Ahmad Sholeh Shofi >>
Assalamual aiukm,
Apakah boleh seorang perempuan yg sedang menjalani iddah wafat itu pergi ke mal, super market, atau tempat 2 lainnya? klu tdk boleh sebatas mana yg di perbolehka n?
-
-
Masaji Antoro >>Wa’alaikum
salam TIDAK BOLEH KECUALI DALAM KETENTUAN-KETENTUAN DIBAWAH INI تَنْبِيهٌ : اقْتَصَرَ الْمُصَنِّفُ عَلَى الْحَاجَةِ إعْلَامًا بِجَوَازِه ِ لِلضَّرُور َةِ مِنْ بَابِ أَوْلَى كَأَنْ خَافَتْ عَلَى نَفْسِهَا تَلَفًا أَوْ فَاحِشَةً أَوْ خَافَتْ عَلَى مَالِهَا أَوْ وَلَدِهَا مِنْ هَدْمٍ أَوْ غَرَقٍ .فَيَجُوزُ لَهَا الِانْتِقَ الُ لِلضَّرُور َةِ الدَّاعِيَ ةِ إلَى ذَلِكَ ، وَعُلِمَ مِنْ كَلَامِهِ كَغَيْرِهِ تَحْرِيمُ خُرُوجِهَا لِغَيْرِ حَاجَةٍ وَهُوَ كَذَلِكَ ، كَخُرُوجِه َا لِزِيَارَة ٍ وَعِيَادَة ٍ وَاسْتِنْم َاءِ مَالِ تِجَارَةٍ وَنَحْوِ ذَلِكَ . قَوْلُهُ : ( وَنَحْوِ ذَلِكَ ) أَيْ كَخُرُوجِهَا لِجِنَازَة ِ زَوْجِهَا أَوْ أَبِيهَا مَثَلًا فَلَا يَجُوزُ . Tujuan Pengarang kitab membatasi bolehnya keluar bagi wanita yang sedang menjalani masa idah bila ada HAJAT (kepentingan, seperti bekerja mencukupi kebutuhann ya) itu sekaligus memberi pengertian juga diperboleh kan baginya keluar dalam keadaan DARURAT seperti dia khawatir akan keselamata nnya, kehormatan nya, harta bendanya, khawatir akan keselamata n anaknya, maka diperboleh kan baginya keluar rumah sebab adanya darurat tersebut, ini berarti bila tidak unsur diatas tidak boleh (haram) baginya keluar rumah tanpa ada keperluan seperti seperti diatas semisal keluar untuk ziyaroh, menengok orang sakit, menjalanka n usahanya agar hartanya bertambah dan lain sebagainya . Keterangan(dan lain sebagainya ) seperti keluarnya untuk menjenguk jenazah suaminya, ayahnya, maka keluarnya tidak boleh Hasyiyah Bujairomi ‘Alaa al-KhootibXI/285 ____________________ __ Namun bila keluarnya ada HAJAT (keperluan) seperti mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan dirinya (bagi wanita yang menjalani masa iddah sementara tidak ada yang menafkahin ya ) hukum keluarnya DIPERBOLEH KAN ( إلَّا لِحَاجَةٍ ) أَيْ فَيَجُوزُ لَهَا الْخُرُوجُفِي عِدَّةِ وَفَاةٍ وَعِدَّةِ وَطْءِ شُبْهَةٍ وَنِكَاحٍ فَاسِدٍ وَكَذَا بَائِنٌ وَمَفْسُوخ ٌ نِكَاحُهَا وَضَابِطُ ذَلِكَ كُلُّ مُعْتَدَّة ِ لَا تَجِبُ نَفَقَتُهَ ا وَلَمْ يَكُنْ لَهَا مَنْ يَقْضِيهَا حَاجَتَهَا لَهَا الْخُرُوجُ فِي النَّهَارِ لِشِرَاءِ طَعَامٍ وَقُطْنٍ وَكَتَّانٍ وَبَيْعِ غَزْلٍ وَنَحْوِهِ لِلْحَاجَة ِ إلَى ذَلِكَ ، أَمَّا مَنْ وَجَبَتْ نَفَقَتُهَ ا مِنْ رَجْعِيَّة ٍ أَوْ بَائِنٍ حَامِلٍ أَوْ مُسْتَبْرَ أَةٍ فَلَا تَخْرُجُ إلَّا بِإِذْنٍ أَوْ ضَرُورَةٍ كَالزَّوْج َةِ ، لِأَنَّهُن َّ مُكَفَّيَا تٌ بِنَفَقَةِ أَزْوَاجِه ِنَّ وَكَذَا لَهَا الْخُرُوجُ لِذَلِكَ لَيْلًا إنْ لَمْ يُمْكِنْهَ ا نَهَارًا وَكَذَا إلَى دَارِ جَارَتِهَا لِغَزْلٍ وَحَدِيثٍ وَنَحْوِهِ مَا لِلتَّأَنّ ُسِ لَكِنْ بِشَرْطِ أَنْ تَرْجِعَ وَتَبِيتَ فِي بَيْتِهَا . Diperbolehkah wanita dalam masa iddah keluar rumah untuk bekerja memenuhi kebutuhann ya sendiri dan keluargany a dengan beberapa ketentuan• keluarnya hanya semata-mata mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhann ya dan keluargany a yang seandainya tidak keluar akan bisa menimbulka n masyaqoh • keluarnya dilakukan pada siang hari dan tetap komitmen dengan aturan ihdad selain menetap di rumah seperti tidak memakai wewangian,celak dll. Diperbolehkan juga baginya keluar untuk mencari nafkah pada malam hari selama tidak memungkink an melakukann ya pada siang hari. REFERENSI : ِAl-Bujairomi ‘Ala Al-Khotib XI/284, Al-Bajuri II/ 183, Syarah Al-Yaqut An-Nafis hlm.652-653, Nihayah Al-Muhtaj VII/ 157, Al-Hawy Al-Kabir VII/ 324-326, Asy-Syarwa ny VIII/255 Ahmad Sholeh Shofi >>> Nyon sewu,,, jadi hukum untk org iddah tdk ada hukum yg lebih ringan lagi ya Masaji…., artinya hukum sprt di atas sdh paten, maksudnya , barangkali ada ulama yg berfatwa lebih ringan, matur nuwun….Masaji Antoro >> Tidak tertawarkan karena sudah ada dalil nash tegas dalam alQuran QS. At-ThalaaQ ayat 1 السُّكْنَىفِي بَيْتِ الْعِدَّةِ : 51 – أَوْجَبَ الشَّارِعُعَلَى الْمُعْتَد َّةِ أَنْ تَعْتَدَّ فِي الْمَنْزِل الَّذِي يُضَافُ إِلَيْهَا بِالسُّكْن َى حَال وُقُوعِ الْفُرْقَة ِ أَوِ الْمَوْتِ ، وَالْبَيْت ِ الْمُضَافِ إِلَيْهَا فِي قَوْله تَعَالَى { لاَ تُخْرِجُوه ُنَّ مِنْ بُيُوتِهِن َّ } (3) هُوَ الْبَيْتُ الَّذِي تَسْكُنُهُ . وَلاَ يَجُوزُ لِلزَّوْجِ وَلاَ لِغَيْرِهِ إِخْرَاجُ الْمُعْتَد َّةِ مِنْ مَسْكَنِهَ ا . وَلَيْسَ لَهَا أَنْ تَخْرُجَ وَإِنْ رَضِيَ الزَّوْجُ بِذَلِكَ ، لأَِنَّ فِي الْعِدَّةِ حَقًّا لِلَّهِ تَعَالَى ، وَإِخْرَاج ُهَا أَوْ خُرُوجُهَا مِنْ مَسْكَنِ الْعِدَّةِ مُنَافٍ لِلْمَشْرُ وعِ ، فَلاَ يَجُوزُ لأَِحَدٍ إِسْقَاطُه ُ Kewajiban menetap dirumah IDDAHHukum Syara’ mewajibkanbagi wanita yang menjalani masa iddah menetap dalam rumah saat terjadinya furqah atau mati suaminya berdasarka n firman Allah “Janganlahkamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan ) ke luar kecuali kalau mereka mengerjaka n perbuatan keji yang terang” (QS. At-ThalaaQ ayat 1) Dan tidak diperbolehkan bagi suami juga selain suami mengeluark annya dari rumah tersebut, juga tidak boleh baginya keluar rumah meskipun seizin suaminya karena dalammasa iddah terdapat HAK ALLAH, mengeluark annya atau keluarnya dari rumah iddahnya berarti menentang apa yang telah menjadi ketetapan syara’ karenanya tidak boleh bagi seseorang menggugurk an hukum tersebut Almausuu’ah al-Fiqhiyy ah IV/ 248PISS-KTB >> pengabdian Untuk kelestaria n sunni salafiyyah
-