PERTANYAAN :
Nur Hupi
Asslamaula ikum..Duma teng Poro Asatidz..M au bertanya.. Hal2 apa sajakah yang membolehka n seseorang membatalka n sholatnya. ???Baik Fardlu maupun Sunnah??Ma tur nuwun..
JAWABAN :
Masaji Antoro
Wa’alaikum salam
الكتاب : الموسوعة الفقهية الكويتية ج 34 – الصفحة 51صادر عن : وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية – الكويتعدد الأجزاء : 45 جزءاقَطْعُ الْعِبَادَ ةِ :2 – قَطْعُ الْعِبَادَ ةِ الْوَاجِبَ ةِ بَعْدَ الشُّرُوعِ فِيهَا بِلاَ مُسَوِّغٍ شَرْعِيٍّ غَيْرُ جَائِزٍ بِاتِّفَاق ِ الْفُقَهَا ءِ ، لأَِنَّ قَطْعَهَا بِلاَ مُسَوِّغٍ شَرْعِيٍّ عَبَثٌ يَتَنَافَى مَعَ حُرْمَةِ الْعِبَادَ ةِ ، وَوَرَدَ النَّهْيُ عَنْ إِفْسَادِ الْعِبَادَ ةِ ، قَال تَعَالَى : { وَلاَ تُبْطِلُوا أَعْمَالَك ُمْ } (1) ، أَمَّا قَطْعُهَا بِمُسَوِّغ ٍ شَرْعِيٍّ فَمَشْرُوع ٌ ، فَتُقْطَعُ الصَّلاَةُ لِقَتْل حَيَّةٍ وَنَحْوِهَ ا لِلأَْمْرِ بِقَتْلِهَ ا ، وَخَوْفِ ضَيَاعِ مَالٍ لَهُ قِيمَةٌ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ ، وَلإِِغَاث َةِ مَلْهُوفٍ ، وَتَنْبِيه ِ غَافِلٍ أَوْ نَائِمٍ قَصَدَتْ إِلَيْهِ نَحْوَ حَيَّةٍ ، وَلاَ يُمْكِنُ تَنْبِيهُه ُ بِتَسْبِيح ٍ ، وَيُقْطَعُ الصَّوْمُ لإِِنْقَاذ ِ غَرِيقٍ ، وَخَوْفٍ عَلَى نَفْسٍ ، أَوْ رَضِيعٍ (2) .أَمَّا قَطْعُ التَّطَوُّ عِ بَعْدَ الشُّرُوعِ فِيهِ فَقَدِ اخْتَلَفَ الْفُقَهَا ءُ فِي حُكْمِهِ فَقَال الْحَنَفِي َّةُ وَالْمَالِ كِيَّةُ : لاَ يَجُوزُ قَطْعُهُ بَعْدَ الشُّرُوعِ بِلاَ عُذْرٍ كَالْفَرْض ِ وَيَجِبُ إِتْمَامُه ُ ، لأَِنَّهُ عِبَادَةٌ ، وَيَلْزَمُ بِالشُّرُو عِ فِيهِ ، وَلاَ يَجُوزُ إِبْطَالُه ُ ، لأَِنَّهُ عِبَادَةٌ .وَقَال الشَّافِعِ يَّةُ وَالْحَنَا بِلَةُ : يَجُوزُ قَطْعُ التَّطَوُّ عِ ، عَدَا الْحَجِّ وَالْعُمْر َةِ ، لِحَدِيثِ الْمُتَنَف ِّل أَمِيرُ نَفْسِهِ (3) وَلَكِنْ يُسْتَحَبّ ُ إِتْمَامُه ُ ، أَمَّا الْحَجُّ وَالْعُمْر َةُ فَيَجِبُ إِتْمَامُه ُمَا ، وَإِنْ فَسَدَا إِذَا شَرَعَ فِيهِمَا ، لأَِنَّ نَفْلَهُمَ ا كَفَرْضِهِ مَا ( ر : تَطَوُّعٌ ف 21 ) ._________ _(1) سورة محمد / 33 .(2) رد المحتار 1 / 440 ، بدائع الصنائع 1 / 281 ، حاشية الدسوقي 1 / 281 ، المغني 2 / 49 ، 249 ، المجموع 4 / 81 وما بعدها 94 – 105 ، 106 وما بعدها .(3) ( 1 ) حديث : ” المتنقل أمير نفسه ” . أخرجه الترمذي ( 3 / 100 ) من حديث أم هانئ بلفظ ” الصائم أمير أو أمين نفسه ” . وأخرجه الحاكم ( 1 / 439 ) وصححه ووافقه الذهبي .
