Bulan Rajab, sungguh mengajarkan kepada kita bahwa Allah pasti memiliki rencana. Kelak kita akan mensyukuri sebuah karunia setelah berbagai cobaan kita rasakan.
”Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun terdapat dua belas bulan yang di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati, tiga bulan diantaranya berturut-turut Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumadil Tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari-Muslim)
Beraneka kejadian dan peristiwa terus berlalu silih berganti. Berbagai kondisi kita lalui dari tahun ke tahun. Tanpa terasa, beberapa hari lagi, kita akan melewati bulan Rajab di tahun ini.
Ada kebahagiaan yang kita rayakan, dan ada kesedihan yang kita rasakan, namun kita harus tetap hidup tanpa penyesalan. Kita mesti senantiasa optimis, meski berbagai rintangan senantiasa menghimpit dan menguras keimanan.
Bagaimana pun juga masa yang akan datang harus dihadapi dengan keimanan dan ketakwaan yang melimpah. Apapun pun kondisi yang telah menimpa dalam waktu-waktu yang lalu, baik yang telah lama maupun yang baru saja terjadi; yang masih begitu segar dalam ingatan kita, namun esok hari tetaplah misteri. Mungkin kemarin kita sangat berat dan mengalami kesulitan dalam hidup, namun bukan berarti kita boleh takut menghadapi fajar esok hari.
Bulan Rajab, sungguh mengajarkan kepada kita bahwa kita Allah pasti memiliki rencana, kelak kita akan mensyukuri sebuah karunia setelah berbagai cobaan yang kita rasakan. ”Paket perjalanan” Rasulullah di bulan Rajab merupakan sebuah pelajaran sangat berharga bagi kita bahwa setiap kesusahan dan rintangan dalam menjalankan misi dakwah pasti digantikan dengan anugerah yang menjadikan hidup kita lebih berkualitas.
Terlebih bahwa setiap anugerah juga sebenarnya selalu mengandung ujian bagi kita untuk semakin mengintensifkan segala potensi kita demi mengupayakan keridhoan Allah SWT. Sejarah seputar peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan palajaran berharga, bagaimana kesusahan dan kesedihan tergantikan dengan sebuah pesan (berupa sholat lima waktu) sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Pesan Isra’ Mi’raj ini mengindikasikan bahwa sebelum menerima sebuah tugas yang lebih berat, tentu terlebih dahulu kita akan diuji. Jika sukses melewati ujian yang diberikan Allah, tentu kita akan menerima anugerah sebagai karunia dan kemahamurahan Allah SWT. Maka jika ingin meningkatkan derajat ketaqwaan, mestinya kita mempersiapkan diri menghadapi berbagai ujian.
Sumber : Nu.or.id