hanif Saha Ghofur juga menegaskan bahwa bonus demografi yang saat ini dialami oleh bangsa Indonesia, dapat saja menjadi bencana demografi akibat sarana dan prasarana pendidikan yang tidak memadai, sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan pendidikan nasional sesuai dengan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajardikdas) 12 Tahun. “Masih cukup banyak penduduk RI yang belum mengenyam Wajardikdas 12 tahun, karena ketidakmampuan finansial. Hal ini menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka pengangguran sehingga berdampak terhadap besarnya jumlah tenaga kerja informal dan tidak terdidik Indonesia di luar negeri,” jelas beliau dalam acara seminar yang diselenggarakan di MT Haryono Square, Jakarta Timur.
Selain itu beliau juga mendapat amanah menjadi sekjen PBNU pada tahun 2010-2015, dan menjadi ketua PBNU pada masa jabatan 2015- sekarang. Sepak terjangnya di PBNU sangat banyak, diantaranya beliau banyak memberikan kontribusi dalam upaya berdirinya beberapa Universitas NU yang diantaranya Selama lima tahun terakhir telah mendirikan 24 Perguruan Tinggi NU secara mandiri.
Untuk lima tahun kepengurusan kedepan, iapun mengungkapkan akan menambah PTNU hingga memiliki 50 PTNU diseluruh indonesia.

Tentu kehadiran kampus ini juga merupakan buah pemikiran segenap pengurus besar Nahdlatul Ulama lainnya yang perlu kita apresiasi, memang Nampak sekali perubahan NU dibanding sebelum era 10 tahun kemarin, NU terlihat kurang memiliki wadah bagi akademisi NU yang resmi dibawah naungan PBNU, bahkan mungkin tidak ada sama sekali, dan semoga dengan hadirnya kampus-kampus ini akan memberikan kemajuan bagi NU kedepannya dan menjadi kebaikan bagi generasi NU masa depan.

Sebagaimana Seorang Ahli Hikmah berkata :
(إذا رأيت الدين والخير في صغار أمةٍ فأمل لها الخير)؛ لأنه إذا كان في الصغار فإنهم في الغد هم الذين يوجهون وهم الذين يكونون قدوة للناس، (وإذا رأيته في كبارها فإن الخير يزول عنها عندما يذهب الكبار) من كتاب شرح زاد المستقنع للشنقيطي – (233 / 12)
“Jika kau melihat agama dan kebaikan pada anak anak kecil ummat islam maka berharaplah baginya kebaikan, sebab jika mereka berada pada usia muda namun kelak dia yang akan mengarahkan dan dia yang akan menjadi contoh bagi masyarakat. dan jika kau melihat agama dan kebaikan pada orang dewasa maka sesungguhnya kebaikan itu akan hilang saat mereka tutup usia.” (dari kitab Syarh Zadul Mustaqni’, karya Imam Sinqithi (12/233).

Nun Hanif yang saya kenal, dalam kesehariannya merupakan orang yang ramah dan berwibawa dihadapan keluarga dan kerabatnya, beliau juga menjadi inspirasi bagi segenap ponakan dan keluarganya. Tak jarang kendati kesibukannya yang luar biasa padat ia juga tetap menyempatkan diri bersilaturrahmi dengan keluarganya di Probolinggo dan Kalimantan.

Diluar segudang kesibukannya itu Nun hanif masih sempat menulis dan beberapa buku, dan beliau juga mengisi di beberapa channel Televisi swasta dan Radio, khususnya yang bertema pendidikan.

Nun Hanif sekarang bertempat tinggal di Depok, dan Hingga hari ini Nun Hanif masih aktif bekerja sebagai Staf Ahli kemendikbud RI, aktif dalam beberapa Organisasi, sekretaris program kajian timur tengah dan islam pasca sarjana Universitas indonesia depok dan aktif di kantor pusat PBNU Jakarta.

Sekian.

Yaman, 10 Maret 2017.

Sebarkan Kebaikan Sekarang
loading...

Ustaz Moh Nasirul Haq

Ustaz Moh Nasirul Haq has written 34 articles

NAMA : MOH NASIRUL HAQ, Lahir di Probolinggo,23 Mei 1991. Alumni UNIV. Hasyim Ash'ary Tebuireng Jombang JATIM, sedang menempuh pendidikan di UNIV. Imam Syafi'i Mukalla Hadromaut Rep. Yaman sejak 2013 hingga sekaran. Jago debat bahasa Arab dan Nasyid, sekarang menjadi A'wan syuriah PCINU yaman 2016-2017

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>