MEMUTUS IBADAH
• Memutus ibadah wajib setelah masuk didalamnya dengan tanpa adanya MUSAWWIGH (hal yang memperbole hkannya secara syar’i) hukumnya TIDAK DIPERKENAN KAN menurut kesepakan ulama fiqh karena memutusnya tanpa alasan berarti mempermain kan kemuliaan suatu ibadah sebagaiman a firman Allah “Dan janganlah kalian membatalka n amal-amal kalian” (QS. Muhammad, 33).Sedang memutuskan nya disertai MUSAWWIGH (hal yang memperbole hkannya secara syar’i) maka diperboleh kan menurut syariat, maka boleh memutus shalat sebab hendak membunuh ular karena ada perintah membunuhny a, menyelamat kan harta benda yang bernilai baik miliknya sendiri atau orang lain, menolong orang yang mengaduh meminta bantuan, memperinga tkan orang yang tidak tahu atau tidur yang hendak dicelakai semacam ular dan tidak memungkink an baginya hanya peringatan dengan bacaan tasbih.Iba dah PUASA boleh diputuskan demi menyelamat kan orang yang tenggelam, mengkhawat irkan keselamata n diri, atau karena sedeng menyusui.
• Sedang memutus ibadah sunah setelah masuk didalamnya maka terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama fiqh, kalangan Hanafiyyah dan malikiyyah menilai juga tidak diperboleh kan tanpa adanya udzur seperti halnya ibadah wajib diatas dengan alasan karena meskipun berbentuk sunnah ia juga merupakan ibadah yang wajib disempurna kan saat seseorang tengah menunaikan nya dan tidak boleh dibatalkan ditengah jalan.
Kalangan Syafi’iyya h dan Hanabilah berpendapa t selain dalam ibadah haji dan umrah boleh memutuskan nya berdasarka n hadits “Ibadah sunnah pengendali dirnya (bila berkehenda k silahkan diteruskan atau diputuskan )” HR. at-Tirmidz i, namun yang lebih utama adalah menyempurn akannya.Se dang dalam ibadah Haji dan umrah maka wajib disempurna kan meski ibadahnya telah dianggap rusak karena nilai sunnah dalam haji dan umrah seperti nilai fardhunya.
Al-Mausuua h al-Fiqhiyy ah 34/51
========== =====
>>
الكتاب : الفِقْهُ الإسلاميُّ وأدلَّتُهُ ج 2 – الصفحة 220الشَّام ل للأدلّة الشَّرعيَّ ة والآراء المذهبيَّة وأهمّ النَّظريَّ ات الفقهيَّة وتحقيق الأحاديث النَّبويَّ ة وتخريجهاثا لثاً ـ ما تقطع الصلاة لأجله:قد يجب قطع الصلاة لضرورة، وقد يباح لعذر (2) .أما ما يجب قطع الصلاة له لضرورة فهو ما يأتي:1ً – تقطع الصلاة ولو فرضاً باستغاثة شخص ملهوف، ولو لم يستغث بالمصلي بعينه، كما لو شاهد إنساناً وقع في الماء، أو صال عليه حيوان، أو اعتدى عليه ظالم، وهو قادر على إغاثته.ولا يجب عند الحنفية قطع الصلاة بنداء أحد الأبوين من غير استغاثة؛ لأن قطع الصلاة لا يجوز إلا لضرورة.2ً – وتقطع الصلاة أيضاً إذا غلب على ظن المصلي خوف تردي أعمى، أو صغير أو غيرهما في بئر ونحوه. كما تقطع الصلاة خوف اندلاع النار واحتراق المتاع ومهاجمة الذئب الغنم؛ لما في ذلك من إحياء النفس أوالمال، وإمكان تدارك الصلاة بعد قطعها، لأن أداء حق الله تعالى مبني على المسامحة.و أما ما يجوز قطع الصلاة له ولو فرضاً لعذر فهو ما يأتي:1ً – سرقة المتاع، ولو كان المسروق لغيره، إذا كان المسروق يساوي درهماً فأكثر.2ً – خوف المرأة على ولدها، أو خوف فوران القدر، أواحتراق الطعام على النار. ولو خافت القابلة (الداية) موت الولد أو تلف عضو منه، أو تلف أمه بتركها، وجب عليها تأخير الصلاة عن وقتها، وقطعها لو كانت فيها.3ً – مخافة المسافر من اللصوص أو قطاع الطرق.4ً – قتل الحيوان المؤذي إذا احتاج قتله إلى عمل كثير.5ً – رد الدابة إذا شردت.6ً – مدافعة الأخبثين (البول والغائط) وإن فاتته الجماعة.7ً – نداء أحد الأبوين في صلاة النافلة، وهولا يعلم أنه في الصلاة، أما في الفريضة فلا يجيبه إلا للضرر، وهذا متفق عليه.(2) مراقي الفلاح: ص60.
2. HAL YANG KARENANYA DIPUTUSKAN SHALAT.
Memutus shalat terkadang wajib karena situasi darurat dan terkadang boleh karena adanya udzur.
Memutus shalat wajib karena situasi darurat, diantarany a :
1. Shalat boleh diputus meskipun shalat wajib karena minta tolongnya seseorang yang mengaduh meskipun tidak minta pertolonga n pada orang yang tengah shalat, seperti saat ia melihat seseorang jatuh didalam air, diterkam binatang, dianiaya orang dhalim dan ia mampu memberi pertolonga n.Menurut Hanafiyyah memutus shalat karena akibat panggilan salah satu dari kedua orang tua bila bukan karena meminta pertolonga n (seperti contoh diatas) hukumnya tidak boleh karena memutus shalat tanpa darurat tidak diperboleh kan.
2. Shalat juga boleh diputus bila seorang yang tengah shalat memiliki praduga akan terjatuhny a orang yang buta, anak kecil atau selain mereka berdua dalam semacam sumur atau lainnya, seperti bolehnya memutus shalat saat melihat akan terlalap dan terbakarny a harta benda oleh kobaran api, diserngnya kambing oleh anjing hutan, karena didalamnya terdapat unsure menyelamat kan jiwa dan harta benda dan masih memungkink annya menjalanka n shalat setelah memutusnya sebab “Hak-hak Allah dibangun berdasarka n kemurahan”
Hal-hal yang dianggap udzur yang membolehka n seseorang memutus shalat meskipun shalat wajib:
1. Pencurian harta benda meski pun milik orang lain bila harta yang dicuri bernilai satu dirham keatas.
2. Kekhawatir an seorang ibu akan anaknya, hangusnya masakan, membludakn ya panci masakan.Se orang dukun bayi bila mengkhawat irkan matinya atau cacatnya anak yang hendak dilahirkan atau cacatnya ibu yang sedang melahirkan maka ia wajib mengakhirk an shalatnya atau memutuskan nya saat sedang menjalanin ya.
3. Kekhawatir an musafir dari seorang pencuri atau begal.
4. Membunuh binatang buas bila membutuhka n perbuatan banyak saat membunuhny a.
5. Menembalik an hewan tunggangan yang lepas.
6. Menahan dua hal yang menjijikka n (yang keluar dari qubul dan dubur) meskipun akan hilang darinya berjamaah.
7. Panggilan salah seorang dari kedua orang tua dalam shalat sunnah, yang mereka tidak mengetahui bahwa ia tengah shalat, sedang dalam shalat wajib maka tidak boleh menjawabny a kecuali dalam keadaan darurat, hal ni menjadi kesepakata n ulama (keteranga n dari kitab Muraaqi al-falaah hal 60, kitab hanafiyyah ).
Al-Fiqh al-Islaam II/220
Wallahu a’lam bis showaab