Benarkah Maulid Nabi Berasal Dari Syi’ah Fathimiyah ?
Sebelum menjawab tuduhan tersebut, perlu kita jelaskan dulu apa maksud dari tuduhan tersebut, kemungkinan nya ada dua yaitu :
1. Dasar peringatan Maulid berasal dari Syi’ah Fathimiyah ?
2. Cara pelaksanaan Maulid sekarang berasal dari Syi’ah Fathimiyah ?
Kita anggap saja bahwa yang dimaksud oleh Wahabi penebar fitnah ini adalah kedua nya berasal dari Syi’ah, karena bila kita tanyakan ke Wahabi, pasti jawaban nya lain-lain, karena mereka memang tidak punya pegangan yang jelas.
Bila tuduhan yang maksud Wahabi adalah dasar atau asal mula peringatan Maulid dari Syi’ah, maka jawaban nya sebagai berikut :
Jawab :Sungguh tuduhan tersebut sangat melampaui batas, tidak sepantasnya tuduhan tersebut keluar dari mulut orang yang mengaku Islam, karena asal mula memperingati Maulid Nabi sama sekali bukan berasal dari Syi’ah Fathimiyah, tapi peringatan Maulid Nabi sudah ada sejak masa Rasulullah Muhammad SAW, yakni Rasulullah sendiri yang memperingati hari kelahiran beliau dengan mensyari’atkan Ibadah Puasa pada hari lahir nya [hari Senin], sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim :
Ketika Rasulullah ditanyakan, kenapa berpuasa hari Senin ?
Rasulullah menjawab : ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ
“Hari itu adalah hari lahir ku, dan hari diutuskan aku menjadi Rasul atau hari diturunkan Wahyu kepada ku”.[HR. Muslim dan lain nya].
Inilah dasar Maulid Nabi yang diperintahkan oleh beliau sendiri, puasa hari Senin adalah peringatan hari Maulid atau hari Bi’tsah [diutus menjadi Rasul] atau apa pun istilah nya, agar ummat tidak lupa dengan hari kelahiran dan hari jadinya beliau sebagai seorang Rasul, mereka [Wahabi] mungkin puasa tiap Senin tapi bisa lupa bahwa itu adalah peringatan hari Maulid Nabi seminggu sekali, sehingga menyangka benar dasar Maulid itu dari Syi’ah Fathimiyah, na’uzubillah.
Bila tuduhan yang dimaksud oleh Wahabi penebar fitnah ini adalah cara dan waktu pelaksanaan Maulid sekarang sama dengan perayaan Maulid Syi’ah dulu, yakni setiap tahun dan di bulan Rabiul Awal dan lain sebagainya, dan mereka menjadikan sebagai alasan tidak boleh memperingati Maulid Nabi, sungguh tuduhan ini sangat bodoh dan pembodohan, karena bila ternyata benar Maulid itu diadopsi dari Maulid Syi’ah, tidak otomatis Maulid pun ikut sesat, karena Maulid Nabi bukan termasuk dalam salah satu kesesatan Syi’ah, sebagaimana yang telah kita sampaikan di atas bahwa masalah kita bukan pada siapa pertama kali memperingati Maulid Nabi, apa maksud para Syaikh Wahabi melemparkan tuduhan ini, mereka hanya ingin memasukkan kesan-kesan negatif dalam pelaksanaanperingatan Maulid Nabi yang agung, cukuplah bagi mereka jawaban sebagai berikut :
Jawab : Dalam catatan sejarah siapa pertama kali melaksanakan perayaan peringatan Maulid Nabi tahunan, Ada beberapa versi menurut ahli sejarah yaitu, pencetus perayaan peringatan Maulid Nabi menurut Ibnu Katsir adalah Raja Mudhaffaruddin Abu Sa’id Al-Kukburi, menurut Abu Syamah adalah Syaikh Umar bin Muhammad Al-Mulla, dan menurut Al-Muqrizibahwa yang pertama kali mengadakan perayaan maulid Nabi adalah Syi’ah Fathimiyah, dan sebagian Wahabi beranggapan Maulid pun ikut sesat karena berasal dari Syi’ah, namun sejarah adalah sebatas sejarah, bukan sebuah dalil atau alasan untuk status hukum, dan fakta nya ada 3 versi sejarah dan bahkan lebih, tidak perlu memperdebatkan sejarah yang tidak akan ada habis nya, dan juga tidak perlu mencari tahu mana yang paling shohih antara 3 versi tersebut, karena tidak berpengaruh apa pun terhadap status hukum nanti nya, kalau pun benar Maulid berasal dari Syi’ah, itu bukan masalah yang harus soroti dan dibesar-besarkan, sebagaimana diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah tiba di Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram),
Rasulullah bertanya : “ada apa gerangan kalian berpuasa hari ini ?”
Mereka menjawab : “Hari ini adalah hari ditenggelamkan Fir’aun dan diselamatkan Nabi Musa, dan kami berpuasa di hari ini adalah karena bersyukur kepada Allah”.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda : نحن أحق بموسى منكم “kami lebih berhak dengan Musa dari pada kalian”,
lalu Rasulullah SAW berpuasa dan memerintahkan untuk berpuasa hari ‘Asyura’ [HR. Imam Bukhari dan Muslim].
Demikian juga dengan Maulid Nabi, kalau pun ternyata benar Syi’ah Fathimiyah dahulu pernah memperingati Maulid Nabi, maka kita jawab kepada Wahabi bahwa “kami [Aswaja] lebih berhak dengan Nabi Muhammad SAW dari pada Syi’ah Fathimiyah”, SebagaimanaJawaban Rasulullah kepada Yahudi di atas, Kesamaan Syari’at kita dalam puasa ‘Asyura’adalah pada sisi benar nya, bukan pada sisi sesat nya, begitu juga kesamaan Ahlus Sunnah Waljama’ah [Aswaja] dengan Syi’ah Fathimiyah dalam perayaan Maulid Nabi adalah pada sisi benar nya bukan pada sisi sesat nya. [wallahu a’lam].
Insyaallah jawaban ini bisa mengobati hati yang masih bisa terobati, sikap terlalu benci kepada Syi’ah tidak berimbas kepada anti terhadap Maulid Nabi, tidak ada hubungan antaraMaulid Nabi dengan kesesatan ajaran Syi’ah, semoga peringatan Maulid Nabi menjadi sebab kita mendapat keberkahan dan Istiqamah dalam ajaran Islam, dan tidak terpengaruh olehisu-isu Bid’ah dan Tasyabbuh, dan semoga kita mendapat syafa’at di hari kiamat kelak nanti.