PERTANYAAN :
Awi ‘biang’
#Assalamu’ alaikum…
Mau tanya…Me nurut syariat Islam, Ari-ari bayi yg baru lahir sebaiknya diSimpan, ditanam atau dibuang saja..??
Mohon Jawabannya ..!!Syukra n. :)
JAWABAN :
>> Masaji Antoro
Wa’alaikum salam
MASYIMAH terbagi atas dua macam :
1. Masyimah yang tersambung dengan pusar (ari-ari)
2. Masyimah pembungkus bayi (uterus)
Masyimah hukumnya suci.
Sedangkan hukumnya sebagai berikut :
1. Masyimah (ari-ari) sunah dikuburkan bila bayinya tidak mati seketika oada waktu pemotongan sedang bila bayinya mati sat pemotongan atau lahir sudah dalam keadaan mati maka hukumnya sama dengan bayinya (Wajib dikuburkan )
2. Masyimah pembungkus bayi (uterus) tidak terdapati kewajiban apapun.
Ketentuan diatas berpijak pada pendapat al-Batmawi
( وَالْجُزْء ُ الْمُنْفَص ِلُ ) بِنَفْسِهِ أَوْ بِفِعْلِ فَاعِلٍ ( مِنْ ) الْحَيَوَا نِ ( الْحَيِّ ) ( كَمَيْتَتِ هِ ) طَهَارَةً وَضِدَّهَا لِخَبَرِ { مَا قُطِعَ مِنْ حَيٍّ فَهُوَ مَيِّتٌ } فَالْيَدُ مِنْ الْآدَمِيّ ِ طَاهِرَةٌ وَلَوْ مَقْطُوعَة ً فِي سَرِقَةٍ أَوْ كَانَ الْجُزْءُ مِنْ سَمَكٍ أَوْ جَرَادٍ وَمِنْ نَحْوِ الشَّاةِ نَجِسَةٌ ، وَمِنْهُ الْمَشِيمَ ةُ الَّتِي فِيهَا الْوَلَدُ طَاهِرَةٌ مِنْ الْآدَمِيّ ِ ، نَجِسَةٌ مِنْ غَيْرِهِ .
Bagian tubuh yang terpisah dengan sendirinya atau akibat perbuatan seseorang dari yang hidup hukumnya seperti bangkainya baik dalam kesucian atau kenajisann ya berdasarka n hadits “Yang terpisah dari yang hidup seperti bangkai” maka tangan yang terpisah dari manusia hukumnya suci meskipun terpotong akibat pencurian atau bagian tubuh dari ikan air atau belalang (maka suci).Seda ng yang terpotong dari semacam kambing maka najis.Term asuk masyimah yang didalamnya terdapati anak, bila dari manusia maka suci, bila dari selainnya maka najis.
Hasyiyah as-Syibro Malisy II/15
__________ __________ _
( فَرْعٌ ) آخَرُ هَلْ الْمَشِيمَ ةُ جُزْءٌ مِنْ الْأُمِّ أَمْ مِنْ الْمَوْلُو دِ حَتَّى إذَا مَاتَ أَحَدُهُمَ ا عَقِبَ انْفِصَالِ هَا كَانَ لَهُ حُكْمُ الْجُزْءِ الْمُنْفَص ِلِ مِنْ الْمَيِّتِ فَيَجِبُ دَفْنُهَا ، وَلَوْ وُجِدَتْ وَحْدَهَا وَجَبَ تَجْهِيزُه َا وَالصَّلَا ةُ عَلَيْهَا كَبَقِيَّة ِ الْأَجْزَا ءِ أَوَّلًا ؛ لِأَنَّهَا لَا تُعَدُّ مِنْ أَجْزَاءِ وَاحِدٍ مِنْهُمَا خُصُوصًا الْمَوْلُو دَ فِيهِ نَظَرٌ فَلْيُتَأَ مَّلْ .ا هـ .سم عَلَى الْمَنْهَج ِ وَأَقُولُ الظَّاهِرُ أَنَّهُ لَا يَجِبُ فِيهَا شَيْءٌ ا هـ .ع ش عَلَى م ر .وَعِبَارَ ةُ الْبِرْمَا وِيِّ أَمَّا الْمَشِيمَ ةُ الْمُسَمَّ اةُ بِالْخَلَا صِ فَكَالْجُز ْءِ ؛ لِأَنَّهَا تُقْطَعُ مِنْ الْوَلَدِ فَهِيَ جُزْءٌ مِنْهُ وَأَمَّا الْمَشِيمَ ةُ الَّتِي فِيهَا الْوَلَدُ ، فَلَيْسَتْ جُزْءًا مِنْ الْأُمِّ وَلَا مِنْ الْوَلَدِ انْتَهَتْ .
