Zakiya El Qolby
Asalamu’al
JAWABAN :
> > Alif Jum’an Azend
Para ahli fiqih menetapkan bahwa hukum asal dari berbohong itu adalah haram, tetapi pada kasus-kasus tertentu ada dalil yang memperbolehkan untuk berbohong.
Hadits-hadits shahih pengecualian bolehnya berbohong pada kasus-kasus tertentu
1. Hadits Ummu Kultsum:
عن أم كلثوم بنت عقبة أخبرته : أنها سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : ليس الكذاب الذي يصلح بين الناس فينمي خيرا أو يقول خيرا
Artinya:
Dari Ummu Kultsum binti Uqbah mengabarkan bahwa dia mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Bukanlah pendusta orang yang mendamaikan antara manusia (yang bertikai) kemudian dia melebih-lebihkan kebaikan atau berkata baik”. [Muttafaqun ‘Alaih]
Di dalam riwayat Al Imam Muslim ada tambahan:
ولم أسمع يرخص في شيء مما يقول الناس كذب إلا في ثلاث الحرب والإصلاح بين الناس وحديث الرجل امرأته وحديث المرأة زوجها
Artinya:
“Dan aku (Ummu Kultsum) tidak mendengar bahwa beliau memberikan rukhsah (keringanan) dari dusta yang dikatakan oleh manusia kecuali dalam perang, mendamaikan antara manusia, pembicaraan seorang suami pada istrinya dan pembicaraan istri pada suaminya”.
[Dinukil dari Riyadhush Sholihin, Bab. Al Ishlah bainan naas]
Hadits Ummu Kultsum ini diriwayatkan juga oleh At Tirmidzi (no.2063, Maktabah Asy Syamilah) dan beliau katakan, ‘Ini adalah Hadits Hasan Shohih’. Dan Abu Dawud (no.4920, Baitul Afkaar Ad Dauliyah)
2. Hadits Asma’ binti Yazid diriwayatkan oleh At Tirmidzi dalam Sunannya yang redaksinya hampir sama dengan hadits Ummu Kultsum yaitu:
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ يَحِلُّ الْكَذِبُ إِلاَّ فِى ثَلاَثٍ يُحَدِّثُ الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ لِيُرْضِيَهَا وَالْكَذِبُ فِى الْحَرْبِ وَالْكَذِبُ لِيُصْلِحَ بَيْنَ النَّاسِ ». وَقَالَ مَحْمُودٌ فِى حَدِيثِهِ « لاَ يَصْلُحُ الْكَذِبُ إِلاَّ فِى ثَلاَثٍ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ لاَ نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ أَسْمَاءَ إِلاَّ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ خُثَيْمٍ.
Artinya:
Dari Asma’ binti Yazid dia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Bohong itu tidak halal kecuali dalam tiga hal (yaitu) suami pada istrinya agar mendapat ridho istrinya, bohong dalam perang, dan bohong untuk mendamaikan diantara manusia”.
Mahmud berkata dalam haditsnya: “Tidak boleh berbohong kecuali dalam tiga hal”.
Abu ‘Isa (At Tirmidzi) berkata, ‘Ini hadits hasan, kami tidak mengetahuinya dari hadits Asma’ kecuali dari hadits Ibnu Khutsaim’. [Sunan At Tirmidzi (2064) 7/408, Maktabah Asy Syamilah](http://suryawardana.blogspot.com/2011/01/3-bohong-yang-dibolehkan.html)
> > Khodim Piss-ktb II
Merayu Anak Kecil Dengan Cara Membohongi
Ada beberapa prinsip dasar dalam pembahasan
1. Tujuan yang terpuji ketika bisa dicapai baik dengan jujur maupun berbohong maka memilih berbohong adalah haram.
2. Tujuan yang terpuji ketika hanya bisa dicapai dengan berbohong maka hukumnya mubah pada tujuan yang mubah, dan wajib pada tujuan yang wajib.
3. Tujuan yang terpuji ketika bila bersikap jujur efek negatifnya
4. Tujuan yang terpuji ketika bila bersikap jujur tidak terlalu berimbas negatif maka wajib jujur.
5. Tujuan yang terpuji ketika bila bersikap jujur efek negatifnya
Terdapat beberapa hadits yang menjelaska
– dalam medan perang
– dalam keharmonis
-dan dalam mendamaika
Membohongi
R e f e r e n s i :
الكتاب : إحياء علوم الدين ج3 ص137-138
فنقول الكلام وسيلة إلى المقاصد فكل مقصود محمود يمكن التوصل إليه بالصدق والكذب جميعا فالكذب فيه حرام وإن أمكن التوصل إليه بالكذب دون الصدق فالكذب فيه مباح إن كان تحصيل ذلك القصد مباحا وواجب إن كان المقصود واجبا -إلى أن قال-
فإذا علم أن المحذور الذي يحصل بالصدق أشد وقعا في الشرع من الكذب فله الكذب وإن كان ذلك المقصود أهون من مقصود الصدق فيجب الصدق وقد يتقابل الأمران بحيث يتردد فيهما وعند ذلك الميل إلى الصدق أولى لأن الكذب يباح لضرورة أو حاجة مهمة فإن شك في كون الحاجة مهمة فالأصل التحريم فيرجع إليه ولأجل غموض إدراك مراتب المقاصد ينبغي أن يحترز الإنسان من الكذب ما أمكنه
“Kami katakan, ucapan adalah perantara mencapai tujuan. Setiap tujuan terpuji yang memungkink
Ketika telah diketahui bahwa efek negatif syar’i yang timbul dengan sikap jujur lebih banyak daripada dusta maka boleh baginya berdusta. Bila perkara yang dikehendak
الكتاب : عون المعبود شرح سنن أبي داود ج13 ص228-229
( دعتني ) أي طلبتني وأنا صغير ( ورسول الله صلى الله عليه و سلم قاعد ) الجملة حالية ( فقالت ها ) للتنبيه أو اسم فعل بمعنى خذ ( تعال ) بفتح اللام بلا ألف تأكيد ( أعطيك ) مرفوع على أنه خبر مبتدأ محذوف أي أنا ( وما أردت ) أي أي شيء نويت ( أن تعطيه ) بسكون التحتية لأن الصيغة للمخاطبة وعلامة نصبها حذف النون ( أما ) بالتخفيف للتنبيه ( كتبت ) بصيغة المجهول ( عليك كذبة ) بفتح الكاف وسكون الذال أي مرة من الكذب أو بكسر الكاف وسكون الذال أي نوع من الكذب
وفي الحديث أن ما يتفوه به الناس للأطفال عند البكاء مثلا بكلمات هزلا أو كذبا بإعطاء شيء أو بتخويف من شيء حرام داخل في الكذب كذا في اللمعات.
“[Ibu memanggilk
[Lalu ibu berkata hei] untuk kalimat pengindah ataupun isim fi’il yang berarti ambillah [kemarilah
[Ibu akan memberimu]
[(Nabi berkata)te
[Untuk kalian berikan padanya]de
[Berhati-h
[Bisa ditetapkan
[Padamu satu kali/satu macam dari sifat dusta] bila dengan fathah ‘kaf dan sukun ‘dzal’ berarti ‘satu kali dari sifat dusta’, bila dengan kasrah ‘kaf’ dan sukun ‘dzal’ berarti satu macam dari sifat dusta.’
Dari hadits ini bisa diketahui bahwa apa yang biasa diremehkan
Demikian dikatakan ad-Dahlawi
Link Asal > >
http://