PERTANYAAN
Hasan Akses
Assalamu’a laikum…. .
pernah baca hadist “Janganlah seorang diantara kalian kencing di air tempat mandinya kemudian dia berwudhu di dalamnya,s esungguhny a kebanyakan keraguan berasal darinya”(H R. Perawi yang lima)..
1.apa maksud hadist di atas???
2. Bolehkah kita berwudhu di kamar mandi???
Mohon pencerahan para ustadz n sedherek sedoyo…
JAWABAN
Masaji Antoro
Wa’alaikum salam
ب – اجْتِنَابُ الْبَوْل فِي مَكَانِ الاِسْتِحْ مَامِ خَشْيَةَ الْوَسْوَا سِ :
14 – نَصَّ الْحَنَفِي َّةُ وَالشَّافِ عِيَّةُ وَالْحَنَا بِلَةُ عَلَى كَرَاهَةِ الْبَوْل فِي مَكَانِ الاِسْتِحْ مَامِ لِحَدِيثِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَال : قَال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ يَبُولَنَّ أَحَدُكُمْ فِي مُسْتَحَمّ ِهِ ثُمَّ يَغْتَسِل فِيهِ ” وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ يَتَوَضَّأ ُ فِيهِ ، فَإِنَّ عَامَّةَ الْوَسْوَا سِ مِنْهُ (1) . وَإِنَّمَا نُهِيَ عَنْ ذَلِكَ إِذَا لَمْ يَكُنْ لَهُ مَسْلَكٌ يَذْهَبُ فِيهِ الْبَوْل ، أَوْ كَانَ الْمَكَانُ صُلْبًا فَيُوهَمُ الْمُغْتَس ِل أَنَّهُ أَصَابَهُ مِنْهُ شَيْءٌ فَيَحْصُل بِهِ الْوَسْوَا سُ (2)
__________
(1) حَدِيث : ” لاَ يَبُولُنَّ أَحَدُكُمْ فِي مُسْتَحَمّ ِهِ . . . ” أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُد ( 1 / 29 – ط حِمْصَ ) ، وَأَخْرَجَهُ التِّرْمِذ ِيّ ( 1 / 33 – ط الْحَلَبِيّ ) مختصرا بِمَعْنَاه ُ وَقَال : هَذَا حَدِيث غَرِيب .
(2) حَاشِيَة ابْن عَابِدِينَ 1 / 230 ، وَمُغْنِي الْمُحْتَاج 1 / 42 ، وَكَشَّاف الْقِنَاع 1 / 62 ، 63 ، وَمَعَالِم السُّنَنِ 1 / 22 بَيْرُوت الْمَكْتَبَة الْعِلْمِي َّة .
MENJAUHI KENCING DIKAMAR MANDI KARENA KHAWATIR TERJADI WAS-WAS
Kalangan Hanafiyyah , Syafi’iyya h dan Hanabilah menghukumi makruh kencing dikamar mandi berdasarka n hadits dari Abdullah bin Mughaffal Radhiyalla hu ‘anhu, dia berkata Rasulullah Shallallah u ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Janganlah salah seorang diantara kamu kencing di tempat mandinya kemudian mandi atau dalam riwayat lain kemudian wudhu di tempat tersebut karena sesungguhn ya umumnya ganguan (was-was) itu dari situ” [Hadits riwayat Abu Daud I/29, Tirmidzi I/33]
Pelarangan tersebut dengan ketentuan bila dia tidak menemukan jalan lain/ tempat lain baginya untuk kencing, atau kamar mandinya berupa dataran keras yang dapat memberikan praduga bagi orang yang mandi akan terkena sesuatu dari percikan kencingnya sehingga menimbulka n rasa was-was baginya. (Hasyiyah ‘Aabidiin I/ 230, Mughni al-Muhtaaj I/42, Kassyaaf alQinaa’ I/62-63, dan Ma’aalim as-sunan I/ 22) Al-Mausuu’ah al-Fiqhiyy ah 43/152-153
Wallaahu A’lamu Bis showaab