CABANG
Apakah masyimah bagian dari ibu atau anak hingga bila salah satu dari mereka meninggal setelah terpisahny a maka hukumnya seperti bagian tubuh yang terpisah dari mayat maka wajib menguburka nnya, dan bila ia ditemukan sendirian maka wajib merawatnya serta menshalati nya sebagaiman a bagian-bag ian tubuh manusia lainnya ? Ataukah tidak diwajibkan apapun atas masyimah tersebut karena ia tidaj terhitung satu bagian tubuh dari mereka ? Didalamnya perlu pemikiran, maka berfikirla h..
Ahmad Bin Qoosim al-‘Ubbaad i berpendapa t tidak ada kwajiban apapun atas masyimah sedang al-Barmawy menilai Masyimah yang juga dikenal dengan nama al-Khalash maka seperti bagian tubuh dari seseorang karena ia terpotong dari tubuh seorang anak maka ia bagian tubuhnya, sedang masyimah yang didalamnya terdapati anak maka bukanlah bagian tubuh dari ibu juga bukan bagian tubuh dari anak.
Hasyiyah al-Jamal VII/142
__________ __________
وَيُسَنُّ دَفْنُ مَا انْفَصَلَ مِنْ حَيٍّ لَمْ يَمُتْ حَالًا أَوْ مِمَّنْ شُكَّ فِي مَوْتِهِ كَيَدِ سَارِقٍ وَظُفْرٍ وَشَعْرٍ وَعَلَقَةٍ ، وَدَمِ نَحْوِ فَصْدٍ إكْرَامًا لِصَاحِبِه َا
Dan disunahkan menguburka n bagian yang terpisah dari orang hidup yang tidak mati seketika atau bagian tubuh yang terpisah dari orang yang diragukan kematianny a seperti potongan tangan pencuri, kuku, rambut dan segumpal darah serta darah yang keluar dari semacam bekam demi memuliakan pemilik potongan tubuh tersebut.
Nihaayah al-Muhtaaj VI/24
__________ __________
( وَلَوْ وُجِدَ جُزْءُ مَيِّتٍ مُسْلِمٍ ) غَيْرِ شَهِيدٍ ( صَلَّى عَلَيْهِ ) بَعْدَ غَسْلِهِ وَسَتْرِهِ بِخِرْقَةٍ وَدُفِنَ كَالْمَيِّ تِ الْحَاضِرِ وَإِنْ كَانَ الْجُزْءُ ظُفُرًا أَوْ شَعْرًا فَقَدْ صَلَّى الصَّحَابَ ةُ عَلَى يَدِ عَبْدِ الرَّحْمَن ِ بْنِ عَتَّابِ بْنِ أَسِيدٍ وَقَدْ أَلْقَاهَا طَائِرُ نَسْرٍ بِمَكَّةَ فِي وَقْعَةِ الْجَمَلِ وَقَدْ عَرَفُوهَا بِخَاتَمِه ِ رَوَاهُ الشَّافِعِ يُّ
Bila ditemui bagian tubuh mayat muslim selain orang mati syahid maka wajib dishalatka n setelah dimandikan dan ditutupi dengan kain dan dikuburkan layaknya orang mati meskipun bagian tersebut hanyalah berupa kuku atau rambut karena para sahabat nabi pernah menshalati tangan sahabat Abdur rahman Bin ‘Attaaab yang terjatuh dari burung nasar dikota makkah saat perang al-Jamal, tangan tersebut dikenali para sahabat milik Abdur rahman karena cincin yang terdapat dijemariny a, diriwayatk an oleh as-syafi’i .
Hasyiyah al-Jamal VII/140
Wallaahu A’lamu Bis Showaab.