PERTANYAAN :
Surti Mustiqoh
Salam…,M au tanya,
1. Apa itu sholat li hurmatil wakti,
2. Keadaan apa yg mengharusk anya?
3. Wajibkah di qodho?
JAWABAN :
>> Tb Khan Banteny
1. Hukumnya shalat trsbt sah tpi harus di ulangi lagi kalau ada kesempatan utk mengulangi nya dn shalat ini khusus bgi orang yg tdk ada alat utk menghilang kan hadast (air atw tanah).
Adapun bagi orang yg tidak ada utk brsuci dari hadast kecil atw hadast besar maka shalat ny sah serta wajib mengulangi lagi.(baju ri juz1 hal 137)
Allah tdk akan menerima shalatnya seseorang dlm keadaan hadast, sampai dia pnya wudhu maka Allah akn menerimany a terkecuali bagi orang yg tidak ada utk bersuci dari hadast dua, maka boleh shalat fardhu tapi jgn melaksanak an shalat sunah.(sya rah safinanuts aja hal 28)
2. Seperti kita dalam perjalanan datang waktu shalat fardhu yg tidak bisa turun utk melaksanak an shalat, maka kita shalat lihurmatil waktu di dlm kendaraan yg sedang dlm prjalanan.
3. Bagaimana cara shalatnya orang yg brkendaraa n dgn kecepatan tinggi, apakah cukup dgn melaksanak an dgn lihurmatil wakti atau dilaksanak an dgn cara sidatul khaof.. Orang smacam itu, melaksanak an shalatnya cukup dgn sekemampua anya, kemudian dilain kesempatan wajib mengulangi lagi, namun di dalam mengulangi nya ini ada beberapa pndapat di intern para ulama dgn perincian sbb:
1. Wajib mengulangi , sebab dimasukkan pd orang yg berhalanga n secara jarang.
2. Tidak wajib mengulangi , sebab trmasuk atau sama dgn orang yg melaksanak an shalat syidatu khaof.
Ashhabuna brkata, bila waktu shalat sudah tiba sedangkan orang sedang ada dlm prjalanan, sedangkan kalau turun dari kendaraan utk melaksanak an shalat takut ketinggala n dri rombongan, atau khawatir dri hartanya, boleh kerjakan shalat di atas kendaraan, karena menghormat waktu dn wajib diulangi lagi karena masuk udzur yg jarang trjadi. Demikianla h masalah ini telah diturunkan olh sgolongan ulama diantarany a adalah pngarang kitab TAHDZIB dan imam Rofi’i.Dan Qodhi Husen brkata, orang trsbt harus mengerjaka n shalat di atas kendaraan sbgaimana telah kami tuturkan tadi diatas, dan adapun wajib mengulangi adalah mempunyai dua kepantasan :
1. Tidak wajib mengulangi , sebab dimasukan pd sidatul khaof.
2. Wajib mengulangi nya, sebab trmasuk jarang trjadinya.
(Majmu juz 3 hal 442)
========== ========== =====
>> Masaji Antoro
SALAM
SHALAT LI HURMATIL WAQTI.
Adalah shalat yang dilakukan seseorang sekedar penghormat an terhadap waktu akibat tidak terpenuhin ya syarat-sya rat menjalanka n shalat seperti suci dari hadats kecil atau besar, suci badan dan tempat shalatnya dari najis dan lain-lain.
Shalat yang dilakukan dalam kondisi semacam ini menurut syafi’iyya h wajib diulangi meskipun sudah menggugurk an tuntutan kewajiban shalat baginya saat itu dalam arti andai setelah shalat ia meninggal dunia, dirinya tidak dihukumi meninggalk an shalat dan maksiat.
Referensi :
حكم فاقد الطهورين : 41 – فاقد الطهورين هو الذي لم يجد ماء ولا صعيدا يتيمم به ، كأن حبس في مكان ليس فيه واحد منهما ، أو في موضع نجس ليس فيه ما يتيمم به ، وكان محتاجا للماء الذي معه لعطش ، وكالمصلوب وراكب سفينة لا يصل إلى الماء ، وكمن لا يستطيع الوضوء ولا التيمم لمرض ونحوه .فذهب جمهور العلماء إلى أن صلاة فاقد الطهورين واجبة لحرمة الوقت ولا تسقط عنه مع وجوب إعادتها عند الحنفية والشافعية ، ولا تجب إعادتها عند الحنابلة ، أما عند المالكية فإن الصلاة عنه ساقطة على المعتمد من المذهب أداء وقضاء
HUKUM SHALAT ORANG YANG TIDAK MENDAPATI AIR ATAU DEBU.
Orang yang tidak mendapati sarana untuk bersuci baik berupa air atau debu seperti saat ia dipenjara dan tidak mendapati salah satu dari keduanya, atau ditempat najis yang tidak ia dapatkan debu untuk bersuci sementara air yang ada dibutuhkan untuk dahaganya orang yang bersamanya , orang yang sedang disalib atau berada diperahu yang tidak dapat meraih air dan seperti orang sakit yang tidak mampu menjalani wudhu atau tayammum sebab sakit atau semacamnya , maka mayoritas ulama mewajibkan hukum shalat baginya sekedar penghormat an terhadap waktu, hukum kewajiban shalat tidak semata-mat a gugur baginya namun baginya wajib mengulangi shalat yang ia kerjakan dalam kondisi demikian menurut kalangan Hanafiyyah dan Syafi’iyya h, sedang menurut kalangan hanabilah tidak wajib mengulangi shalatnya. Menurut pendapat yang mu’tamad (dapat dijadikan pegangan) dikalangan Malikiyyah seseorang yang dalam kondisi diatas shalatnya gugur dan dalam pendapat lainnya wajib menjalani dan mengqadhai nya.Al-Mau suuah al-Fiqhiyy ah 14/273
HAL-HAL YANG MENGAKIBAT KAN SHALAT LI HURMATIL WAQTI
• Tidak mendapati sarana bersuci baik berupa air atau debu
• Shalat dengan tidak mampu menghilang kan najis dari tubuhnya
• Shalat dengan tidak mampu mengetahui masuknya waktu shalat
• Shalat dengan tidak mampu menemukan tempat atau alas yang suci dari najis.
Referensi :
ومن لم يجد ماء ولا ترابا يصلي لحرمة الوقت
Barangsiap a tidak mendapati air atau debu maka shalatlah sekedar menghormat i waktu.
Raudhah at-Thoolib iin I/26
أَنَّ مَنْ فَقَدَ السُّتْرَة َ يُصَلِّي عَارِيًّا وَلَا إعَادَةَ عَلَيْهِ ، بِخِلَافِ الْمُحْدِث ِ وَمَنْ بِبَدَنِهِ نَجَاسَةٌ فَإِنَّ كُلًّا مِنْهُمَا يُصَلِّي لِحُرْمَةِ الْوَقْتِ وَيُعِيدُ
Bila seseorang tidak mendapati penutup aurat maka bershalatl ah dengan telanjang dan tidak ada kewajiban mengulangi shalat baginya, berbeda dengan shalatnya orang yang sedang hadats dan orang yang dalam tubuhnya najis maka masing-mas ing darinya diwajibkan shalat untuk menghormat i waktu dan mengulangi shalatnya.
Nihaayah al-Muhtaaj I/17
( قوله فمن صلى بدونها ) أي بدون المعرفة المذكورة وقوله لم تصح صلاته أي إن كان قادرا وإلا صلى لحرمة الوقت اه شوبري
(Keteranga n barangsiap a shalat tanpa mengetahui waktu masuknya shalat maka shalatnya tidak sah bila ia mampu berusaha mengetahui waktu shalat bila tidak, shalatlah sekedar menghormat i waktu.
I’aanah at-Thoolib iin I/115
وَإِنْ لَمْ يَجِدْ مَوْضِعًا طَاهِرًا وَلَا بِسَاطًا طَاهِرًا صَلَّى لِحُرْمَةِ الْوَقْتِ
Barangsiap a tidak mendapati tempat yang suci atau tikar yang suci maka shalatlah sekedar menghormat i waktu.
Al-Haawy li as-Syaafi’ i I/275
Wallahu A’lam Bis showaab.